“Dan kalau kita mencari bekal untuk dunia, jangan lalaikan bekal untuk Akhirat juga. Karena yang seharusnya diprioritaskan adalah Akhirat, yang sifatnya kekal abadi, sedangkan dunia hanyalah sementara.”
-
-
-***
Tidak ada yang spesial hari-hari Rayyen tanpa kehadiran Hazel. Hazel sama sekali tidak memberi Rayyen kabar semenjak dirinya naik ke dalam pesawat. Rayyen menatap langit biru, menatap pesawat yang terbang tinggi di sana. Berharap di dalam pesawat itu ada istrinya yang akan kembali dalam dekapan.
Ah, tapi sepertinya itu hanyalah angan-angan belaka. Air mata Rayyen perlahan menetes begitu saja.
“Ray!”
Rayyen menoleh, menatap lelaki di belakangnya yang tak lain ialah Rezza. “Ngapain lo?” tanyanya.
“Enggak. Ternyata lo beneran cinta ya sama Hazel?” tanya Rezza setelah melihat Rayyen menangis diam-diam. Pertanyaan yang aneh menurut Rayyen. Rezza tahu, pasti Rayyen tengah memikirkan Hazel.
“Gue nggak pernah bercanda ya soal mencintai,” ketus Rayyen.
Rezza tersenyum tipis menatap saudara angkatnya itu. “Maaf karena gue sudah mendekati Hazel dan membuat lo cemburu waktu itu,” ucapnya.
“Drama! Pergi lo! Gue lagi pengin sendiri!” tepis Rayyen.
Rezza menghela napas pelan, tatapannya lurus ke depan. Ia tidak sampai ambil hati ucapan Rayyen tadi. “Ray, lo percaya, kan, kalau Hazel pasti akan kembali lagi ke sini?” tanyanya lagi.
Rayyen kembali meneteskan air matanya. Ntah kenapa dirinya sekarang menjadi rapuh, banyak perubahan dari diri Rayyen setelah kepergian Hazel. Apalagi Rayyen tidak menduga kalau pada akhirnya tidak ada kabar seperti ini, rasanya gelisah, kekhawatiran selalu menyelimuti Rayyen, pikiran burukpun selalu melintas di otaknya.
“Jawab, Ray. Lo percaya, kan, kalau Hazel akan kembali ke sini, ke rumah ini, Ray!” desak Rezza. Sebenarnya dia juga merasa kehilangan atas kepergian Hazelia yang tanpa pamit.
Kedua mata Rezza berkaca-kaca setelah mengucapkan kalimat itu. Dia memang berkata ingin menghilangkan perasaanya kepada Hazel, tapi hati kecilnya seolah menolak.
Sejak kepergian Hazel, Rezza selalu memperhatikan saudara angkatnya, Rayyen, yang tidak seceria dulu. Dari situ Rezza semakin sadar, kalau Hazel berada di orang yang tepat, orang yang benar-benar mencintainya.
“Gue nggak tau!” jawab Rayyen.
“Lo kenapa jadi selemah ini sih, Ray. Harusnya lo yakin kalau Hazel akan pulang secepatnya!”
Rayyen spontan menatap Rezza tajam. “Dasar Jin pengganggu! Pergi lo, jangan ganggu gue!” bentaknya.
“Astaghfirullah, ini kucing garong kenapa pada berantem di sini, sih?!”
Mendengar suara itu, Rayyen langsung mengusap air matanya kasar. Kedua laki-laki itu sama-sama menoleh ke belakang, menatap gadis kecil yang tengah berjalan mendekatinya.
“Ais,” gumam Rezza.
“Lagi pada rebutan apa sih, sampai berantem gitu?” tanya Ais. Belum sempat Rezza menjawab, Ais sudah kembali mengeluarkan suara. “Oh, Ais tau, pasti rebutan ayam goreng ya? Tenang aja, nggak usah rebutan, tuh Ais sama Mama sudah goreng ayam banyak banget. Ayo makan,” ajaknya.
“Abang nggak laper,” jawab Rayyen.
“Dih, siapa yang nanya Abang laper atau enggak? Ais ngajak makan bukan nanya!” Ais langsung menggandeng tangan Rayyen dan Rezza. “Abang wajib cobain masakan Ais.” gadis itu lalu menarik kedua Abangnya paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You [SELESAI]
RomanceRomance-Islami ⚠️Mengandung Unsur Kebaperan! Dijodohkan dengan laki-laki yang selama bertahun-tahun dia benci, yang merupakan mantan Kakak kelasnya sendiri. Laki-laki yang mengusik dirinya saat sekolah hingga pada akhirnya, diusia Hazel yang menginj...