Part 38 : Senang-Senang

6 1 0
                                    

Hai, hai!
Aku kembali lagi, hehe... Maaf ya sudah bener-bener lama nggak upload. Semoga upload hari ini kembali mengobati rindu kalian pada Kelvin dan Reina universe 😁

Selamat membaca!

***

“Pa, di kantor Papa masih punya loker kosong gak Pa?” tanya Robi saat mereka sedang makan malam bersama. 

    “Kenapa Nak? Tumben nanya loker kosong?” Jawab Papa dengan tanda tanya.

    “Iya Nak, tumben loh nanya soal loker?” Mama ikut menaanggapi.

    Robi menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung harus mengungkapkannya bagaimana. “E-Eh… Ada teman Robi Pa, Ma. Ayahnya sudah putus kontrak, jadinya cari pekerjaan gitu deh.” Jelas Robi dengan kepada Papa dan Mamanya.

    “Siapa Nak?” tanya Papa sembari melipat tangannya untuk menopang dagu.

    “Teman Robi di sekolah.”

    “Temen atau temen nih, kok sampe care banget?” Skak Mama diiringi sedikit tawa.

    Robi hanya tertawa tipis mendengar itu. Ya memang sih, semisal hanya teman biasa. Mana mungkin Robi rela untuk mencarikannya pekerjaan juga, bahkan menawarkannya secara langsung, 

    “T-Temen, Ma.” Jawab Robi tipis.

    Mama hanya tertawa melihat gerak-gerik Robi yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. Ya memang gak bisa dipungkiri, Robi selalu gagal uttuk menyembuyikan sesuatu yang ia rahasiakan. 

    “Cewe pasti ya? Tanya Mama lagi dengan sedikit tawa.

    “Ma, sudah la.” Robi merengek seperti anak kecil yang kehilangan permen. Papa pun ikut tertawa karena hal itu.

    “Kalau jadi assistant manager gimana? Kebetulan Papa butuh orang untuk jadi assistant manager di ruangan Papa sih.”

    Robi senang mendengar hal itu, bersyukur masih ada slot untuk Ayahnya Rini. “Iya Pa, boleh tuh. Jangan dikasih untuk orang lain ya. Ini untuk temen Robi.” Ucap Robi dengan bahagia yang tak tertahankan, ia pun bangkit dari kursinya dan segera pergi menuju kamarnya.

    “Eh, mau ke mana? Makanannya habisin dulu.” Ucap Mama.

    “Iya Ma, nanti Robi balik. Mau hubungin temen Robi dulu.” Ucapnya saat sudah di tangga menuju kamarnya.

    “Yakin temen?” Mama kembali bergurau, membuat Robi yang sudah ada di depan pintu kamarnya, kembali turun ke anak tangga yang ketiga.

    “MAAAA!” Dengus Robi kesal, tapi bercampur bahagia.

    Mama tertawa tipis, “iya.” Papa pun juga ikut tertawa melihat anak mereka yang sudah tumbuh menjadi dewasa. Tumbuh untuk mengenal dan mengerti arti cinta yang sesungguhnya.

    Di kamar, Robi dengan cepat menelpon Rini untuk memberitahu kabar bahagia ini. Alih-alih diangkat, telpeonnya malahan mati, seperttinya mati total. Robi masih berusaha, ia kembali mengirim pesan kepada Rini, namun hanya centang satu. Ada sedikit rasa kuatir terhadap Rini. Ini baru jam delapan, mengapa Rini tidak mengangkatnya? Dan kenapa ponselnya mati? Apa Rini sudah tidur? Entahlah, yang jelas, hal-hal itu selalu berputar di kepalanya. Takut akan sesuatu yang tak diinginkan.

Rasa & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang