14. Perkara Bantal Guling

4.8K 396 4
                                    

Pernikahan, sebuah jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri serta terhindar dari hal yang dilarang oleh agama.

-
-
-

***

Kebanyakan orang lain melihat seseorang dari segi kemewahannya saja, tanpa mau melihat sisi terpuruknya. Kebanyakan pula orang lain melihat seseorang dari nikmat kesuksesannya, tanpa mau melihat sisi perjuangannya seperti apa.

Kesuksesan oranglain seolah menjadi bahan untuk dirinya mengeluh tanpa mau meniru perjuangannya dalam menggapai kesuksesan. Hey, sukses itu butuh perjuangan. Dan untuk apa terus mengeluh, jika bersyukur jauh lebih menenangkan hati?

Kita punya gaya hidup kita masing-masing. Kita punya selera hidup kita masing-masing. Semua sudah sesuai porsinya. Allah sudah memberimu rezeki dan nikmat yang sekian banyaknya. Namun apakah kamu sudah bersyukur?

“Alhamdulillah, pengukuran tanah sudah selesai, untuk sertifikatnya nanti kami proses ya, Pak,” ucap Rayyen dan tersenyum ramah pada lawan bicaranya.

“Iya Ray, alhamdulillah saya senang bisa bekerjasama dengan kamu,” balas Pak Dika seraya menepuk pelan pundak Rayyen. “Oh iya, ini istri kamu?” tanyanya sambil menatap Hazel yang sedari tadi berada disamping Rayyen.

Rayyen mengangguk. “Iya, Pak.”

“Cantik, kayak istri saya,” puji Pak Dika.

“Haha, Bapak bisa saja.” Rayyen terkekeh pelan. Hazel tersipu malu dan hanya menanggapinya dengan senyum tipis.

“Istri saya suka gini Pak, malu-malu kucing,” ucap Rayyen. “Gimana dengan istri Bapak?” tanyanya.

“Malu-maluin,” jawab Pak Dika lalu tertawa, begitupun Rayyen ikut tertawa mendengar jawaban dari laki-laki paruh baya itu.

“Haha, saya bercanda, istri saya juga suka malu-malu. Biasalah, perempuan memang kodratnya pemalu,” jelas Pak Dika setelah menghentikan ketawanya.

Hazel mencubit pinggang Rayyen membuat sang empunya meringis kesakitan.

“Bercanda, sayang,” ucap Rayyen seraya merangkul tubuh mungil Hazel.

“Oh iya Ray, nanti tolong sampaikan sama Pak Rahmat, kalau pembangunan sekolah saya serahkan kepada beliau,” ucap Pak Dika diakhiri dengan senyuman.

“Lho, kenapa bukan Bapak saja yang handle?” Rayyen kembali bertanya.

“Saya ada tugas di Jawa Timur, besok saya berangkat. Hanya dua minggu saya di sana, setelah itu nanti saya yang handle.”

Rayyen mengangguk. “Baik, Pak, nanti saya sampaikan.”

“Kalau begitu saya pamit dulu ya,” pamit Pak Dika.

“Silahkan, Pak,” balas Rayyen tersenyum. Pak Dika langsung beranjak pergi meninggalkan dua sejoli dihadapannya.

“Biasalah, orang sibuk,” bisik Rayyen kepada Hazel setelah Pak Dika enyah dari hadapannya.

“Memangnya dia siapa sih Mas, kok kayaknya akrab banget sama kamu?” tanya Hazel.

“Dia temen Papa dulu, dia baik banget lho, Zel.” Rayyen menatap Hazel.

“Ya?”

Rayyen mengangguk. “Bayangin, dia membeli tanah seluas ini untuk membangun sekolah khusus untuk anak yang kurang mampu, anak jalanan misalnya.”

“Ma syaa Allah.” tiba-tiba Hazel meneteskan air matanya. Rayyen yang melihat itupun langsung mencekal air mata Hazel dengan kedua ibu jarinya.

“Kenapa kamu malah nangis?” tanya Rayyen.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang