Raden hari ini sedang menonton TV di rumahnya, bersama Sadam dan Juan. Awalnya sih Sadam hanya ingin mengantar Tupperware jualan Mamahnya, lalu setelah itu dipaksa untuk menemani Raden dan Juan menonton TV."Kalian tau gak sih?"
"Ya enggak lah, lawak lo." Balas Juan.
Raden mencebik, "ya juga sih. Masa katanya kita bakal ketemu sama jodoh kita pas umur 16 tahun."
Sadam melirik Raden, "terus?"
"Berarti kita bakal ketemu sama jodoh kita!"
"Emang lo tau jodoh lo yang mana?" Raden menggeleng, "enggak sih."
Sadam menghela nafas, "Raden Raden, kayak gitu kok percaya. Emang siapa yang bilang kayak gitu?"
"Bunda."
"Beuh, dasar korban anak Bunda. Kok bisa-bisanya percaya." Ucap Juan.
"Kan katanya kita harus percaya sama perkataan ibu—
"Emak gue nawar kangkung 6 iket di pasar, yang harga awalnya 4 ribu jadi seribu. Jadi gue harus percaya gitu sama emak gue kalo nawar kangkung mentok harganya segitu?" Ujar Sadam.
"Ya gak gitu juga, bego." Kesal Raden lalu memukul lengan Sadam pelan.
"Tapi mungkin aja gak sih?" Juan berdecak, "mungkin apalagi sih Raden?"
"Mungkin aja itu beneran."
"Wah beneran korban anak Bunda nih lo."
"Ish! Dengerin dulu! Mungkin aja kan itu beneran, kayak lo sama Ina contohnya. Siapa tau kalian itu sebenernya jodoh, bisa aja kan?"
Juan terdiam, dia dan Rihanna? Haha, kalau memang benar jodoh, Juan mau roll depan di depan bapaknya Ghina.
"Emang Ina seagama sama Juan?" Sahut Sadam
Juan dan Raden terdiam, lalu saling menatap satu sama lain.
"Astaghfirullah, Sadam. Ina kan Kristen, goblok! Kok lo lupa sih?!" Pekik Raden.
.
"Anjir! Haahaha, serius?" Tanya Rihanna yang diangguki oleh Juan.
"Ya Tuhan, ngakak banget asli. Bisa-bisanya dia gak tau kalo gue Kristen, emang dari muka gue gak keliatan gitu?"
Ella memicingkan matanya, "kalo diliat secara spesifik sih gak terlalu. Gue juga awal liat lo, mukanya gak kristen-able."
"Lagian kalian ngomongin apasih kemarin? Kok sampe si Sadam nanya kayak gitu?" Tanya Ares.
"Kemaren tuh ya, kata Raden kita bakal ketemu sama jodoh kita diumur 16 tahun." Ujar Juan.
Ghina menggebrak meja, "berarti gue sama Ares jodoh dong?!"
"Apaan anjir! Ya gak lah! Gak mau gue berjodoh sama anak bapak Jenderal!" Balas Ares
.
Raden yang baru saja datang dari Kantin tertawa jenaka, "ya kalo beneran gimana?"Ares mencebik, "gak mungkin sama gue lah, Ghin."
"Berarti gue sama crush gue bisa berjodoh dong?" Tanya Ella. "Maybe? Gak tau, kalo tuhan berkehendak ya bisa aja."
"Emang kata siapa kalo kita bakal ketemu jodoh kita diumur 16 tahun?" Tanya Rihanna.
"Bunda!" Seru Raden.
"Astaghfirullah, pantes aneh—YA LO NGAPAIN PERCAYA SAMA BUNDA LO, RADEN??!!" Pekik Ghina
"Gue gak heran sih, Bundanya Raden jago banget ngibulin Raden." Tukas Ella.
"Eh tapi kalo emang beneran, gimana? Siapa tau aja Bunda gue gak asal ngomong," kilah Raden.
"Mana mungkin sih, jodoh tuh udah ada yang atur. Soal ketemunya kapan, ya itu mah sesuai sama skenario buatan Tuhan," ujar Ghina.
"Yeuu, dasar. Kata Bunda gue, dia ketemu sama ayah gue waktu lagi les bahasa Inggris, pas itu juga Bunda gue umur 16 tahun."
"Yaudah kalo gitu lo liat aja dulu, omongan Bunda lo bener apa kagak. Lagian gak mungkin kan lo langsung beneran nyadar dan ketemu sama jodoh lo, perjalanannya masih panjang." Ucap Ares.
"Kalo misalnya jodoh gue salah satu cewek yang ada di kelas ini gimana?" Tanya Raden.
"Ya paling nanti jodohnya anak bapak Jenderal," celetuk Juan.
"Ih! Gak mau! Kenapa juga harus berjodoh sama anak bar-bar gak jelas kayak Ghina?!" Ketus Raden.
"Siapa juga yang mau berjodoh sama penguin playboy kayak lo?!" Balas Ghina.
"Ya Tuhan, hati-hati. Biasanya yang kayak gini karmanya empuk banget." Tukas Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
FanfictionKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...