Sesuatu yang sudah di takdirkan untukmu, pasti akan menjadi milikmu.
-
-
-***
"Zel," panggil Rezza seraya melangkah mendekati Hazel yang tengah sibuk membuat bubur untuk sarapan Rayyen.
"I-iya, Kak?" Hazel menatap Rezza sekilas lalu kembali fokus dengan buburnya.
"Kamu masak apa?" tanya Rezza.
"Bubur untuk Mas Rayyen." Hazel mematikan kompor tanda buburnya sudah matang.
"Dia beneran sakit?" Rezza kembali bertanya. Hazel hanya mengangguk sebagai jawabannya lalu beranjak menuju rak untuk mengambil mangkuk kemudian mengambil beberapa sendok bubur itu.
"Kamu yakin masih sanggup bertahan sama Rayyen, Zel?" Hazel menghentikan aktivitasnya, menatap Rezza yang juga tengah menatapnya dengan senyuman penuh arti. Lagi-lagi Rezza berusaha menguji hati Hazel.
"Maksud Kakak apa, ya?" Hazel tahu kalau Rezza memiliki rasa dengannya, dilihat dari perlakuan dan gerak-gerik Rezza kepada Hazel yang tak biasa itu. Jika boleh jujur, Hazel sungguh tidak nyaman berada di dekat Rezza. Wanita itu sudah bersuami, tapi Rezza tetap saja berani mendekatinya. Padahal Hazel merupakan istri dari saudara angkatnya sendiri.
"Kamu, kan, nggak cinta sama Rayyen, kenapa kamu masih tetap mau bertahan sama orang yang sama sekali nggak kamu cinta?" Rezza kembali bertanya. Hazel menghela napas sejenak lalu memalingkan wajah dari laki-laki itu.
"Sudah sepantasnya seorang istri berbakti kepada suaminya sebagaimana dia berbakti kepada orangtuanya, meski belum mencintai sekalipun." Hazel tersenyum singkat lalu kembali melanjutkan aktivitasnya mengambil bubur, setelah itu ia kembali menutup panci berisi bubur itu.
"Hazel." wanita itu menoleh, begitupun Rezza yang ikut menetap laki-laki yang tak jauh dari tempatnya. Pastilah dia mendengar apa yang baru saja mereka berdua bicarakan.
"Mas, kenapa kamu ke sini? 'Kan aku udah bilang, di kamar aja," omel Hazel. Rayyen menghampiri sang istri dengan tertatih. Melihat Rayyen yang kesusahan berjalan karena lemas, Hazel menuntunnya untuk duduk di depan meja makan.
"Kamu sarapan dulu deh, ya." Hazel beranjak mengambil mangkuk berisi bubur buatannya lalu meletakkan bubur itu di depan Rayyen. Setelah itu ia beranjak dari tempatnya.
"Mau ke mana?" tanya Rayyen. Hazel menghentikan langkahnya.
"Ambil minum buat kamu," jawab Hazel. Rayyen mengangguk tersenyum.
"Sakit demam aja lebay banget sih lo," ucap Rezza yang sedari tadi memperhatikan kedua sejoli itu. Rayyen menoleh menatapnya.
"Ada yang nyuruh lo ngomong?" tanya Rayyen. Rezza kemudian berjalan mendekati saudara angkatnya itu.
"Emangnya kenapa kalo gue ngomong? Mau gue ngomong seribu kata seribu bahasa juga itu hak gue," jawab Rezza seraya melipat tangannya di depan dada.
"Ini minumnya, Mas." Hazel meletakkan segelas air putih di depan Rayyen. Sang suami tersenyum menatapnya.
"Zel, bisa suapin saya?" tanya Rayyen.
"Suapin?" Hazel sedikit mengangkat kedua alisnya. Rayyen tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Jika Rayyen tidak sakit, mungkin Hazel tidak akan mau melakukan ini semua.
"Dih manja amat sih lo, punya tangan nggak dimanfaatin!" protes Rezza. Rayyen spontan menatap laki-laki itu tajam.
"Sirik tanda tak mampu!" ejek Rayyen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You [SELESAI]
RomantizmRomance-Islami ⚠️Mengandung Unsur Kebaperan! Dijodohkan dengan laki-laki yang selama bertahun-tahun dia benci, yang merupakan mantan Kakak kelasnya sendiri. Laki-laki yang mengusik dirinya saat sekolah hingga pada akhirnya, diusia Hazel yang menginj...