34. Last Part [Because, ILY]

8.5K 361 8
                                    

"Aku berharap, kita selalu bermahabbah cinta kepada Allah dan selalu menautkan hati kita kepada-Nya."

-Because, I Love You-

***


Akan selalu ada kebahagiaan. Kebahagiaan tidak akan pernah habis dan memudar selagi kita selalu bersyukur kepada Allah. Bahagia kita yang nyiptakan sendiri? Tentu. Karena Allah sudah memberi kemudahan kepada kita untuk mencari kebahagiaan kita sendiri dengan cara yang kita suka lagi baik di sisi-Nya.

Namun Allah juga menguji kita, bukan berarti Allah mau kita sengsara, kita sakit, kita galau dan sebagainya. Tapi, Allah ingin menguji, sampai mana kita tetap bertahan dalam keta'atan?

Dan sampai mana sih, kita berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, yang sifatnya di ridhoi oleh Allah?

Allah Maha Mengetahui, Sedang kita tidak mengetahui. Sesungguhnya setiap manusia memang memiliki jalan hidupnya masing-masing, memiliki rezekinya sendiri-sendiri dan itu semua sudah sesuai takarannya menurut Allah Subhanahu Wata'ala.

Kita kadang merasa iri kepada orang lain yang secara kasat mata mungkin terlihat lebih 'enak' hidupnya atau lebih enak pekerjaannya menurut pandangan kita. Kadang kita juga merasa kenapa orang lain ujiannya lebih ringan daripada kita ya?

Ibarat pepatah, rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Kalaulah kita merasa orang lain lebih beruntung dari kita, mungkin usaha dan do'a orang tersebut memang jauh lebih keras daripada kita.

Kita semua harus percaya bahwa kesenangan dan kesusahan itu tidak pernah salah tempat dan tidak pernah salah orang.
Tugas kita hanyalah berusaha dan berdo'a sebaik-baiknya. Selanjutnya tangan-tangan Allah-lah yang menentukan pada akhirnya.

"Gimana kalau namanya Zidan Alkhaisyurahman Al-Fatah?" tanya Hazel. Rayyen mengangguk setuju.

"Bagus, aku suka." Rayyen mengelus pipi mungil anaknya. Hazel tersenyum menatap suaminya.

"Terima kasih, istrinya Rayyen hebat." Rayyen mengecup punggung tangan istrinya.

"Kamu juga hebat, Mas." Hazel menidurkan Zidan disampingnya. Dia lalu menatap Rayyen yang juga tengah menatapnya.

"Jangan pernah tinggalin aku ya?" Rayyen mendekatkan posisi duduknya dengan Hazel.

Hazel terkekeh pelan sebelum menjawab, "Kamu, tuh, ya, ngomongnya selalu begitu. Takut banget ya ditinggal aku?"

"Iya jelas takutlah. Rasa takut kehilangan itu pasti selalu ada dalam sebuah hubungan." Hazel mengangguk. Keduanya larut dalam tatapan tanpa ragu yang justru menambah pahala suami dan istri.

"Aku bersyukur bisa sampai dititik ini dengan kamu." Hazel mengusap leher Rayyen membuat sang empunya merasakan geli yang menggelitik.

"Geli, Hazelia."

Hazel terkekeh mendengar ucapan suaminya itu. Rayyen selalu geli jika lehernya disentuh. Ntah kenapa, tapi memang geli.

Rayyen meraih tangan Hazel yang masih bertengger dilehernya lalu menggenggamnya erat dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya menarik tenguk Hazel membuat jantung Hazel terpacu begitu cepat.

Rayyen tersenyum kala hidung mancungnya menyentuh hidung sang istri. Hembusan napas Hazel begitu terasa menggelitik di wajah.

Belum sempat Rayyen mengecup bibir Hazel, suara tangisan Zidan berhasil membuat Rayyen mengurungkan niatnya. Hazel langsung menjauhkan wajahnya dari Rayyen lalu menggendong Zidan dan menenangkannya.

"Nangis, Mas." Hazel terkekeh menatap wajah suaminya yang sulit diartikan. Rayyen menghembuskan napasnya kasar.

Gagal sudah agenda yang sudah direncanakan.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang