25) Her

90 22 17
                                    


"Itu buku apa?" Tanya Ares dengan tatapan terpaku pada buku tebal nan ramping yang dibawa oleh Ghina.

"Oh, ini buku fiksi filsafat. Judulnya Dunia Sophie, katanya sih bukunya bagus makanya gue beli." Jawab Ghina.

"Oh iya? Kalo lo udah selesai baca nanti, boleh pinjem gak? Sekalian reviewnya juga kalo emang bagus."

"Boleh dong!"

"Widih, buku siapa tuh? Tebel amat, enak kayaknya kalo buat mukul orang," celetuk Aji sambil melihat-lihat buku milik Ghina tersebut.

"Iya nih, niatnya sih pengen buat mukul lo gara-gara buka bukunya lebar-lebar." Balas Ghina yang memang hampir memukul Aji menggunakan buku tersebut.

"Parah banget sih, Ghin, kan gue cuma penasaran sama isinya."

Omong-omong sebenarnya sekarang mereka sedang jamkos, kebetulan guru-guru sedang ada rapat dadakan maka kelas jadi ada jamkos.

Dan tentu saja kondisi kelas sangat tidak kondusif dikarenakan ketua kelas kita sedang dispen untuk lomba karate. Punya wakil ketua kelas pun juga tidak berguna karena Ares sendiri membiarkan teman-temannya berisik sesuka hati mereka.

Ella yang sibuk mengobrol dengan Ravael. Raden yang hanya diam saja karena sedari tadi dicueki oleh Ghina, awalnya sih Raden kira Ghina sedang PMS makanya seperti itu tapi setelahnya tanya-tanya ke Ella, enggak tuh.

JADI INI DIA KENAPA DICUEKIN???

Jujur saja, Raden sudah beberapa kali dicueki oleh Ghina, tapi kali ini rasanya lebih berbeda. Seolah ada sesuatu yang membuatnya berpikir bahwa Ghina marah padanya dan itu sebabnya gadis itu mencuekinya.

Bisa saja, kan?

"Ck, mentang-mentang lagi nyuekin gue, malah deket-deket Ares sama Aji. Padahal nih pacarnya sendiri ada di depan mata loh," gumam Raden kesal.

Berbalik topik, sementara Rihanna yang tengah duduk dipintu kelas, dia bekerja untuk mengecek apakah ada guru yang akan datang nantinya.

Selang beberapa saat kemudian, Adrin menghampiri Rihanna yang sedang berkutat dengan PR sosiologinya yang hampir saja ia lempar ke luar jendela kelas.

"P-permisi, maaf. Mau nanya, Sadam belum masuk lagi, ya?" Tanya Adrin gagap karena sejujurnya dia takut dengan Rihanna. Tatapan tajamnya.

"Oh, iya, mungkin dia baru masuk besok. Sadam gak ngasih tau emang?" Adrin menggeleng pelan, "kalo gitu makasih ya."

Rihanna mengangguk pelan lalu menatapi kepergian Adrin, diam-diam gadis itu penasaran kenapa Sadam tidak menghubungi pacarnya soal kapan ia akan pulang. Aneh sekali, padahal pemuda itu tadi malam koar-koar di grup chat soal kapan ia akan pulang ke Jakarta.

"Adrin kayaknya emang gak dianggep pacar sama Sadam." Ucap Rihanna, gadis itu pun menghela nafas, "kalo ada Juan pasti enak nih."

.

Jam istirahat itu enaknya pergi ke kantin bersama teman-teman, dan mulai berburu jajanan kantin, dan makan bersama yang lainnya.

Tapi kali ini Raden ingin absen sebentar dari kegiatan itu karena harus menyelesaikan urusannya dengan pacarnya, ya siapa lagi kalau bukan anaknya Bapak Jenderal alias Ghina.

"Ghina! Oy!" Panggil Raden dengan suara lantangnya. Kesal karena sedari tadi dia terus dicueki oleh gadis itu.

Budeg kali yah pacar gue.

"Ghina! Lo denger gak sih?" Tanya Raden sambil menatap Ghina yang fokus membaca sambil mendengarkan musik.

Dengan kesal pemuda itu melepas headset Ghina, "Rosanne Ghina Nasution!"

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang