Part 33 : Pengungkapan Isi Hati

15 3 0
                                    

HALLO SEMUA PEMBACA!

BAGAIMANA KABARNYA?

SUDAH SIAP UNTUK MEMBACA CERITA INI?

SUDAH SIAP UNTUK MENGUNGKAP 'ISI HATI' YANG DIMAKSUD?


OH YA, SEBELUM MULAI CERITA, PASTIKAN KALIAN SUDAH FOLLOW AKUN WP INI YA!

JANGAN LUPA JUGA UNTUK PROMOSI KE TEMAN-TEMAN KALIAN YANG LAIN!

JANGAN LUPA JUGA UNTUK VOTE, COMMENT, & SHARE!

KITA MULAIKAN AJA, SIAP?

OKE, LET'S GOOOOO

---ENJOY---


Ini sudah hari ke lima belas sejak Rini hidup hanya dengan Bapak. Namun, perasaan duka masih menyelimuti perempuan kecil ini. Ia masih saja, masih teringat sosok sang Ibu dalam bayangannya. Meskipun begitu, ia harus tetap tegar menjalani ini semua. Rini percaya bahwa sang Ibu sudah tenang di sana.

Malam semakin melarut, sedangkan Rini masih saja tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hal yang ada di kepalanya. Banyak sekali yang membuatnya merasa lelah jikalau harus dipikirkan secara terus-menerus. Matanya mulai sayup-sayup melihat jam yang ada di sampingnya. Seketika Rini pun tertidur di kala semua masalah-masalah dalam otaknya masih belum terselesaikan.

Kring, kring, kring...

Alarm yang nyaring itu membangunkan Rini dalam tidurnya yang masih kurang. Pasalnya kepalanya masih sakit lantaran hal-hal semalam masih saja belum terselesaikan. Ia takut akan sebuah kenyataan yang akan dia hadapin nanti. Di sela-sela Rini masih berpikir, terdengar sebuah langkah kaki yang mendekat ke arah kamar Rini. Langkah kaki itu sudah sangat ia kenali. Siapa lagi jikalau bukan Bapaknya.

Tok, tok, tok

"Nak, sudah bangun?" tanya Bapaknya tepat berada di depan kamar.

"Sudah Pak," jawab Rini sambil bangun dan segera menuju ke pintu untuk membuka. Satu tangan membuka kunci yang menempel pada pintu kamar, dan tangan satunya tengah mengusap matanya yang masih sulit terbuka

"Masih ngantuk ya anaknya Bapak."

"Iya nih, Pak. Gak usah sekolah aja hari ini gimana, izin gitu." Ucap Rini seolah-olah ia sangat kecapean hari ini. Namun sebenarnnya, ia hanya takut menghadapi sebuah realita yang harus ia paksakan nantinya.

"Jangan dong, masih ada kesempatan untuk sekolah jangan izin-izin kalau gak perlu ya. Rini terdiam mendengar ultimatum sang Bapak. Ia tak bisa mengelak dari kewajibannya untuk belajar dan bersekolah. Meskipun ia sangat tidak siap untuk bersekolah di hari ini.

"Ya sudah kamu siap-siap ya, Bapak mau pergi ke kantor, kamu jangan lupa sarapan ya." Ucap Pak Dito sembari Rini yang langsung mencium tanganny. "Iya, Pak."

Pria itu pun pergi menuju kantornya menggunakan sepeda motor kuno, sedangkan Rini hanya melihatnya dari depan pintu, melihat kepergian sang Bapak yang pergi pagi-pagi buta untuk berkerja. Rini pun menutup pintu depan dan segera menuju kamar mandi untuk mandi. Sesudah itu dengan segera ia menuju dapur dan memasak makanan untuk ia santap sebagai sarapan paginya kali ini.

Waktu semakin mendekat menuju jam masuknya sekolah. Matahari pun sudah mulai nampak terlihat dengan jelas. Jalanan pun kian memadat dengan banyaknya mobil dan motor yang berlalu-lalang menuju tujuannya masing-masing. Di antaranya ada Rini yang tengah menaiki ojek online menuju sekolahnuya.

Rasa & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang