2. Karena Terpaksa

7K 550 3
                                    

Terkadang kita menganggap, masalah kita yang paling besar, paling banyak dan yang paling berat di dunia ini. Tetapi kita lalai, sesungguhnya nikmat Allah lah yang paling besar. Tapi kenapa berat sekali untuk kita mengucapkan syukur?

-
-
-



***

"Lo sadar nggak, sih? Lo nggak malu, ya? main nyosor aja lo!" tegur Rezza.

"Kenapa harus malu? Dia, kan, udah sah jadi istri gue," balas Rayyen tenang.

Hazel yang masih tidak menyangka apa yang barusan terjadi padanya pun langsung berlalu pergi meninggalkan kedua lelaki itu. Rezza masih saja menatap Hazel hingga wanita itu benar-benar enyah dari hadapannya.

"Cantik," gumam Rezza pelan, namun masih bisa di dengar oleh Rayyen.

"Oh, gue tau. Jangan-jangan lo suka, kan, sama Hazel?!" tuduh Rayyen tepat di depan wajah Rezza, ia menatapnya tajam seperti pisau yang baru diasah. Rahangnya yang kokoh jelas terlihat, menandakan bahwa saat ini, dia benar-benar marah.

Ntah kenapa, jika bersama Rezza, emosinya langsung memuncak. Rezza membalas tatapan itu dengan senyuman yang membuat Rayyen semakin emosi dibuatnya.

"Dasar nggak tau malu! Lo nggak laku apa gimana, sih?!" merasa geram mendengar ucapan Rayyen kali ini, Rezza mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu memukul hidung mancung Rayyen hingga pria itu hendak terjatuh. Namun untunglah, Rayyen mampu menyeimbangkan tubuhnya.

"Jaga ucapan lo!" bentak Rezza dengan emosi yang sudah di atas ubun-ubun.

Tidak tinggal diam, Rayyen membalas pukulan itu tepat disamping mulut Rezza, membuat darah segar Rezza mengalir begitu saja dari sudut bibirnya. Para tamu berusaha memisahkan kedua laki-laki itu, namun nihil. Mereka tetap bertengkar.

Brak!

Suara hantaman itu terdengar cukup keras. Seorang lelaki paruh baya memukul meja dengan kuat membuat tatapan semua orang beralih padanya.

"Kalian berdua ini seperti budak labil!" teriak lelaki itu penuh dengan amarah.

Rayyen dan Rezza serempak menoleh. Menatap lelaki itu yang tak lain ialah Rahmat, Papanya. Namun beberapa detik kemudian mereka justru kembali saling pukul satu sama lain.

"Rayyen! Rezza!" bentak Sari yang sedari tadi membuntuti Rahmat— suaminya, ia mencubit keras lengan Rayyen dan Rezza bergantian, membuat mereka berdua mengaduh kesakitan.

"Nggak tau malu! harusnya kamu sadar, Ray! Ini acara pernikahan kamu dengan Hazel, kenapa kamu malah menghancurkannya?!" Rahmat menatap Rayyen dengan tatapan nyalangnya.

Iya, semua tamu telah pergi berhamburan. Acara kini telah selesai sebelum waktunya. Seharusnya ini adalah moment bahagia untuk kedua mempelai, tapi acaranya hancur akibat ulah kedua pemuda itu.

"Kenapa Papa malah nyalahin aku, sih? Dia yang salah, Pa!" jari telunjuk Rayyen mengarah tepat di depan wajah Rezza, sontak Rezza menepisnya kasar.

"Lo yang salah!" ucap Rezza cepat.

"Lo juga salah!" balas Rayyen.

"Kalian berdua salah!" sela Rahmat menatap kedua laki-laki itu tajam. Ia sudah sangat muak mendengar kedua anak-anaknya selalu beradu mulut jika bertemu.

"Ini semua salah anak angkat Papa tuh!" Rayyen selalu tidak mau kalah jika bertengkar dengan Rezza.

"Lo yang duluan, dasar labil! Bilang aja lo jeles!" ejek Rezza dengan tatapan sinis.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang