Apalah artinya, jika suatu hubungan tidak dilandasi dengan kepercayaan. Dan apa artinya jika suatu hubungan tanpa kejujuran?
-
-
-***
Sudah tiga bulan Hazel dan Rayyen menempati rumah barunya. Membuka lembaran baru di sana. Hazel begitu menikmati suasana subuh pagi dibalkon kamarnya, menghirup udara segar yang sangat menyejukkan. Ditambah semalam habis hujan dan menyisakan embun yang menambah ketenangan.
Hazel berjalan mendekati suaminya yang tengah sibuk mencari sesuatu di dalam lemari. Terlihat sangat buru-buru dan menampakkan wajah grusarnya.
"Nyari apa sih, Mas?" tanya Hazel.
"Jaket aku, kamu lihat nggak?" balik tanya Rayyen masih dengan aktivitas yang sama, mengacak-acak lemari pakaian.
"Bukan di lemari, Mas." Hazel berjalan mengambilkan jaket suaminya yang masih tergantung dibelakang pintu kamar. Dia kemudian memberikan jaket hitam itu kepada Rayyen.
Lelaki itu meraih jaketnya lalu tersenyum sebelum mengucapkan, "Terima kasih." kemudian langsung memakainya dengan kecepatan kilat.
"Mau ke mana, sih? Kenapa gugup gitu?" Hazel kembali bertanya.
Rayyen menatap istrinya dan memeluknya hangat. Hazel mengerutkan dahinya heran, ada apa dengan Rayyen? Hazel mengurai pelukan suaminya. Dia menatap Rayyen menata curiga.
"Pengin peluk, nggak boleh?" tanya Rayyen.
"Katakan, kamu mau ke mana?" Hazel bertanya tanpa merespon pertanyaan suaminya.
Tidak biasanya Rayyen bersiap-siap sepagi ini, jika mau ke Kantor pun biasanya agak siang dan penampilannya juga tidak seperti itu. Rayyen menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. Ia mencubit hidung Hazel gemas.
Rayyen tersenyum menatap sang istri yang terkesan curiga padanya. "Aku ada urusan di luar," jawabnya.
"Urusan?" Hazel menautkan kedua alisnya. "Urusan apa?" lanjutnya.
"Urusan penting, sayang, aku pasti cepet pulang, kok," jawab Rayyen tersenyum.
"Kamu mau pergi sama siapa? Ke mana? Aku ikut ya?" Hazel memborong pertanyaan kepada Rayyen.
Rayyen mengecup bibir ranum Hazel singkat kemudian mengatakan, "Mulai deh, bawelnya."
"Aku ikut ...," rengek Hazel.
"Kamu di rumah aja sama Bi Ijah." Rayyen mengambil ponselnya di atas nakas lalu memasukannya ke dalam saku jaket.
"Jangan keluar rumah, kalau butuh apa-apa ngomong saja sama Bi Ijah. Kalau kangen sama Mama telepon aja, suruh Mama yang ke sini." setelah berucap seperti itu, Rayyen hendak keluar dari kamarnya.
Dengan sigap, Hazel langsung memeluk suaminya dari belakang. "Jangan pergi," pinta Hazel pelan.
Rayyen tersenyum tipis lalu membalikkan badannya, menatap sang istri lalu mendekapnya erat. "Sebentar saja, aku pasti cepat pulang."
"Kamu izinnya nggak jelas Mas, perginya sama siapa, mau ke mana dan ada urusan apa. Kamu belum kasih tau aku."
"Kalau aku jawab satu persatu, pasti akan ada pertanyaan selanjutnya yang kamu lontarkan. Terus aku perginya kapan, dong?" Rayyen melepaskan pelukannya lalu menyentuh kedua bahu sang istri.
"Kalau aku cepat pergi menyelesaikan urusanku, pasti akan lebih cepat pulangnya," ucap Rayyen kemudian mengecup kening Hazel lembut.
"Aku berangkat ya, assalamualaikum." Rayyen mengelus pipi Hazel setelah itu ia beranjak pergi. Benar-benar pergi tanpa peduli dengan raut wajah Hazel yang masih ditekuk dan bibir yang masih cemberut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You [SELESAI]
RomanceRomance-Islami ⚠️Mengandung Unsur Kebaperan! Dijodohkan dengan laki-laki yang selama bertahun-tahun dia benci, yang merupakan mantan Kakak kelasnya sendiri. Laki-laki yang mengusik dirinya saat sekolah hingga pada akhirnya, diusia Hazel yang menginj...