36) Get ready

140 23 2
                                    

"Emangnya lo gak dateng pas acara ulang tahun dia?" Tanya Davin.

"Gue masih belum tau." Jawab Raden singkat.

"Saran gue, kalo lo masih ngerasa lo pacarnya Ghina, mending dateng. Lo gak akan tau gimana perasaan dia pas tau kalo lo gak dateng." Ucap Davin mulai mendadak bijak.

Terdengar suara helaan nafas berat dari Raden. "Gue usahain. Tapi yang pasti, tolong kasih hadiah itu ke Ghina kalau semisal gue gak dateng tepat waktu pas acara ulangtahunnya. Oke?"

"Iya, santai."

"Sip, thanks, Vin."

Davin hanya menjawab dengan gumaman pelan. Kemudian memutuskan sambungan telepon, matanya pun tertuju pada hadiah yang Raden ingin berikan pada Ghina. Jujur dia sendiri tidak tahu apa isinya.

Ingin sekali tadi rasanya memberitahu Ghina soal hadiah tersebut, namun sepertinya itu tidak akan lagi menjadi kejutan jika dia mengetahui isi hadiah tersebut.

"Kok bisa ya ada orang ribet kayak Raden." Ucap Davin pelan.

.

"Busett, lo mau buka acara pengajian malem jumat atau pesta ulang tahun, Ghin? Rame bener keliatannya." Ujar Tian.

"Sialan, ini tuh masih kosong anjir. Belum aja gue pasang banner muka gue depan rumah." Ucap Ghina.

"LO MAU MASANG BANNER??!" Teriak Aji disertai ekspresi terkejutnya. 

"Ya gak lah. Lo kira gue idol sampe masang banner segala. Ini tuh paling tinggal ditambahin sedikit balon-balon sama bunga doang, biar ga terlalu kosong bagian tengahnya." Jelas Ghina sambil menunjuk ke tengah halaman rumahnya yang luas.

"Terus kalo gitu mejanya dimana, neng Ghinaa?" Tanya Tian.

"Ish! Jadi nanti tuh di tengah-tengahnya itu meja, tapi di sisi kanan-kiri meja ada karangan bunga gitu." 

"Udah kayak acara tunangan lo sama Raden anjir ini mah." Ucap Aji sambil masih berusaha memasang balon di atas tiang. Tian langsung tertawa kencang sementara Ghina hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Aji.

Raden ya, kira-kira calon mantannya itu akan datang atau tidak? 

"Btw, lo ngundang Raden, Ghin?" Tanya Tian yang diangguki pelan oleh Ghina.

"Terus? Kata dia apa?"

"Dia belum bales. WA gue aja ceklis satu di dia." Jawab Ghina.

"Ohh, mungkin dia sibuk. Who knows?" Ujar Tian sambil menaikkan kedua bahunya. 

"Kalo dia ga dateng, gimana?" Tanya Ghina.

"Putusin lah njir!" Sahut Aji dari atas. "Itu tandanya dia udah ga ada komitmen sama lo. Ngapain orang kayak gitu diladenin, buang-buang waktu aja. Gini-gini walaupun gue temennya Raden, tapi gue dukung lo putus sama dia."

"Terus abis itu lo bakal nyuruh gue sama Ares? Iya?" Balas Ghina dengan wajah datarnya.

Aji menggeleng, "ga, masih waras gue. seburuk-buruknya Raden, masih burukkan Ares. Lo cuma belum tau aja tuh anak taiknya gimana."

.

"Jadi? Rencana kita besok?" 

"Ya jangan sampe Reisya dateng ke acara ulangtahunnya Ghina lah." 

"Emang dia diundang?"

"Tololnya, iya."

"DIH?? BUAT APA?!" Tanya Ella keheranan.

"Tau tuh Ghina, gue sendiri juga kaget sebenernya. Tapi suka-suka dia lah." Ucap Davin.

"Gue gak tau sih ini emang keinginan Ghina semata buat ngundang Reisya, atau emang dia sengaja ngundang Reisya karena tau Raden bakal dateng." Ujar Rihanna membuat Ella semakin kebingungan.

"Raden dateng?" 

"Ya, kalo dia ga mau hubungannya sama Ghina berakhir gitu aja. Lagian kalo jadi Raden, gue juga pasti bakal dateng sih." Jawab Davin dengan senyum miringnya.

"Besok bakal jadi hari yang seru banget sih." Ucap Juan.

"Harus dong," celetuk Rihanna dengan senyumnya sambil menepuk pelan kepala Juan.

.

.

"LO PADA UDAH BELI KADO BELUM BUAT SI ANAK BAPAK JENDERAL??!" Tanya Aji heboh ke seluruh temannya. 

"Udah lah anjir, yakali belum." Jawab Ella.

"Jangan bilang lo belum, Ji?" Sayangnya, Aji malah mengangguki pertanyaan Juan.

"Bisa-bisanya, dari kemaren ngapain aja lo?" Tanya Sadam.

"Ya gue sibuk lah anjir! Hari ini juga kan gue jadi panitia dekorasi dadakan, gantiin elo!" Jawab Aji sambil menunjuk kesal ke arah Sadam.

"Yaudah, mumpung masih besok. Cari gih hadiah, kalo bisa yang bagus sama mahal-

"Ga ada duit gue." Potong Aji cepat.

"Minta tambahin Davin, nanti gue bantuin bungkusin jadi kado aja." Lanjut Rihanna.

"Okee. Btw, kita jadi beli petasan jedar-jeder?" 

"Dih, siapa yang ngide beli petasan?" Tanya Davin.

Langsung saja Aji menunjuk ke arah Tian dan Ella. "Tuh, mereka berdua."

"Buat apaan anjir? Gak usah buang-buang duit gue deh." Ucap Juan.

"Ya kan kita mau party, masa ga beli petasan? Gak seru lah kalo gitu." Tukas Tian yang langsung diangguki oleh Ella.

"Yaudah, soal petasan biar gue aja yang beli, sekalian nanti sama Aji."Ucap Davin.

"Udah kan, guys? Gak ada lagi yang mau dibahas? Oh iya, kalian gak ada bikin prank, kan?" Tanya Sadam memastikan.

"Awalnya sih pengen, tapi gajadi. Kasian sama Ghina, beban hidupnya udah kebanyakan. Entar kalo kita prank, yang ada malah dimusuhin kita."

.

.

"Gimana?"

"Gue udah pesen tiket ke Jakarta."

"Oh, kereta?"

"Pesawat."

"Anjir, buang-buang duit gue aja lo."

"Ya kan biar cepet!"

"Iya iya. Good luck buat lo besok."

"Thank you, Res."

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang