27. Harus Sedih Atau Bahagia?

3.5K 290 5
                                    

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

-Because, I Love You-

***








Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai diharapkan, terkadang seorang manusia harus melewati jalan terjal setelah beberapa waktu menikmati jalan yang landai.

Banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian itu. Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Ketika hal seperti ini terjadi, tak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain, bahkan Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun tak luput untuk disalahkan. Allah swt berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Baqarah: 216).

Terkadang kita sulit menerima takdir yang menimpa diri kita, apalagi jika takdir itu berupa kesulitan atau kegagalan. Sesuatu yang menurut pemahaman kita tidak baik untuk kita.

Allah Sang Pencipta takdir. Sang Pencipta kita, PASTI lebih tahu apa yang terbaik buat ciptaan-Nya. Kita lupa, Allah telah berjanji, Dia tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Laa yukalifullahu nafsan illa wus'aha.

Yakinlah bahwa setiap takdir Allah untuk kita selalu baik, apapun bentuk takdir itu. Takdir yang baik, tentu baik untuk kita. Takdir yang nampak tidak menguntungkan buat kita, ternyata ada kebaikan yang Allah 'paksakan' untuk kita, yang tidak kita sadari saat itu. Yakinlah bahwa Allah mengetahui yang terbaik untuk kita.

Allah telah menyampaikan dalam Q.S Al Mulk ayat 2, bahwa Allah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian untuk melihat siapa yang terbaik amalannya.

Dalam Q.S Al Insan ayat 2 juga disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia untuk diuji dengan segala perintah dan laranganNya.

Namun, Allah tidak membiarkan begitu saja makhluk-Nya hidup tanpa bekal. Allah mengkaruniakan pendengaran dan penglihatan untuk digunakan manusia menjalani hidupnya. Menemukan petunjuk-Nya. Menemukan jalan dan pemecahan atas segala permasalahan. Menemukan kunci dan penerang untuk lolos dalam ujian hidupnya.

"Makan dulu, Zel." Mama Widia berusaha menyuapkan nasi bungkus kepada Hazel, tetapi wanita itu selalu menolaknya dengan alasan tidak lapar.

"Mas Ray pasti laper banget ya Ma, sudah satu minggu lebih Mas Ray belum makan," ucap Hazel dengan tatapan lurus ke depan.

Mama Widia memberikan nasi bungkusnya kepada Nek Marni—Neneknya Hazel yang sedari tadi duduk disampingnya. Dia lalu mengelus bahu Hazel pelan, menatapnya iba. Sebagai orangtua, tentu Widia merasakan apa yang sekarang anaknya rasakan. Hancur, sedih, khawatir dan penuh kecemasan.

"Pasti Mas Ray kangen banget sama masakan aku." tanpa sadar Hazel meneteskan air matanya. Tangan Mama Widia terulur mengusap pipi anaknya.

"Sudah Zel, jangan seperti ini terus." Mama Widia terus memberi nasihat.

"Kamu harus makan, Zel, nanti kamu sakit," timpal Nek Marni ikut khawatir dengan cucunya yang dari kemarin selalu menolak makan.

"Istrinya Rayyen Alkhaisyurahman Dzaki gak boleh nangis, dong." Hazel, Nek Mari, dan Mama Widia kompak menoleh ke sumber suara. Hazel kembali menunduk kala mengetahui, pemilik suara itu tak lain merupakan milik Mama Sari. Ia berjalan mendekat ketiga wanita berbeda usia itu lalu duduk disamping Hazel.

Because I Love You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang