21) Shocked

99 28 19
                                    


"Assalamualaikum! Raden pulang!"

"Mas Anta!" Sapa Raka riang yang sedang bermain dengan mainan mobil-mobilannya.

Raden tersenyum lalu duduk didekat adik kecilnya itu dan mengangkat Raka ke pangkuannya. Menciumi seluruh wajah adiknya yang bau bedak bayi, pas sekali dengan wajah cemongnya.

"Ih, Mas Anta! Geli!" Pekik Raka.

"Wangi banget sih, Dek. Mana muka kamu lucu banget lagi, kayak badut mampang. Abis dikasih bedak berapa kilo sama Bunda?" Yang ditanyai hanya cekikikan saja lalu lanjut bermain.

"Jangan deket-deket Raka heh! Kamu belum mandi juga, nanti Raka ikutan bau." Sahut Bundanya dari belakang.

"Si Bunda mah, ini aku baru juga pengen mandi. Mau jalan sama Ghina."

"Mas Anta mau jalan-jalan sama Mbak Ghina? Raka boleh ikut, ndak?"

"Gak boleh! Mas Anta mau berduaan sama Mbak Ghina, jadi Raka gak boleh ikut." Balas Raden sambil tersenyum jahil.

Raka seketika menampilkan wajah sedihnya, matanya sudah berkaca-kaca karena mendapat penolakan dari sang Kakak.

"Ih kamu tuh ya! Ajakin aja si Raka, lagian Ghina juga pasti seneng kalo ada Raka." Ujar sang Bunda.

"Bunda peramal kah? Kok tau kalo Ghina pasti seneng?" Balas Raden yang selanjutnya hampir terkena lemparan sajadah dari Bundanya.

"Eh tapi ada Reisya tuh, temuin dulu gih, kasih tau kalo kamu mau pergi. Nanti dia malah nungguin terus lagi sampe malem kayak kemarin."

Raden menghela nafas, "iya, Bun."

.

Seusai mandi dan berganti baju, Raden berjalan menghampiri Reisya yang menunggunya di taman belakang rumah. Dilihatnya gadis itu masih menggunakan seragam sekolahnya. Seragam yang tak asing di mata Raden.

"Raden? Hai!" Sapa gadis itu riang ketika mendapati Raden yang berdiri didepannya dengan wajah datar.

"Ngapain lo kesini, lagi?" Tanya Raden.

"Oh, aku mau minta temenin jalan-jalan keliling kota boleh? Kebetulan aku udah lama gak balik kesini, jadi pengen-

"Duh, sorry ya, Rei. Tapi gue gak bisa, udah ada janji sama orang lain sore ini." Potong Raden cepat.

"Eh, gakpapa! Kalo gitu, besok bisa? Besok kan Sabtu tuh, kamu pasti ada waktu luang, kan?"

Raden terdiam menimang, dia ingin sekali menolak permintaan Reisya karena malas, besok itu hari Sabtu, enaknya bermain bersama Raka sambil rebahan di karpet.

Tapi Raden juga tak enak hati kalau harus menolak, Bang Daniel bilang Reisya itu sahabat lamanya, kan? Jadi harus diladeni sebaik mungkin, apalagi dia itu baru kembali dari Bali.

"Nanti gue kasih tau deh, minta nomor lo sini."

.

.

"Lo pada kenal Reisya?" Tanya Raden pada kelima temannya.

"Reisya yang mana?" Aji malah bertanya balik padanya.

"Reisya yang kata Bang Daniel sahabat gue dari kecil, nah karena kalian juga sahabat gue dari kecil, jadi gue tanya ke kalian. Siapa tau aja kalian kenal atau inget sama dia."

"Gue sih cuma sekadar tau nama sama muka orangnya doang," ucap Juan.

"Gue sama kayak Juan." Timpal Aji.

"Ya gue sih, cuma sekadar tau tuh orang sifatnya kayak gimana. Gak lebih kok," ucap Tian sambil cengengesan.

"Gue kenal Reisya. Kenapa emang?" Tanya Davin pada Raden.

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang