26. Berujung Petaka.

3.5K 289 2
                                    

"Otak lu boleh panas, tapi hati harus tetap adem."

-Rezza-



***

"Hallo, Mbak?"

Hazel terkejut mendengar suara wanita diseberang telepon. Ia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. "Hallo? Maaf, ini siapa ya?" tanya Hazel.

"Saya dari Rumah Sakit Husada Tegal ingin memberi tau kepada keluarga Bapak Rayyen Alkhaisyurahman Dzaki. Apakah benar ini istrinya?" tanya wanita disebrang telepon.

"I-iya benar, saya istrinya, kenapa dengan suami saya?"

"Pak Rayyen baru saja mengalami kecelakaan, sekarang beliau dirawat di Rumah Sakit Husada bersama satu temannya yang juga dirawat di sini, Mbak."

Deg! Hazel tercekat. Seketika dada Hazel merasakan sesak yang amat dalam. Tanpa sadar air matanya lolos dari pelupuk matanya. Kulitnya meremang.

"Ke-kecelakaan?" tanya Hazel memastikan.

"Betul Mbak, sebaiknya Mbaknya langsung ke Rumah Sakit Husada saja."

"Baik, Dok." Hazel langsung mematikan sambungan teleponnya. Dia lalu menatap Mama Sari dan Papa Rahmat secata bergantian.

"Siapa yang kecelakaan, Zel?" tanya Mama Sari was-was. Dia juga mendapati firasat buruk, takut jika terjadi apa-apa dengan anaknya.

"Mas Ray, Ma," jawab Hazel lirih disela isakan tangisnya.

Detik itu juga air mata Bu Sari ikut menetes dan memeluk Hazel. Sedangkan Pak Rahmat, ia mengusap wajahnya kasar. Pak Rahmat masih tidak menyangka jika pada akhirnya akan kejadian seperti ini.

"Ini semua salah Papa," ucap Pak Rahmat tiba-tiba dengan mata berkaca-kaca. "Seharusnya Papa ikut ke sana," lanjutnya.

Hazel melepaskan pelukannya dengan Mama Sari, kedua wanita itu menatap Pak Rahmat.

"Maksud Papa apa?" tanya Hazel.

Sepertinya memang Hazel harus mengetahui semuanya. Toh kepergian Rayyen tidak pantas disembunyikan dari Hazel, karena pada dasarnya, Hazel adalah istrinya. Hazel berhak tahu. Jika Rayyen tidak melarang kedua orangtuanya untuk merahasiakan masalah yang ada, tentu Sari ataupun Rahmat akan dengan senang hati menjelaskan pada Hazel tanpa Hazel yang memintanya.

"Sebenarnya Mama sama Papa sudah tau ke mana Rayyen pergi, tapi Rayyen tidak mengizinkan kami untuk memberi tau kamu tentang masalah ini," perjelas Pak Rahmat.

Hazel menyernyit heran. "Memangnya ada masalah apa?"

"Jadi, tadi pagi Rayyen itu ke Tegal karena Caffenya kebakaran," sambung Bu Sari. "Dia juga ditemani Rezza," lanjutnya berusaha ikit menjelaskan yang sebenarnya.

Rahmat menghela napas pelan dan pada akhirnya ia berusaha menjelaskan kepada Hazel yang sebenarnya. Disembunyikan pun tak ada gunanya. Hazel sudah terlanjur tahu dan sekarang Rayyen berada di rumah sakit. Tentunya Hazel semakin menata curiga pada kedua mertuanya itu. Kini yang melintas dipikiran Hazel, kenapa disembunyikan, sih? Apa salahnya? Apakah jujur seberat itu?

"Iya, Rezza ikut membantu Rayyen mengurus kebakaran itu," imbuh Pak Rahmat. Hazel menatap kedua mertuanya secara bergantian.

"Papa dapat kabar dari Mamat, yang pegang Caffe milik Rayyen, dia memberi tau kalau Caffe di sana mengalami kebakaran," lanjutnya.

"Iya Zel, terus Mama suruh Rezza untuk menemani Rayyen ke Tegal, membantu Rayyen untuk mengurus semuanya," ucap Bu Sari seraya mengelus bahu Hazel berusaha menguatkan. Hazel terdiam sejenak. Begitu pahitnya kenyataan ini.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang