Hari ini Ghina bangun-bangun sudah ditinggal sendirian, benar-benar sendirian. Dia dengan cepat menelepon Mamahnya.
"Mamah sama Papah kemana?" Tanya Ghina
"Lagi pergi ke rumah Tante kamu, kemarin kan anaknya abis sunatan."
"Oh iya, terus ini aku gimana? Aku laper tau, Mamah gak masak sarapan lagi."
"Ya kamu bikin aja sarapan sendiri sana, udah ya Mamah mau lanjut ngobrol sama Tante kamu."
Tutt.
Ghina berdecak, dia pun terpaksa membuka kulkas dan melihat isi di dalamnya. Oh ayolah, hanya ada sebatang tempe disini, sejak kapan Mamahnya suka menyisakan sebatang tempe seperti ini?
"Yaudah lah ya, daripada gue gak sarapan apa-apa, mending makan tempe goreng." Ucap Ghina lalu mulai membuat tempe goreng.
Sebenarnya sih Ghina maunya tempe mendoan, tapi dia sedang malas, jadi yang gampang saja. 10 menit kemudian seseorang berteriak di depan pagar rumahnya.
"PERMISI! ROSANNE GHINA NASUTION!"
Ghina mengerutkan keningnya, "perasaan gue kagak mesen apa-apa dah. Apa jangan-jangan Papah abis checkout barang lagi kemarin pake nama gue?"
Ghina segera mencuci tangannya lalu keluar rumah. Ternyata oh ternyata bukan abang paket yang datang melainkan Raden anaknya Bunda Rani.
"Lama banget sih keluarnya, Ghin." Kesal Raden
"Lah gue kira lo abang paket shopee anjir, suaranya lo mirip soalnya," balas Ghina lalu membukakan pagar rumahnya.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Ghina
Bukannya menjawab, Raden malah sibuk melihati Ghina yang sedang memasukkan tempe ke dalam wajan yang berisi minyak panas.
"Kok lo bikin tempe sih? Di rumah lo kagak ada makanan?" Tanya Raden
"Mamah cuma nyisain tempe di kulkas, ya gue bikin tempe goreng aja lah daripada kagak sarapan."
Raden ber'oh'ria, "gue kesini mau ngajakin jalan-jalan aja sih, Sadam ngajakin ngumpul sekaligus diskusi biar bisa menang di lomba classmeet besok."
"Buset, gabut bener, kan dia ikut panjat tiang bendera, ngapain diskusi anjir?" Tanya Ghina keheranan. "Ya kagak tau lah, temen lo itu, ngapain tanya ke gue."
"Temen lo juga," balas Ghina.
Selesai menggoreng tempe tersebut, Ghina meletakkannya di atas meja dan mulai memakannya. "Enak ih, mau gak lo?"
"Ya elah, Ghin, orang bikin tempe cuma dikasih garem sama bumbu penyedap sama sedikit air terus goreng, udah jadi." Balas Raden namun ikutan memakan tempe tersebut.
"Ya kan gue baru kali ini bikin tempe, tadi aja liat tata cara bikinnya di YouTube."
"Gak heran sih gue, lo kan mentok-mentok bisa masak mie sama air doang."
.
.
Sekarang Juan sama Rihanna ada di pasar. Seperti amanah dari Mamahnya Juan, katanya Juan gak dibolehin main sebelum beliin bahan masakan buat hari ini.
Karena Mamahnya Juan sedang ada arisan sama ibu-ibu komplek, maka Juan lah yang disuruh, sebenarnya bisa Saja menyuruh Abangnya Juan yang kebetulan sedang menganggur alias libur kerja tapi karena Mamahnya Juan tahu Abangnya Juan gak jago nawar jadi dia menyuruh Juan saja.
"Jadi emak lo kagak tau kalo lo kagak bisa nawar?" Tanya Rihanna yang diangguki oleh Juan.
"Mentang-mentang gue anak IPS, dia kira gue bisa nawar harga di pasar kali ye," balas Juan.
Rihanna bergeleng kepala, andai Mamahnya Juan tahu kalau anak bungsunya ini tiap ke pasar gak pernah nawar tapi malah ngasih tip ke penjualnya.
Dan alasan Juan mengajak Rihanna ke pasar adalah karena kata Ghina, Rihanna ini jago banget soal tawar menawar, level dewa—KATANYA.
"Jadi cuma beli segini aja? Gak ada yang kurang?" Tanya Rihanna memastikan ketika melihat kembali kertas yang berisi daftar belanjaan.
"Iya, tolong ya, Na. Ini kalo ada yang kurang satu bahan, gue bakal disuruh balik ke pasar lagi ini." Jawab Juan dengan nada melasnya membuat Rihanna tertawa.
Mereka pun mulai keliling pasar, pertama membeli seledri sama kangkung dulu, baru setelah itu membeli beberapa rempah-rempahan.
Awalnya sih semua biasa saja, dan Juan akui Rihanna memang jago dalam hal tawar-menawar, sampai akhirnya mereka membeli ayam kampung. Jujur, Juan bingung kenapa tiba-tiba ada ayam kampung di daftar belanjaan, dia bingung Mamahnya mau masak apa sebenernya.
"Pak ayam kampungnya satu berapa?" Tanya Rihanna pada bapak penjualnya.
"60 aja, Neng."
"Dih, mahal amat. Kalo dua berarti 120 dong," ucap Rihanna karena memang ayam kampung yang ingin dibeli itu dua.
"Ya kan ayamnya gede-gede, Neng." Ucap penjual tersebut.
"Saya tawar jadi 50 deh, Pak." Tukas Rihanna.
Juan melotot, bentar-bentar ini kan harga ayam kampungnya satu 60 dikali 2 jadi 120 terus kok tiba-tiba ditawar jadi 70?
"Atuh kemurahan banget itu mah, Neng." Rihanna mencebik, "yaudah 73 deh."
"Kurang itu, Neng, 80 paling mentok."
"75 deh, Pak." Balas Rihanna.
"80, Neng, itu udah paling mentok serius."
"Ish, yaudah lah, saya cari penjual yang lain aja." Rihanna kemudian berbalik dan menarik tangan Juan untuk pergi dari sana.
"Eh, Neng! Jangan pergi atuh! Iya deh 75 aja!" Teriak penjual tersebut dengan cepat.
Rihanna tersenyum puas, lalu berbalik menoleh ke penjual tersebut yang sudah memasang wajah pasrah dan memelasnya ketika melihat Rihanna dan Juan berjalan pergi.
"Oke, deal ya, Pak."
Sesudahnya membeli ayam kampung, Juan lantas bertanya pada Rihanna. "Kok lo tadi nawarnya banting banget sih sama harga aslinya? Kasian tau bapak penjualnya, lagian gue bisa kok bayar semuanya tanpa harus nawar."
"Ya elah, Ju. Ini tuh pasar, dimana-mana juga kalo lo mau beli ya ditawar lah, kalo mau mentok harga mending ke supermarket aja sana." Balas Rihanna.
Juan pun langsung cemberut, "iya juga sih."
"Udah ayo buruan pulang, udah panas banget nih, skincare gue mahal tau." Ucap Rihanna lalu kembali menarik Juan dengan cepat.
.
.
Ares, Ella dan Sadam sudah terlebih dahulu sampai di Kafe tempat mereka berkumpul. Ares pun sekarang memasang muka kesal ketika melihat Ella dan Sadam yang terus bercanda ria tanpa mengajaknya.
Dia jadi nyamuk, lagi.
Awalnya Ares ingin pergi ke rumah Ghina dan mengajak gadis itu untuk berangkat bersama. Tapi dia sudah lebih dulu disamper Sadam dan Ella dan langsung pergi ke Kafe.
"Gue bosen banget ih, kalian mah mesra-mesraan mulu depan gue." Kesal Ares pada kedua temannya.
"Ya makanya ikut ngobrol sini," ucap Ella.
Ares mencebik, "enggak ah, males gue sama kalian."
"Ye, si bocah malah ngambek, mabar aja sini kuy sama gue." Ajak Sadam.
"Enggak ah, males, gue mau nyamper Ghina aja." Ucap Ares. Ella menahan tangan Ares yang hampir bangkit dari duduknya, "ngapain lo nyamperin anak Bapak Jenderal? Dia udah sama Raden, lagi sarapan bareng katanya."
Ella memperlihatkan isi chatnya dengan Ghina pada Ares, Sadam ikutan melihat dan menutup mulutnya tak percaya.
"Anak Pak DPR ngegas banget ya deketinnya," ucap Sadam yang langsung dipukul oleh Ella. "Jangan ngomong kayak gitu anjir, ada Ares," bisik Ella.
Ares menatap datar layar ponsel Ella, untuk pertama kalinya dia merasa kalah oleh Raden.

KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
FanfictionKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...