19. Tanpa Bidadari

3K 294 2
                                    

Jika engkau jauh, maka ingatlah aku, jika engkau dekat, tetaplah berada di dekatku, di sampingku, bersamaku menggapai ridha-Nya.

●Rayyen●




***

“Mas, kamu nangis?” tanya Hazel khawatir.

Rayyen terdiam. Mama Widia yang melihat Rayyen menangis pun mengusap lengan Rayyen lembut. “Kamu bisa Vc sama Hazel nanti, kamu juga nggak perlu khawatir. Begitu Nenek Hazel sembuh, kita akan pulang secepatnya,” ucap Mama Widia berusaha menenangkan.

Rayyen mengusap air matanya sebelum ia melepaskan pelukannya dengan Hazel. Dia menatap dalam-dalam wajah sang istri. “I love you!” ucapan Rayyen terdengar lirih.

Hazel tersenyum. “I love you too, Mas,” balas Hazel. “Aku sama Mama naik dulu ya, Mas.” Hazel mengecup lembut punggung tangan suaminya.

Rayyen mengangguk pelan. “Kamu sama Mama hati-hati, ya.”

“Kamu juga pulangnya hati-hati ya, terus di rumah jangan suka berantem sama Kak Rezza.”

Ucapan Hazel berhasil merusak suasana. Rayyen menghembuskan napasnya kasar. Hazel tersenyum geli saat menyadari jika suaminya ini tidak suka saat dirinya menyebut nama laki-laki lain di hadapannya.

“Assalamualaikum, suamiku.” setelah mengucapkan kalimat itu, Hazel beranjak masuk ke dalam pesawat bersama Mama Widia.

“Wa'alaikumussalam,” lirih Rayyen.

Air matanya kembali menetes, berat sekali rasanya berpisah dengan Hazel. Sepertinya Rayyen harus menyiapkan ruang kerinduan seluas-luasnya selama Hazel berada di Samarinda.

***

Sampai di rumah, Rayyen langsung bergegas menuju kamarnya. Wajahnya lesu, ia merasakan ada yang hilang dari dirinya. Ah, iya, tentu saja. Rayyen kesepian tanpa kehadiran Hazel saat ini.

“Habis ke mana kamu, Ray?” tanya Mama Sari.

Rayyen menghentikan langkahnya, menatap sang Mama yang tengah asik menonton Tv bersama Pak Rahmat, Rezza dan Ais.

“Abang pasti habis jalan-jalan ya sama Mbak Hazel, kenapa nggak ngajak-ngajak Ais, sih!” celetuk Ais seraya memakan cemilan kesuakaannya.

“Terus itu Hazel mana, kok kamu nggak bareng sama Hazel?” tanya Pak Rahmat.

Rayyen menghembuskan napasnya kasar sebelum menjawab, “Rayyen habis nganterin Hazel sama Mama Widia ke Bandara. Mereka pergi ke Samarinda menjenguk Nenek Hazel yang lagi sakit,” jawab Rayyen. Sedetik kemudian Rayyen melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

Semua yang berada di ruangan itu terlonjak kaget. Pasalnya Hazel tidak berpamitan terlebih dahulu dengan mereka sebelum berangkat ke Bandara.

“Ma, samperin Rayyen,” perintah Pak Rahmat. Mama Sari mengangguk cepat lalu beranjak ke Kamar Rayyen.

Rayyen merebahkan dirinya di atas ranjang, ia merogoh saku celana lalu mengambil gawainya. Rayyen membuka aplikasi WhatsApp, dia lalu mengirimkan pesan singkat kepada Hazel.

Assalamualaikum istrinya Rayyen, baru juga ditinggal kamu, rasanya udah kayak satu bulan lamanya. Cepat pulang ya.

Tidak ada balasan, Rayyen semakin gelisah. Suara ketukan pintu kamar membuat laki-laki itu menaruh gawainya lalu beranjak membuka pintu.

“Kenapa, Ma?” tanya Rayyen setelah membuka pintu.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang