28. Diambang Kematian.

3.4K 281 4
                                    

"Kita punya rencana, Allah juga punya rencana yang lebih indah dari rencana kita. Kita punya keinginan, tapi ingatlah, Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan."

-Because, I Love You-

***

Rezza sedikit menjauhkan dirinya dari Mama Sari. Ntah kenapa dirinya menjadi selemah ini, menangis dihadapan orangtua angkatnya. Jujur, ini pertama kalinya Mama Sari melihat Rezza mengeluarkan air mata.

Laki-laki itu menatap sang Mama dengan penglihatan terhalang oleh genangan air di pelupuk matanya.

"Cara move on terbaik adalah meninggalkan dia untuk selamanya, Ma. Bener, kan?"

"No! Kamu salah!" Mama Sari mengajak Rezza untuk duduk. Ia menatap lewat wajah anak angkatnya itu. "Patah hati adalah hal yang sudah biasa dialami setiap orang jika dia menaruh harapannya kepada manusia. Kamu lupa, bahwa hanya kepada Allah-lah seharusnya kamu berharap."

Sari memang sudah tahu sejak dulu, kalau Rezza diam-diam menyukai Hazel. Sejak awal pernikahan Rayyen dan Hazel, tentu semuanya masih ingat betul di mana Rezza membuat Rayyen cemburu dan menghancurkan acara pernikahannya.

Jika pada saat itu Rezza pernah bilang,

"Lu pasti takut banget ya, kalau gue bakal benar-benar ngerebut Hazel dari lu?" tanya Rezza tersenyum.

"Dari pertama gue kasih perhatian dan godain Hazel di depan elu, itu karena gue pengin lihat reaksi lu gimana, cemburu atau nggak, marah atau nggak, dan ternyata lu benar-benar cemburu dan marah sama gue." Rezza terkekeh pelan.

"Maksudnya?" Rayyen mengerutkan dahinya heran.

Rezza tersenyum. "Gue gak mungkin, lah, merusak rumahtangga orang, apalagi rumahtangga saudara angkat gue sendiri."

Bohong! Itu semua bohong. Dalam lubuk hati Rezza yang terdalam, Rezza tidak yakin kalau dirinya bisa semudah itu melupakan Hazel. Dan, terbukti, dia tidak bisa melakukan itu sampai saat ini.

Jika endingnya Rezza yang harus menyelamatkan tokoh utama untuk tetap berdiri dengan nyawanya, dengan kebahagiaannya, dengan cerita hidupnya. Rezza akan lakukan, selagi dirinya sudah tidak merasakan sakit lagi. Laki-laki itu hampir menyerah, tapi kata menyerah dalam hidupnya bagaikan kata-kata asing dan hampir tidak ada dalam kamus hidup Rezza.

Bagaimana tidak, baik orangtua kandung maupun orangtua angkatnya melarang keras dan tidak pernah mengajarkan sekalipun kata 'menyerah' dalam hidup. Berjuanglah, selagi kita mampu. Jika lelah, istirahat, jika tak mampu, maka bentangkan sejadahmu, dan salatlah. Adukan semuanya kepada Rabb semesta alam.

Tetaplah berjuang selagi kita masih diberi nyawa, selagi kita masih bernapas lega. Berjuang, berjuang, dan berjuang. Karena hidup, butuh perjuangann. Karena hidup, butuh pengorbanan.

"Bukan cara ini yang seharusnya kamu pilih, Za," ucap Mama Sari. Wanita itu menghela napas sejenak. "Kamu boleh pergi, ke manapun akan Mama izinkan demi untuk move on dari Hazel. Asalkan kamu janji harus kembali lagi," lanjutnya.

"Terus bagaimana dengan Rayyen? Apa Mama tega melihat anak kandung Mama kesakitan bahkan nyaris kehilangan nyawanya?"

Deg. Bagai tersambar petir di siang bolong. Sari berusaha untuk tetap tenang. Jika semua orang disekitarnya rapuh, lalu siapa yang akan menguatkan? Keadaan memaksa Sari untuk tetap kuat. Untuk tetap dalam pendirian dan kepercayaan, yakni, 'La tahzan innalaha ma'anna' jangan bersedih, Allah bersama kita.

"Allah selalu menyelipkan kebaikan disetiap takdir yang Dia tetapkan. Allah tidak pernah tidur, Allah pasti akan membantu kita. Bantuan Allah tidaklah datang terlalu cepat pun tidak akan terlambat, melainkan akan datang di waktu yang tepat," ucap Mama Sari.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang