Side Story: When we first met

97 25 24
                                    


Ghina berdiri sambil celingak-celinguk sendirian, dia bingung harus apa sekarang. Ini hari pertamanya bersekolah, dan terasa sangat asing dan agak menakutkan baginya.

Jika kebanyakan anak SMA akan melakukan MOS dulu sebelum akhirnya resmi menjadi murid sekolah biasa. Tapi Ghina, tidak.

Ya memang seharusnya sih dia ikut MOS, tapi karena keluarganya baru sempat pindah ke Jakarta 2 hari yang lalu, Ghina jadi terpaksa mengorbankan masa-masa MOS-nya.

Dan sekarang dia tengah berjalan menghampiri segerombolan orang yang sedang berkerumun di depan Mading pengumuman, melihat dimana tempat kelas mereka masing-masing.

"Ck, rame banget," gumam gadis itu malas. Mau tak mau dia berusaha untuk masuk ke dalam gerombolan itu, rela berdesakan demi mencari namanya yang tertera di papan Mading.

"E-eh!" Seorang pemuda mendorong Ghina mundur dengan kasar, membuat gadis itu hampir tersungkur jatuh ke lantai.

"Sialan," gadis itu berdiri dengan wajah kesalnya, "kasar banget sih sial."

"Lo gakpapa?" Tanya seseorang sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Ghina berdiri.

"Nama lo?"

"Rosanne Ghina Nasution."

"Gue Rihanna Anindya Sanjaya, kita sama-sama di kelas 10 IPS 4. Btw, ini hari pertama lo masuk, ya? Gue gak pernah liat lo sebelumnya."

Ghina mengangguk, "iya, gue gak sempet ikut MOS kemarin."

"Oh, yaudah kalo gitu lo ke kelas aja duluan, letaknya di lorong sebelah kanan di lantai dua."

"Lo gak sekalian?"

Sang empu menggeleng, "nanti gue nyusul, mau ke ruang guru dulu. Dah!"

Ghina melambai pelan, lalu segera pergi ke ruang kelasnya sendiri. Omong-omong soal Rihanna, sepertinya anak itu sudah tau seluk beluk letak kelas di sekolah ini. "Mungkin karena dia ikut MOS kali ya," monolog gadis itu.

.

Ghina menatap bingung isi kelasnya, mencari tempat duduk yang kosong, tapi seisinya sudah terisi oleh tas dan orang-orang. Satu pasang bangku di tengah dan satu pasang di belakang, Ghina tidak ingin duduk di bangku paling belakang.

Dia tidak ingin duduk dipojokkan. Seperti murid baru yang cupu saja menurutnya.

Buru-buru dia menduduki bangku yang berada di tengah sebelum terambil orang. Gadis itu pun menarik nafas dalam-dalam. "Oke, misi cari tempat duduk selesai."

Selanjutnya hanya diam, menunggu bel berbunyi sambil menatap seluruh teman sekelasnya yang tengah sibuk mengobrol, tak terkecuali pemuda yang duduk berjarak disampingnya ini.

Dia yang mendorong Ghina sampai hampir jatuh tadi. Sial, ternyata mereka sekelas.

Ghina menatap sinis ke arah pemuda itu cukup lama, sampai akhirnya sang empu merasa agak sedikit tidak nyaman karena merasa terus ditatap oleh seseorang dan menoleh ke arah Ghina.

Ghina dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali kedepan. "Nyebelin banget mukanya." Ucap Ghina pelan.

Tak lama kemudian, seorang pemuda datang dengan tergesa-gesa lalu duduk dibangku sebelah Ghina, menoleh ke arah gadis itu dan tersenyum manis. "Hai," sapanya.

Kringg!!

Bel berbunyi cukup keras, dan para murid sudah lengkap juga sudah duduk rapih di mejanya masing-masing. Suasana kelas tampak sangat berisik, mungkin sebagian besarnya sudah mengenal satu sama lain. Kecuali Ghina.

Selang beberapa menit sebelum akhirnya wali kelas mereka datang dengan wajah cerahnya.

"Selamat pagi anak-anak!"

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang