Aku mohon kepada-Mu agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang mendekatkan diriku untuk Mencintai-Mu.
-
-
-***
Semenjak kejadian di Kantin saat Rayyen melihat Hazel bersama Dosen pembimbingnya berduaan, lelaki itu lebih banyak diam akhir-akhir ini. Terlebih Tristan, Dosen muda itu mengungkapkan perasaannya terang-terangan kepada Hazel. Apakah dia tidak berfikir duakali untuk mengatakan kalimatnya saat di depan Hazel? Mengapa dirinya terlalu buru-buru untuk jujur atas perasaannya? Sedangkan dirinya tahu, Hazel berbeda dengan wanita lain yang dengan mudahnya ia luluhkan hatinya.
Sulit memang. Justru dengan sikap Hazel yang seolah menolak dan tidak tertarik dengan Tristan, lelaki itu justru semakin dibuat penasaran olehnya. Namun, kejadian di Kantin saat itu benar-benar membuat Rayyen merasa tersaingi. Meskipun dirinya sudah menjadi suami Hazel, akan tetapi fakta yang membuat Rayyen sakit dan takut kian merundung hatinya. Iya, takut jika Hazel pergi dan berpaling pada Dosen muda nan tampan itu.
Terlebih lagi ucapan Tristan yang masih terngiang jelas ditelinga Rayyen tentang cinta yang tak bisa dipaksakan. Rayyen semakin gelisah, ia merasa dirinya terlalu egois, ia memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain, khususnya Hazel yang kini telah menjadi istrinya.
Sudah tiga hari Rayyen dan Hazel tidak saling menyapa. Rayyen yang tiba-tiba menjadi dingin bak air bah. Sedangkan Hazel yang memang tidak suka menyapa jika tidak disapa terlebih dahulu. Ntah bagaimana rumah tangga mereka kedepannya nanti.
Rayyen membuka kedua matanya dan mengerjap pelan kala mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Laki-laki itu menatap ke arah pintu, ternyata Mama Sari yang telah membuka pintu kamarnya. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Rayyen yang masih setia dengan selimut tebalnya.
"Kok kamu masih tiduran sih, Ray? Ini udah siang, lho." Mama Sari duduk disisi ranjang tepat disamping Rayyen. Laki-laki itu hanya terdiam tidak merespon ucapan Mamanya.
"Hazel ke mana?" tanya Mama Sari. Rayyen hanya memberikan kode menggunakan dagunya mengarah ke kamar mandi. Seolah tahu, Mama Sari mengangguk paham.
"Udah, jangan tiduran terus. Ayo makan, Mama udah siapin sarapannya." Mama Sari menarik selimut yang menutupi tubuh anaknya kemudian menarik paksa lengan Rayyen. Namun dia menghentikan aksinya saat merasakan hangatnya suhu tubuh Rayyen. Wanita itu kemudian menyentuh dahi anaknya dengan perasaan khawatir.
"Kamu sakit, Ray?" tanya Mama Sari cemas. Rayyen hanya terdiam dengan mata terpejam.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, menampakkan wanita bergamis pink dengan jilbab yang senada.
"Hazel," panggil Mama Sari.
Hazel melangkah mendekati Mama Sari dengan mimik wajah bingung. "Mama kok ada di sini?" tanyanya.
"Badan Rayyen hangat. Rayyen demam dari kapan, Zel?" balik tanya Mama Sari. Wanita itu benar-benar menampakkan wajah khawatirnya saat tahu anaknya sakit. Sedangkan Hazel, wanita itu hanya mengerutkan dahi penuh keheranan.
Hazel sendiri juga baru tahu, jika suaminya sakit. Selama tiga hari ini, menyentuh Rayyen saja tidak. Memang, sudah tiga hari Rayyen selalu telat makan. Bahkan bekal yang Hazel buatkan untuk makan siang di tempat kerja saja tidak Rayyen bawa. Ah, rungsing memang. Itulah yang Hazel rasakan saat ini menghadapi Rayyen yang tiba-tiba berubah drastis.
"Kenapa kamu nggak ngomong Mama kalo Rayyen sakit, Zel?" Mama Sari kembali bertanya.
Tentu Mama Sari khawatir jika putranya itu sakit. Sejak kecil, ketika Rayyen sakit Mama Sari bahkan tidak bisa tidur karena selalu ingin merawat Rayyen sepanjang malam. Kasih sayang Ibu memang sepanjang masa dan tidak bisa dibalas dengan materi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You [SELESAI]
RomanceRomance-Islami ⚠️Mengandung Unsur Kebaperan! Dijodohkan dengan laki-laki yang selama bertahun-tahun dia benci, yang merupakan mantan Kakak kelasnya sendiri. Laki-laki yang mengusik dirinya saat sekolah hingga pada akhirnya, diusia Hazel yang menginj...