18) Her Smile

109 30 11
                                        

"Lo tau? Gak semua hal di dunia ini harus menyangkut cowok, lagian lo bisa kok cari yang lain. Ngapain juga galauin cowok bego kayak Sadam," ujar Rihanna mencoba menyemangati Ella.

"Agak aneh ngatain anak pemegang rangking 4 paralel seangkatan bego, isn't it?" Sahut Ghina pelan.

"Iya sih," balas Rihanna.

Ella menghela nafas, "terus gunanya gue berharap sama dia apa?"

"Kan waktu itu gue bilang, jangan berharap sama cowok, apalagi kayak Sadam. Ngeyel sih lo." Ucap Ghina membuat Rihanna menatap tajam ke arahnya.

Rencana mereka berdua ke rumah Ella kan untuk menyemangati gadis itu agar tidak sedih lagi, eh tapi anak Bapak Jenderal alias si Ghina malah merusak suasana.

"Percaya deh sama gue, Sadam aslinya suka kok sama lo, tapi dia gak mau kasih tau aja dan milih buat pacaran sama cewek lain." Tukas  Rihanna.

"Tapi kata Raden, Sadam cuma nganggep gue temen doang dan gak ada perasaan lebih," 

"Ya elah, pacar gue kok di dengerin. Udah tau Raden kerjaannya matahin semangat orang terus, harusnya tuh lo yakin kalo Sadam juga suka sama lo! Tunggu aja sampe Sadam putus sama Adrin, dia pasti bakal balik ke lo lagi." Ucap Ghina.

"Kenapa gue gak langsung bilang ke dia aja besok?" Tanya Ella.

"Confess sama pacar orang itu gak sopan, El." Peringat Rihanna pada temannya itu.

Ghina mengangguk setuju, "lagian selain harus mikirin perasaan sendiri, lo juga harus mikirin perasaan Adrin pas ada yang confess ke Sadam."

"Ah, ya udah lah! Daripada ngegalauin itu terus, mending sekarang kita makan-makan! Ya gak?"

Ghina mengangguki ribut ucapan Rihanna, kebetulan dia juga sedang lapar. Ella tersenyum kecil, ya mungkin memang perkataan kedua temannya benar, lagipula pesta makan setelah menggalau terdengar bagus.

.

.

Raden menatap heran Ella yang tampak lebih ceria dari kemarin, apa gadi ini sudah selesai dengan fase menggalaunya? Hanya dalam sehari saja? Raden kira fase galau Ella akan berlangsung lama dan gadis itu mungkin saja akan meminta berganti tempat duduknya dengannya.

Tapi anehnya tidak, hebat sekali.

"Abis lo kasih apa dia?" Bisik Raden pada Ghina yang sebenarnya daritadi hanya sibuk memperhatikan Ella sepertinya.

"Cuma gue kasih makanan doang, tuh anak langsung senyum lagi," jawab Ghina.

Raden menatap aneh pacarnya, "cuma dikasih makanan doang? Udah? Buset dah, Ghin, kalo penawarnya cuma makanan doang harusnya kemaren gue ajak Ella jajan ke street food." 

Plak!

Ghina langsung saja memukul lengan Raden pelan, "kalo Ella sedih aja lo aja diajakin makan-makan, giliran gue sedih malah dicuekin."

"Lah, emang kapan lo sedihnya anjir? Perasaan dari kemarin lo biasa-biasa aja dah," ujar Raden membuat Ghina berdecak kesal. Raden ini memang tidak perhatian sekali orangnya.

Sementara Juan sendiri hanya menyimak keseruan obrolan antara Rihanna dan Ella, sesekali melirik ke Sadam yang tampak murung. Mungkin karena seharian ini tak ada yang mengajaknya mengobrol.

Pemuda itu pun menatap ke arah Raden dan Ghina yang tampaknya sedang melakukan sedikit pertengkaran kecil, kalau dibiarkan bisa-bisa pertengkaran itu akan menjadi sebuah pertempuran.

"Raden! Nyusul Ares kuy?" Celetuk Juan. Raden langsung mengangguk setuju, "ayo!" Seru pemuda itu lalu menarik Ghina sekalian untuk ikut.

"Lo mau ikut gak, Dam? Daripada tiduran mulu kayak orang tipes." Sadam mengangguk setuju lalu beranjak dan pergi bersama Juan.

"Gue juga mau ke lapangan basket deh, mau liat Juan main, mau ikut gak El?" Tawar Rihanna, Ella terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng pelan.

Dia sudah berpikir jauh tentang apa yang akan terjadi di lapangan basket nanti, jadi lebih baik dia berdiam diri di kelas tanpa teman, oh tidak sendirian juga sebenarnya, masih ada satu teman sekelasnya lagi.

Rihanna mengangguk lalu segera pergi dari kelas. Ella menghela nafas lega, dia tenang sekarang, gadis itu pun langsung menelungkupkan wajahnya. Dia sebenarnya masih sedih, tapi harus terlihat ceria agar teman-temannya berhenti khawatir padanya.

Tak lama kemudian, ada yang melempari sesuatu ke kepalanya. Ella langsung mendongak kesal karena lemparan tersebut bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Mendapati teman sekelasnya yang menatapnya datar.

Temen sekelasnya itu meletakkan 2 buah sandwich, 1 satu buah ciki besar dan 1 kaleng cola di meja Ella. "Dimakan ya," ucap sang empu lalu kembali duduk ke bangkunya.

Ella memandang bingung teman sekelasnya, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba teman sekelasnya itu bersikap seolah seperti berteman dekat dengannya? Atau malah mungkin dia hanya ingin membuat suasana hati Ella mencair?

Jujur saja, Ella tidak pernah berkenalan dengan teman sekelasnya itu. Kalau tidak salah namanya Ravael, dia pemegang tahta rangking ke 6 di kelas ini, cukup pendiam tapi dia bukan tipe pemuda nerd dan kutu buku. Pemuda itu hanya tidak bisa bergaul saja.

Gadis itu pun membuka bungkusan makanan itu, ada secarik surat. Selanjutnya bibirnya terangkat sedikit, teman sekelasnya ini antara lucu atau sangat kuno, entah lah.

Lagi galau ya? Kalau iya dimakan ya makanannya, semoga bisa bikin hati kamu gak sedih lagi. Jangan lupa senyum hari ini, cantik ^^

Ya, itu yang tertulis jelas di kertas tersebut, dan itu berhasil membuat senyum Ella mengembang sempurna. Tanpa basa-basi gadis itu beranjak dari duduknya dan menghampiri Ravael yang tengah fokus belajar.

Tangan Ella terulur ke arah pemuda itu, dengan senyumnya dia berkata, "temenan aja lah kita, mau gak?"

.

"Lo tau kan kalo penyesalan itu selalu dateng terakhir?" Tanya Ares yang tertuju pada Sadam lalu melemparkan bola basket ke Juan.

"Lah emang gue bakal nyesel kenapa?" Tanya Sadam balik.

"Jujur deh sama gue, lo beneran suka sama Adrin? Masa tiba-tiba udah jadian aja, sih? Setau gue Sadam Artana Givano gak pernah yang namanya suka sama orang diem-diem tuh." Tukas Juan dengan wajah mengejeknya.

Raden yang ingin menghalangi shoot-an milik Juan langsung terdiam, "he's right! Lo kan kalo lagi suka sama orang pasti bakal bilang ke kita."

Sadam menghela nafas, "Gue gak suka sama Adrin, gue cuma mau nyoba pacaran sama dia, ternyata gak seburuk itu ah pacaran sama anak Pak Kepsek."

"Udah gue duga sih, yang namanya Sadam mana pernah serius sama cewek," ucap Raden lalu melempar bola basket tersebut ke arah Sadam dan berhasil mengenai kepala pemuda itu.

Si empu meringis kesakitan, sementara Ares dan Juan menggeleng pelan. 

"Sometimes, kita harus akuin kalo kita suka sama orang itu sebelum kesempatan yang ada hangus sia-sia," Juan menatap Sadam kembali, "iya kan?"

***

Kenalin, calon perebut hati Ella

Kenalin, calon perebut hati Ella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ravael

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang