Part 17 : Takdir

8 2 0
                                    

Hellow, jumpa lagi di cerita Rasa & Kata 

Buat yang bellum follow, silakan follow dulu ya!
Selalu berusaha untuk memberikan cerita yang menarik!

-------------------------------------------------------------------------------

Hari ini adalah hari yang cukup menegangkan bagi beberapa siswa. Iya, moment pengambilan raport  terasa sangat mengerikan. Apalagi kalau ternyata nilai-nilai yang mereka raih tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.

"Ya. Ibu silahkan." Menunjuk kepada Mamanya Reina

"Anaknya siapa namanya."

"Reina Angelica Putri."

Guru tersebut mulai mencari lembaran raport bernama Reina. Dan akhirnya ketemu.

"Baik, Bu. Sejauh ini nilai-nilai Reina tidak ada yang di bawah KKM, semuanya sempurna. Maka dari itu Reina ditetapkan naik ke kelas sebelas."

"Baik Bu. Terima kasih." Mama Reina beranjak dari kursi itu dan menuju ke depan ruang kelas. Di mana Reina telah menunggunya dari luar.

"Ma. Gimana nilainya?" tanya Reina dengan begitu cemas

"Nilai kamu......."

"Nilai aku??"

"Nilai kamu bagus semua dan semuanya tuntas. Kamu naik kelas."

Mereka saling berpelukan. Haru dan bahagia, semua perjuangan di kelas sepuluh telah terbayarkan.

"Kalau gitu ayo pulang Ma. Reina mau cerita sesuatu waktu sampai di rumah."

"Ya sudah. Ayo."

Mereka pun keluar dari sekolah tersebut menuju ke mobil yang telah menunggu mereka di depan sekolah, Dari tadi.

"Bromo, gue datang." Ucap Reina di dalam mobil sembari tersenyum

***

"Orang tuanya Robi."

"Iya, Pak."

"Baik, begini Pak. DI ujian ini nilai Robi cukup baik. Hanya ada satu mata pelajaran yang tidak tuntas. Saya rasa ini bukan hal yang gimana-gimana. Tapi kalau bisa, mungkin nanti di kelas sebelas bisa dimotivasi ya Pak supaya bisa lebih giat dan gigih lagi."

"Iya Pak, baik. Kalau gitu apakah anak saya naik kelas ya Pak."

"Naik Pak. Karena Robi hanya kurang satu mata pelajaran yang tidak tuntas."

"Oh baiklah Pak. Terima kasih."

"Sama-sama Pak."

"Robi, Robi." panggil Papanya Robi dari depan teras kelas

"Kenapa Pa?"

"Ini kamu naik kelas. Walaupun ada satu nilai yang tidak tuntas."

"Wah selamat Rob." Ucap Kelvin sembari merangkul bahu Robi

"Iya Vin. Akhirnya kita resmi juga jadi anak kelas sebelas."

"Iya, ketemu lagi kita."

"Robi ayo pulang. Kita harus siap-siap untuk persiapan berangkat besok."

"Oh iya Pa. Kalau gitu Vin sampai jumpa dua minggu lagi ya."

"Iya"

"JANGAN LUPA HADIAHNYA YA!" teriak Kelvin saat Robi sudah berjalan menjauh darinya

***

"Kamu mau cerita apa sama Mama Rei?"

Reina terbata. Bingung harus mulai dari mana. "Jadi gini Ma. Mama ingat kan kemarin teman-teman aku kasih bingkisan yang besar itu."

"Iya ingat kok. Ada apa?"

"Mereka kasih Reina supaya jadi kenangan-kenangan buat Reina. Karena Reina mau---

"Ma. Reina. Sini deh."

"Kenapa Pa?" tanya Mamanya Reina begitu histeris

"Ini. Tadi teman Papa sudah kasih tau. Ada lahan kosong di Jakarta. Lokasinya strategis buat kita pindah usaha dari Bandung ke Jakarta."

"Artinya Pa?"

"Kita akan pindah ke Jakarta." Orang tua Reina bersorak dengan begitu bahagia

Iya. Usaha dari kedua orang tua Reina adalah Restoran. Namun, selama di Bandung usaha mereka sering pasang-surut. Salah satu faktornya adalah lokasi yang kurang strategis.

"Jadi?" tanya Reina dengan heran sambil mencoba mengerti secara perlahan-lahan

"Iya. Sebenarnya Papa sama Mama sudah tahu akan hal ini. Cuman kita belum mau kasih tau kamu. Takutnya nanti ganggu kamu dalam persiapan UAS."

Kedua orang tua Reina memang sudah tau akan hal ini. Iya kepindahannya ke Jakarta. Namun daripada membuat Reina sulit untuk menerima kenyataan itu. Orang tua Reina memilih untuk diam sejenak, sampai waktu dan momen yang pas.

Reina tersenyum ia senang, ini kebetulan atau sebuah takdir? Yang jelas kini ia akan benar-benar pindah ke Jakarta, mengikuti kedua orang tuanya.

"Nanti buat sekolah. Papa sudah daftarkan kamu di sekolah yang memiliki banyak penghargaan. Jadi tenang aja ya."

"Makasih ya Pa. Ma."

Reina segera berlari menuju kamarnya. Ia sangat senang, ternyata semesta berpihak pada hubungannya dengan Bromo. Kini ia akan benar-benar bertemu dengan Bromo, mengobati rasa rindunya yang selama ini hanya bisa dilakukan lewat Virtual. Reina membuka ponselnya dan langsung menelpon Bromo,

"Halo Beb. Kita akan ketemu, aku dan keluarga akan benar-benar pindah ke Jakarta."

Bromo kembali menelan salivanya. "Oh iya By. Akhirnya kita akan ketemu ya."

"Iya. Duh gak sabar banget."

Terdengar suara perempuan yang sedang berbicara kepada Bromo "Pak Bromo, mari sudah ditunggu oleh anak-anak."

"Beb. Kamu masih sibuk ya?"

"Halo. Iya nih By, mereka masih ada presentasi. Pokoknya nanti kalau sudah sampai di Jakarta kamu hubungi aku ya."

"Oke deh Beb. See you in Jakarta."

"See you too."

Telepon ditutup. Sekali lagi Reina sangat senang, tidak lama lagi ia akan benar-benar bertemu dengan pacarnya.

Gimana, kalian sering dapat "takdir-takdir" kayak gitu?
Atau selebihnya?

-------------------------------------------------------------------------------

Jangan lupa vote dan comment ya!
Jumpa lagi di part selanjutnya!

Rasa & Kata

Rasa & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang