21. Hazel Kembali

3.3K 311 2
                                    

"Karena Allah sudah menyatukan hati kita. Allah sudah menetapkan aku untuk kamu, pun sebaliknya."

-Istrinya Rayyen-


***

Sudah genap dua bulan Hazel belum kembali ke Jakarta dan tidak ada kabar sama sekali dari Hazel ataupun Mama Widia. Pada akhirnya, Rayyen memutuskan untuk pergi ke Samarinda sore ini. Rasanya sudah tidak bisa dibiarkan lagi dirinya berlama-lama merasakan kesendirian tanpa kehadiran istrinya.

"Ray, mau ke mana?" tanya Pak Rahmat seraya melangkah mendekati Rayyen.

"Mau menyusul Hazel, Pa. Rayyen udah nggak bisa kayak gini terus," jawab Rayyen.

"Ingat Ray, masalah pekerjaan kamu di Jakarta belum kelar, itu masih menjadi tanggungjawab kamu," ucap Pak Rahmat.

"Iya Pa, Rayyen tau--." Rayyen menggantungkan kalimatnya, menatap sang Papa sendu. Terlihat sekali aura putus asanya itu.

Rayyen juga tidak mungkin lari dari tanggungjawabnya, namun disisi lain mencari keberadaan sang istri juga penting.

"Hari ini Pak Dika sudah menunggu kamu sama Rezza di Kantor, dia mau bahas masalah sertifikat tanah sekolahnya sekaligus membahas guru dan murid yang akan ditempatkan di sekolah itu."

"Tapi, Pa-."

Pak Rahmat menyentuh bahu Rayyen sebelum mengatakan, "Papa sangat tau perasaan kamu, kamu ingin sekali bertemu dengan istri kamu, kan?" Rayyen mengangguk sebagai jawabannya.

Rahmat tersenyum. "Selesaikan dulu urusan kamu dengan Pak Dika, setelah itu kamu boleh ke Samarinda, menyusul istri kamu," lanjutnya.

Pada akhirnya Rayyen pasrah, ia menyetujui saran dari Rahmat. Rayyen langsung bergegas menuju kamar Rezza untuk berangkat ke Kantor bersama.

"Za?" panggil Rayyen seraya melangkah kecil.

Rayyen langsung masuk ke dalam kamar Rezza karena memang kamarnya tidak Rezza kunci. Rayyen mengedarkan pandangannya mencari sosok Rezza yang tak kunjung muncul.

Tatapan Rayyen beralih pada tumpukan buku, ia menemukan secarik kertas di atas buku-buku yang berserakan di atas meja kecil milik Rezza. Penasaran, sih, tapi takut Rezza tiba-tiba muncul bisa gawat urusannya. Eh, ralat, Rayyen tidak kenal takut dengan si Jin Rezza itu. Rayyen justru meraih kertas itu tanpa ragu dan membacanya.

Assalamualaikum, Hazelia.

Selamat datang di rumah baru, selamat juga atas pernikahan kamu. Hari ini saya tinggal serumah dengan kamu, saya senang, saya bersyukur bisa selalu melihat wajah kamu setiap hari.

Tapi sayangnya, kehadiran kamu di rumah ini bukan untukku, melainkan untuk saudara angkatku. Hehe, Zel, nggak apa-apa, kok. Saya tetap bersyukur karena kehadiranmu itu sudah cukup membuat jiwa saya tenang. Mata kamu, wajah kamu, selalu menenangkan, Zel.

Tapi kamu harus tahu, Zel. Hati saya tidak baik-baik saja saat tahu, bahwa kamu telah menjadi istri saudara angkat saya sendiri. Andai saja saya lebih dulu meminangmu saat itu, pasti kebahagiaan saya utuh hidup bersamamu.

Hehe, maaf, halu saya ketinggian. Hazelia, saya harap senyum hangatmu itu selalu terukir untukku dan untuk semuanya.

"Heh, ngapain lo di kamar gue?" tanya Rezza yang baru saja keluar dari kamar mandi di kamarnya.

Rayyen langsung menatap Rezza tajam. Dia mengangkat kertas yang berada ditangannya dan meremasnya kuat-kuat.

Rezza mengerjap saat menyadari sebuah kertas yang dipegang oleh Rayyen.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang