Sesuatu yang Allah takdirkan, pastilah itu yang terbaik untuk kita. Karena pada dasarnya takdir-Nya selalu baik. Ma Qadarullah khayr.
-
-
-***
Setelah pulang dari makam almarhum Ali, Papanya, Hazel langsung membersihkan diri lalu duduk di depan tv seraya menonton film kesukaanya. Dirinya saat ini berada di rumah mertuanya sesuai perintah Rayyen karena jaraknya yang lumayan dekat dengan makam adalah rumah Pak Rahmat.
Hazel sengaja berpisah dengan Rayyen di makam, karena Rayyen ada urusan mendadak dengan Rahmat.
Tak lama setelah Hazel menyenderkan tubuhnya di sofa, terdengar suara seorang lelaki mengucap salam seraya melangkah mendekati Hazel. Hazel menoleh ke belakang, menatap laki-laki tersebut. Rayyen, dia baru pulang. Gadis itu tersenyum menatap suaminya yang baru pulang.
"Assalamualaikum, Zaujatiku," sapa Rayyen.
"Wa'alaikumussalam." Hazel mengecup punggung tangan suaminya. Wanita itu kemudian tersenyum.
Rayyen duduk disebelah Hazel. Wanita itu menatap suaminya yang terlihat lesu dan tidak bersemangat dari aura wajahnya. Hazel yang melihat suaminya memasang wajah masam pun menggela napas pelan.
"Kok Papa nggak ikut pulang, Mas?" tanya Hazel.
"Masih banyak kerjaan, paling nanti malam pulangnya," jawab Rayyen.
Hazel mengangguk paham. "Tadi ada urusan apa sama Papa?" tanyanya lagi.
Sebelum menjawab, Rayyen merebahkan kepalanya di atas paha sang istri dengan posisi menghadap ke perut Hazel, membuat wanita itu tidak nyaman diposisi ini.
"Disuruh ke Tegal, Papa dapet kabar dari Mamat, yang selalu ngurus Caffe di sana kalau aku di Jakarta. Katanya ada orang yang ngajak kerja sama dan ada progres juga di Caffe, jadi aku harus ke sana," jawab Rayyen lalu memejamkan kedua matanya.
Hazel mengangguk paham. "Mas, jangan kayak gini, nanti kalau Ais atau Mama lihat gimana?"
"Biarin."
"Tapi aku malu." Hazel sedikit bergeser dari tempatnya, sontak membuat Rayyen ikut bergeser lalu kembali dengan posisi semula.
"Mas——."
"Kita suami istri, jadi nggaka da salahnya kayak gini, Zel," sela Rayyen. Hazel menghembuskan napasnya pelan.
"Hazelia," panggil Rayyen seraya menatap Hazel. Wanita itupun sama, dia menatap Rayyen lembut. "Jangan tinggalin aku, ya," pintanya.
"In syaa Allah, jika Allah menakdirkan untuk kita tetap bersama, aku pasti akan selalu bersama kamu, Mas." Hazel mengelus rambut Rayyen lembut.
Rayyen ingin selalu dekat dengan Hazel. Rayyen nyaman diposisi ini.
"Besok aku pergi jauh lho, Zel."
Hazel tersenyum sebelum mengatakan, "Aku berdoa, supaya urusan kamu di Tegal segera selesai dan cepet pulang."
"Aku belum jadi suami yang baik buat kamu, aku takut kamu berpaling sama Rezza atau bahkan sama Dosen kamu itu." Rayyen memeluk pinggang Hazel lalu menenggelamkan wajahnya di permukaan perut istrinya.
"Tenang saja, gue nggak akan rebut Hazel dari lo kok," sahut seorang laki-laki yang tiba-tiba datang.
Rayyen bangkit dari rebahnya, menatap laki-laki yang tengah melangkah menuju ke arahnya.
"Memang seharusnya seperti itu," balas Rayyen dan memutar bola matanya malas setelah tahu, bahwa suara tadi milik Rezza.
"Kak Rezza," gumam Hazel. Rezza menatap Hazel tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You [SELESAI]
RomansaRomance-Islami ⚠️Mengandung Unsur Kebaperan! Dijodohkan dengan laki-laki yang selama bertahun-tahun dia benci, yang merupakan mantan Kakak kelasnya sendiri. Laki-laki yang mengusik dirinya saat sekolah hingga pada akhirnya, diusia Hazel yang menginj...