12. I Love You, Zaujati

5.6K 415 12
                                    

Allah tidak pernah salah menjodohkan setiap hamba-Nya, bukan tanpa alasan Allah menyatukan dua insan dalam ikatan pernikahan, tapi karena memang dia yang terbaik untuk diajak berjuang bersama.

-
-
-



***

"Mas, tangan kamu——." Hazel berusaha menyingkirkan tangan Rayyen yang memeluk tubuhnya. Namun nihil.

Cup! Rayyen memberikan kecupan singkat dibibir Hazel. Gadis itu seketika terdiam menatap suaminya.

"Hazelia Sasikirana Almaira," ucap Rayyen tepat di depan bibir Hazel.

"Hm?" Hazel sedikit mengangkat kedua alisnya seraya menahan senyum.

"I love you, ya Zaujati," ucap Rayyen tersenyum.

"I love you too, ya Zauji," balas Hazel dengan pipi yang sudah merah merona. Rayyen tersenyum menatap istrinya. Benarkah? Hazel mencintainya?

"Coba ulangin sekali lagi," pinta Rayyen.

"Nggak ada pengulangan!" Hazel menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya malu sekali ditatap sedekat itu oleh Rayyen. Terlebih dirinya sudah mengatakan jujur, bahwa dirinya juga mencintai Rayyen.

Pada akhirnya Hazel kalah dengan ego, dengan rasa benci yang bersemayam dihatinya untuk Rayyen. Kini rasa benci itu Allah gantikan dengan rasa cinta yang teramat untuk Rayyen. Sesuai pinta Hazel saat awal pernikahannya, dirinya ingin mencintai suaminya tanpa paksaan.

"Hazelia." Rayyen meraih tangan Hazel yang masih menutupi wajahnya. Benar, kan, Hazel itu malu-malu menggemaskan. Itulah yang dari dulu Rayyen suka.

Hazel terdiam dengan sudut bibir yang bergetar menahan senyum.

"Udah ngantuk?" tanya Rayyen. Hazel menggeleng. "Duduk dulu sebentar. Mau gak?" tanya Rayyen lagi. Hazel mengangguk lalu bangkit dari rebahnya, begitupun Rayyen.

"Selama kita menikah, aku belum pernah lihat rambut kamu," ucap Rayyen.

Hazel mengerjap. "A-aku malu ...."

"Kenapa harus malu, sih?" Rayyen meraih kedua tangan Hazel, tatapan mereka saling bertemu.

Hazel tersenyum sebelum mengatakan, "Dengar ya Zel, aku ini suami kamu, aku mahram kamu. Kita sudah halal, kan?"

Rayyen memajukan wajahnya dengan wajah Hazel.

"Boleh aku buka jilbabnya?" tanya Rayyen. Hazel tercekat.

Buka jilbab? Ini awal pertama kali Hazel akan membuka jilbab di depan laki-laki selain Papanya. Laki-laki yang merupakan suaminya sendiri. Sejak awal pernikahannya memang Hazel tidak pernah sekalipun membuka jilbab di depan Rayyen. Itu yang Rayyen herankan. Tapi, ya, wajar saja, Rayyen berusaha mengerti. Hazel, kan, tidak cinta dengan Rayyen.

"Boleh?" tanya Rayyen lagi. Namun Hazel tak kunjung menjawab. Rayyen tersenyum tipis lalu kembali menjauhkan wajahnya dari Hazel. "Gak apa-apa kalo emang nggak boleh," sambung Rayyen dengan senyumannya.

"Boleh," balas Hazel refleks.

"Boleh?" tanya Rayyen memastikan. Hazel mengangguk kaku. Agak ragu, tapi yasudah, lah. Toh Rayyen ini suaminya, tidak sepantasnya pula istri menolak kemauan suami.

Rayyen tersenyum kemudian mengangkat ujung jilbab Hazel lalu menariknya ke atas. Dan, terlihatlah rambut indah yang terurai panjang. Rayyen tersenyum kagum menatap sang istri yang terkesan sangat cantik.

"Rambut kamu panjang banget," ucap Rayyen.

"Tuh, kan. Kamu nggak suka, ya?" tanya Hazel cemberut.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang