"Aku nggak nyangka kamu akan muncul lagi di kehidupan aku. Padahal aku berharap nggak akan pernah lagi melihat wajahmu."
●Hazel●
***
Hazel menghembuskan napas kasar. Wanita itu kembali menatap pantulan dirinya di depan cermin. Seketika ingatannya kembali tertuju, di mana Rayyen mencium bibirnya di depan Rezza dan para tamu undangan. Ah, memalukan!
Perlahan Hazel meneteskan air matanya, perih rasanya jika harus menjelaskan perasaannya saat ini. Tidak ada yang mengerti selain dirinya.
Ingin marah, tapi dengan siapa? Dengan Rayyen pun Hazel tidak berhak marah karena faktanya, Hazel kini telah sah menjadi istri Rayyen.
Papa? Ah, tidak. Hazel tidak mungkin marah dengan orangtuanya sendiri. Terlebih sang Papa yang kini sudah tenang di alam yang berbeda dengannya. Sedih memang. Semuanya berjalan begitu cepat, namun tidak dengan jalan yang Hazel harapkan dan impikan.
Ntahlah, sepertinya Hazel akan mencoba untuk menerima takdir-Nya. Meskipun berat dan mungkin sulit untuk Hazel jalani, namun untuk belajar ikhlas adalah yang terbaik. Hazel percaya, pilihan sang Papa baik untuk dirinya. Begitupun dengan takdir Allah untuknya.
Hazel beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lima belas menit Hazel di kamar mandi, wanita itu hendak keluar, tapi ia mengurungkan niatnya saat kedua matanya menemukan Rayyen yang tengah duduk sembari memainkan ponselnya di atas ranjang.
Brak!
Hazel langsung menutup pintu kamar mandi dengan cukup keras. Mendengar suara itu, Rayyen spontan menatap ke sumber suara, lantas beranjak mendekat lalu mengetuk pintu kamar mandinya.
"Hazel?" panggil Rayyen.
"Zel, bisa dengar saya?" sama sekali tidak ada jawaban apapun dari Hazel.
Hazel bingung harus keluar pakai apa, sedangkan ia lupa tidak membawa baju ganti ke dalam kamar mandi tadi. Tidak mungkin, kan, dia keluar hanya mengenakan handuk saja? Baiklah, terpaksa. Hazel memilih menggunakan gaun pengantinnya lagi daripada harus minta tolong Rayyen untuk mengambilkan bajunya. Gengsi.
"Kamu nggak apa-apa, kan, Zel?" Rayyen kembali bertanya. "Kamu butuh apa? Biar saya ambilkan. Jangan berlama-lama di kamar mandi, nggak baik. Cepat-cepat keluar kalo udah selesai," lanjutnya dan kembali mengetuk pintu kamar mandi.
"Dasar bawel," cibir Hazel setelah membuka pintu dan keluar dari kamar mandi. Rayyen menatapnya heran.
"Kok masih pakai gaun pengantin? Kamu dari tadi ngapain aja di dalam, hm?" lagi-lagi Rayyen melontarkan pertanyaan yang membuat Hazel geram.
"Nggak usah kepo. Udah deh, mending Kakak mandi aja, terus sholat," titah Hazel. Baiklah, tidak mau banyak bertanya, Rayyen mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Adzan maghrib terdengar sangat merdu. Rayyen sudah siap dengan baju koko berwarna putih serta sarung yang senada, ditambah peci hitam yang terpasang pas di kepalanya menambah aura ketampanan Rayyen Alkhaisyurahman.
"Saya berangkat sholat dulu ya," pamit Rayyen seraya menyodorkan tangan kanannya kepada Hazel. Wanita itu meraih tangan kekar itu lantas mengecupnya pelan.
"Kamu jangan lupa sholat juga." Rayyen tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala Hazel yang terbalut jilbab. Wanita itu hanya mengangguk mengiyakan.
"Oh, iya, kamu jangan panggil saya 'Kakak' karena nyatanya saya bukan Kakak kamu, lebih tepatnya saya itu suami kamu, ya." Rayyen turut mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You [SELESAI]
RomansaRomance-Islami ⚠️Mengandung Unsur Kebaperan! Dijodohkan dengan laki-laki yang selama bertahun-tahun dia benci, yang merupakan mantan Kakak kelasnya sendiri. Laki-laki yang mengusik dirinya saat sekolah hingga pada akhirnya, diusia Hazel yang menginj...