31. Mengenang

3.4K 258 4
                                    

"Saya tau putri Bapak cantik, tapi ntah firasat dari mana. Saya bisa merasakan jika hati putri Bapak lebih cantik dari wajahnya."

-Rayyen Alkhaisyurahman-

-
-
-


***


"Aaaa! Mas Rayyen!!!"

Rayyen terlonjak kaget. Teriakan Hazel itu berasal dari dalam kamar mandi. Rayyen langsung meletakkan susu dan cemilannya di atas nakas kecil kemudian menghampiri sang istri di dalam kamar mandi. Untung saja kamar mandinya tidak di kunci, jadi laki-laki itu langsung masuk tanpa permisi karena sangkin khawatirnya.

"Astaghfirullah, Hazel." Rayyen menatap Hazel seraya menggelengkan kepalanya. Wajah sang istri yang dipenuhi busa sabun. Ingin rasanya tertawa tapi takut dosa. Gimana, dong?

"Mas!" mata Hazel tertutup, tangannya mencari-cari keberadaan suaminya. "Ini kamu di mana Mas, tolongin aku. Mata aku perih banget nih!" Hazel heboh sendiri.

Rayyen hendak menyalakan keran air. Tapi tunggu, sepertinya ada yang aneh.

"Ini kenapa kerannya dibungkus pakai kain begini?" tanya Rayyen.

"Biar airnya tersaring Mas, takutnya ada kotoran yang keluar," jawab Hazel.

Rayyen memijat pelipisnya. Istrinya semakin ke sini semakin aneh. Jelas-jelas air yang keluar dari keran bersih kinclong tanpa dosa. Eh, noda.

"Cepat nyalain kerannya, aku gak bisa lihat nih!"

Rayyen mengangguk lalu melepaskan bungkusan kain itu kemudian memutar kerannya. "Lho?" laki-laki itu menyernyit heran.

"Kenapa Mas, kamu nyalain keran aja lama banget!" merasa geram tangan Hazel mencari-cari letak keran. Setelah ketemu, dia lalu memutar kerannya. "Lah? Kok gak keluar-keluar airnya? Mas jangan dihalangi dong, ini aku udah gak tahan. Perih banget!"

"Astaghfirullah, kayaknya ini mati lampu, Sayang." Rayyen beranjak menyalakan lampu. Tidak menyala, sepertinya ini mati lampu alias mati listrik. Dia lalu mengambilkan tissue dan membersihkan wajah sang istri yang dipenuhi busa.

"Makanya kalau mau apa-apa dicek dulu," ucap Rayyen seraya membersihkan wajah Hazel.

"Kamu marahin aku, Mas? Kamu kenapa jadi suka marah-marah gini, sih? Kesambet setan kuburan ya pas ke makam Kak Rezza?"

Rayyen menghela napas pelan. "Bukan marahin sayang, cuma mengingatkan biar nanti kapan-kapan jangan kayak gini lagi. Apa-apa yang mau kita lakukan itu perlu dicek dulu, bukan hanya soal keran. Tapi juga hal lainnya yang akan kita kerjakan," perjelas Rayyen.

"Tuh, kan, nada bicara kamu itu kayak marahin aku Mas!" Hazel membuka kedua matanya setelah Rayyen selesai membersihkan wajahnya. Dia lalu beranjak pergi ke kamar mandi dapur untuk melanjutkan membersihkan wajah. Di kamar mandi dapur memang selalu menyediakan cadangan air.

Rayyen membuang tissue yang sudah dipenuhi busa itu ke dalam tempat sampah. Hari ini benar-benar membuat dirinya lelah dan frustrasi menghadapi Hazel yang semakin ke sini semakin aneh. Mungkin ini hormon dede bayi yang masih bersemayam diperut istrinya.

***

"Jadi ini kamu yang nyiapin semua, Mas?" Hazel memakan cemilan kripik singkong yang sudah Rayyen siapkan dengan susu disampingnya.

"Dibantu sama Bi Ijah, sih," jawab Rayyen jujur.

"Kamu jangan suka ngerepotin Bi Ijah terus, Mas. Bi Ijah, kan, kerjaannya banyak, gak cuma ngurusin rumah, ngurusin kamu, bantuin kamu."

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang