Ghina itu memang sepertinya selalu ditimpa kesialan setiap hari. Tadi malam, dia memimpikan suatu kejadian yang paling ingin ia musnahkan dari ingatannya selama ini."Lo tau kan, Dam. Gue paling gak suka nginget sedikit pun soal masa SD gue disini," ucap Ghina.
"Udah tau lo gak suka, kenapa malah ikut balik orang tua lo kesini?"
"Karena gue pengen ketemu Raden lagi!"
"Tapi lo gak mikir kalo sampe bakal ketemu sama pembully lo dulu, kan?" Balas Sadam.
Ghina mencebik kesal, "kalo aja gue inget siapa yang bully gue dulu, bakal gue patahin lehernya sampe mampus." Ucapnya sambil meremat tangan kesal.
"Jadi lo dendam sama pembully lo dulu?" Tanya Sadam.
"Ya iyalah anjir, yakali engga!" Jawab Ghina dengan nada tak santai.
Sadam hanya tertawa kecil, "kalo lo mau balas dendam ke dia, gampang. Cukup pertahanin hubungan lo sama Raden, dan buat Raden sadar kalo Reisya itu gak sebaik yang dia lihat."
.
"Ngapain kamu, Den?" Celetuk seseorang membuat Raden yang sedang melamun itu tersentak kaget.
Orang tersebut menatap ke layar ponsel Raden. "Kamu lagi nungguin telpon, ya?"
"Engga kok."
"Terus itu, kenapa kamu buka kontak 'Kesayangannya Bapak Jenderal'?"
Raden buru-buru mematikan ponselnya kemudian menatap sinis ke orang tersebut. "Haduh, Mas Aris gak usah sok tau deh. Raden tadi gak sengaja mencet kontaknya aja."
"Ah masaa?"
"Iyaa, Mas. Btw, kenapa keluar? Siapa yang jagain eyang?" Tanya Raden.
"Oh, itu ada Pakde-mu, lagi jenguk. Makanya Mas keluar, sekalian mau cari makan. Mau ikut gak?"
Raden menggeleng, "enggak ah, Mas. Mager, mending aku pulang abis itu rebahan cantik di rumah eyang."
Jitakan keras melayang ke kepala Raden. "Dasar bocah! Kemaren aja dateng-dateng nangis kesini, sekarang malah nyantai kayak gak ada apa-apa."
"Ya kan kemarin aku panik, Mas. Wajar lah kalo nangis." Balas Raden dengan wajah cemberutnya.
"Terus kapan kamu mau balik ke Jakarta?" Tanya Mas Aris.
"Gak tau. Entar kali nungguin eyang sembuh, baru pulang." Jawab Raden.
"Etts, lama dong. Bisa-bisa kamu ngabisin libur semestermu disini."
"Biasanya juga kan aku liburan semester balik ke sini, Mas."
"Ya siapa tau aja gitu, kamu ada rencana main atau liburan sama temen-temenmu yang ada di Jakarta." Ujar Mas Aris membuat Raden terdiam.
Pemuda itu membuka ponselnya dan memeriksa kalender. 4 hari lagi ulang tahun, Ghina. Yang ke 17.
Raden tak yakin jika dia akan diundang di acara ulangtahun gadis itu. Bahkan hubungan mereka sekarang saja sangat tidak jelas bagi Raden.
"Gak ada yang ngajakin liburan, Mas. Temenku semua pada sibuk." Tukas Raden.
.
"Kayaknya sih lo yang harusnya sadar diri, Res. Lo mau jadiin Ghina pacar lo tapi jelas-jelas Ghinanya sendiri masih pacaran sama Raden. Waras lo?" Sinis Ella.
"Waras."
Brak!
"Gue tau lo sama Raden emang kemusuhan dari dulu, tapi bukan berarti kalian bisa libatin Ghina!"
KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
FanficKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...