30) Muak

129 27 13
                                    


"Halo princess, kemana aja nih baru nyampe? Pangerannya udah nungguin tuh daritadi." Sindir Ghina frontal.

Reisya mengerjapkan matanya bingung, kenapa ada Ghina disini?

"Kamu ngajak Ghina juga?" Tanya Reisya menatap Raden.

"Enggak."

"Terus kok—

"Oh, jadi kalian berdua emang niat nonton berdua, ya? Hm, gak heran sih, kalian kan sahabat. Wajar dong kalo nonton berdua." Ghina berucap dengan wajah tak santainya ke arah dua orang itu.

"Oh iya, Den, jadi lo bohong ke gue soal latihan basket itu buat bisa nonton bareng Reisya, ya? Cih, pantes aja pas kemarin gue ajakin ke bioskop juga nolak, ternyata udah ada yang booking slot duluan, guys."

Ghina tahu mulutnya frontal sekali, tapi siapa peduli? Toh, disini dia seharusnya membela harga dirinya sebagai pacar Raden ketika melihat Raden sendiri malah jalan dengan gadis lain.

"Gue gak bohong, gue emang beneran mau latihan basket, tapi tiba-tiba dibatalin sama Kak Rama. Kemarin juga sebelum ada jadwal latihan basket, Reisya udah ngajakin gue nonton duluan, so ya gue iyain aja." Ujar Raden mencoba membela diri.

Bahkan wajah pemuda itu sudah terlihat datar karena kesal pada Ghina.

Ghina sendiri berdecih tak menyangka dengan jawaban tersebut, "ohh, lo lebih milih nonton bareng sahabat lo ketimbang sama pacar lo sendiri, gitu?"

Raden terdiam sejenak, matanya menatap wajah Ghina yang sama datarnya juga dengannya. "Kalo iya, kenapa?"

"Jadi selingkuh nih lo ceritanya?" Tanya Ghina.

"Ngomong apaan sih lo? Gue gak selingkuh."

"Ya terus nonton berdua doang sama cewek lain, bukan selingkuh namanya?"

"Reisya bukan cewek lain, Ghina. Dia sahabat gue."

"Wait, bisa gak, gak usah bawa-bawa kata sahabat? Kemarin aja, waktu gue bilang kalo gue mau nonton berdua bareng Ares yang notabenenya sahabat gue, gak lo bolehin. Sekarang, lo bilang lo nemenin sahabat cewek lo nonton, cuma berdua, dan itu tanpa sepengetahuan gue?!"

Suara Ghina sangat lantang, membuat Aji dan Tian tersentak kaget, padahal jarak antara mereka berdua dengan Ghina lumayan agak jauh. Tapi suara gadis itu kencang sekali.

"Kepala lo mau gue sleding, hah?!" Lanjut gadis itu dengan mata melotot.

"Gue gak ngijinin lo nonton berdua sama Ares karena dia pasti bakal curi kesempatan buat deketin lo, Ghina. Dia itu suka sama lo." Ucap Raden.

"Ya terus kenapa kalo dia suka sama gue?! Apa bedanya sama lo?!"

"Jelas beda. Kalo gue nonton bareng Reisya, dia gak akan mungkin deketin gue kayak Ares deketin lo." Balas Raden.

Ghina mulai memasang tampang muak, Raden memang benar-benar harus disleding kepalanya agar otaknya sedikit benar. "Kenapa lo sebegitu yakinnya kayak gitu?"

"Karena Reisya gak suka sama gue. Dia gak bakal deketin gue." Jawab Raden serius yang mana berhasil membuat Ghina tersenyum miring.

"Tapi sayangnya gak kayak gitu, Raden." Ghina menjeda kalimatnya sejenak, "Reisya suka sama lo. Dan itu keliatan jelas dimata gue."

Tanpa sadar raut wajah Raden langsung berubah marah mendengarnya. "Gak usah ngomong yang aneh-aneh deh, Reisya gak suka sama gue, Ghina. Jangan asal nuduh."

"Ya tapi kenyataannya dia emang suka sama lo, Raden! Lo gak liat? Lo gak nyadar? Buta mata lo, hah?!" Balas Ghina dengan nada tinggi.

Ghina menunjuk ke arah Reisya dengan mata berapi-api, "selama ini dia selalu berusaha bikin lo selalu ada buat dia, selalu sama dia, selalu berusaha bikin lo lupa kalo lo sendiri udah punya pacar. Dia bikin seolah-olah kalo lo gak boleh lepas dari dia, padahal kenyataannya, dia cuma pendatang baru di hidup lo."

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang