18. Kembali LDR

3.8K 320 7
                                    

Bahwasannya kehadiranmu sungguh sangat berarti untukku. Namun terkadang jarak dan waktulah yang membawamu pergi jauh dari pelupuk mata. Cepat kembali ya, Zaujatiku.

●Rayyen Alkhaisyurahman●


***

"Pa, ini taruh di mana?" tanya Rayyen sembari mengangkat tumpukan lima buah batu bata.

"Kasihkan ke Pak Andi biar langsung ditata," titah Pak Rahmat. Rayyen mengangguk lalu beranjak menuju Pak Andi yang tengah sibuk melepa, membuat gundukan tembok. Dia lalu meletakkan batu bata itu disamping Pak Andi.

"Heh, Jin! Lo gantiin gue, dong!" seru Rayyen kepada Rezza yang sedang mengaduk semen dengan pasir.

"Nggak bisa lah, gue lagi sibuk!" balas Rezza tetap fokus pada aktivitasnya.

Rayyen berdecak kesal, rasanya sangat capek. Tidak terbayang betapa lelahnya para kuli bangunan di luaran sana, ia harus mengaduk pasir, mengangkat beban berat, naik-turun demi untuk kesempurnaan bangunan yang mereka bangun.

Ditambah sinar matahari yang begitu terik, panasnya menusuk hingga ke tulang-tulang.

Rayyen berjalan mendekati Rezza yang masih sibuk dengan aktivitasnya. "Cukup pasir aja yang lu aduk-aduk, jangan sampai perasaan lu teraduk-aduk juga ya," ledeknya.

"Diem lo!" balas Rezza kesal. Rayyen terkekeh pelan lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Jam menunjukkan pukul sebelas lebih empat puluh lima menit, pembangunan Sekolah dipending beberapa jam karena cuaca yang begitu panas, para kuli sedang beristirahat seraya makan dan minum yang sudah disediakan.

"Eh, Jin, gue mau pulang, kalau Papa tanya gue di mana, jawab aja gue lagi pasang antena sekolah," ucap Rayyen seraya mengambil minuman dingin. Kemudian dia meminumnya hingga tandas.

Alibi yang tidak masuk akal, sekolah saja belum jadi total, sudah mau pasang antena duluan.

"Enak di elo, nggak enak di gue, dong," balas Rezza.

"Ya ampun, lo, kan, titisan jin, pasti nggam capek lah kalau cuma ngerjain tugas beginian. Masalah kecil."

Rezza membulatkan mata sempurna. "Mulut lo!"

Rayyen tertawa kemudian langsung beranjak menaiki sepeda lalu menggayuhnya dengan cepat hingga sampai ke rumah. Karena jarak lokasi pembangunan sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, dia lebih memilih menggunakan sepeda untuk menuju lokasi pembangunan. Namun jangan salah, sepeda itu adalah milik Rezza, sebenarnya Rayyen ke lokasi tadi bonceng Rezza dan saudara angkatnya itu yang menggayuh sepedanya. Huh, benar-benar keterlaluan Rayyen tuh.

Rezza langsung bangkit dari duduknya dan menatap Rayyen yang sudah jauh. "HEH! SEPEDA GUE TUH! ASEM LO, RAY!" teriaknya dengan kesal.

Sampai di rumah, Rayyen langsung bergegas menuju dapur untuk mengambil air minum. Padahal baru minum satu gelas es jeruk tadi, pulangnya sudah haus lagi.

"Eh ada bidadari," ucap Rayyen diakhiri senyum saat melihat Hazel yang tengah sibuk membereskan peralatan dapur. Hazel menoleh sekilas lalu tersenyum.

Rayyen langsung mengambil air putih dan meminumnya seraya duduk di kursi yang berada di dekatnya.

Minum atau makan dengan posisi duduk merupakan sunnah Rasulullah. Semasa hidup, Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya untuk makan dan minum dalam posisi duduk. Dalam hal ini artinya sebisa mungkin hindari makan dan minum sambil berdiri.

Dari Anas dan Qatadah Rasulullah shalallahualahi wasallam bersabda : "Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata: "Bagaimana dengan makan?" beliau menjawab: "Itu lebih buruk lagi" (HR. Muslim dan Turmidzi).

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang