8. Kewajiban Istri

5.8K 454 8
                                    

"Saya selalu bahagia jika di dekat kamu. Tapi mungkin kamu yang merasa risih dan tidak bahagia berada di dekat saya."

-Rayyen-


***

Sudah berjalan satu bulan pernikahan Hazel dan Rayyen, tapi Rayyen belum juga berhasil mengambil hati Hazel. Begitupun Hazel, lamanya dia berusaha menoreh cinta untuk Rayyen, tapi tetap saja, rasanya sangat sulit jika terlalu dipaksakan. Selesai salat subuh, Hazel sengaja menyibukkan diri dengan laptopnya. Sedangkan Rayyen, laki-laki itu sedari tadi justru memperhatikan sang istri yang terlihat tidak memperdulikan kehadirannya.

"Zel," panggil Rayyen yang duduk disebelah Hazel. Hazel hanya melirik suaminya sekilas lalu kembali fokus dengan aktivitasnya. "Ngapain, sih?" tanya Rayyen seraya menatap ke arah laptop milik Hazel.

"Ngerjain tugas," jawab Hazel.

"Bisa berhenti dulu sebentar nggak, saya mau ngomong."

"Tanggung Mas, ini sebentar lagi selesai." Rayyen menghela napas pelan. Baiklah, dia akan menunggu. Setelah beberapa menit, Hazel menutup kembali laptopnya lalu menatap Rayyen yang juga tengah menatapnya sedari tadi.

"Mau ngomong apa?" tanya Hazel.

"Hari ini kamu ada jadwal kuliah?" Hazel menggeleng pelan. Rayyen mengangguk-angguk seraya tersenyum tipis.

"Sudah satu bulan pernikahan kita berjalan, Zel," ucap Rayyen.

"Iya, terus kenapa?" tanya Hazel lagi.

"Kamu nggak ada niatan ingin membangun rumahtangga yang lebih baik dari hari sebelumnya, Zel?" Rayyen meraih kedua tangan Hazel dan menggenggamnya. "Membangun rumah tangga yang selalu disertai dengan kebahagian dan dibumbui oleh rasa cinta," lanjutnya.

"Maksud kamu gimana sih Mas, kamu nggak bahagia nikah sama aku?" Hazel kembali bertanya. Rayyen menghela napas panjang dan menghembuskannya pelan.

"Bukan gitu Zel, saya selalu bahagia jika di dekat kamu. Tapi mungkin kamu yang merasa risih dan tidak bahagia berada di dekat saya," jawab Rayyen. Dia menyentuh pipi kanan Hazel, mengelusnya lembut seolah menyalurkan rasa cinta kepadanya.

"Saya akan terus berusaha melukiskan senyum kebahagian dibibir kamu, Zel," ucapnya. Hazel menurunkan tangan Rayyen yang masih menyentuh dipipinya.

"Terima kasih untuk itu, tapi aku sudah bahagia kok melihat Mama bahagia aku nikah sama kamu. Apalagi Papa, Papa juga pasti bahagia di alam sana," balas Hazel. Rayyen tersenyum tipis.

"Saya nggak mau pernikahan ini dilandasi keterpaksaa," ucap Rayyen lagi.

"Aku pun menginginkan itu." Hazel langsung beranjak dari tempatnya tanpa menatap Rayyen. Pria itu hanya bisa menatap punggung sang istri sendu. Sabar adalah pilihan terbaik untuk Rayyen, sabar dalam menghadapi sikap Hazel dan mengejar serta memperjuangkan cinta Hazel.

***


Pukul enam pagi, seperti biqsa Hazel selalu bergulat dengan peralatan dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk semua anggota keluarga.

"Ekhm, sibuk amat Neng," sindir seorang wanita paruh baya di belakang Hazel. Hazel menoleh ke belakang, menatap wanita itu tersenyum dan sontak langsung memeluknya, setelah tahu wanita itu merupakan Mamanya.

"Ma syaa Allah, Mama, kenapa nggak ngabarin Hazel kalau mau ke sini?" tanya Hazel setelah melepaskan pelukannya. Mama Widia tersenyum hangat menatap putrinya.

"Bu Sari yang menyuruh Mama ke sini, Mama kira kamu udah tau," jawab Mama Widia. "Mama bantuin apa, nih?" tanyanya seraya menatap beberapa masakan Hazel.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang