37) He Came

101 13 3
                                    

Ghina membuka matanya dan begitu saja napas panjang keluar dari mulutnya.

Sial, ini hari ulang tahunnya.

Dan dia 17 tahun sekarang.

Gadis itu pun memberanikan diri untuk membuka ponselnya. Dan yang benar saja, rentetan pesan dan mentioned di sosmed muncul dengan cepat.

Ghina membaca chat satu persatu dari temannya, namun, ada satu yang tidak mengechatnya di hari pentingnya ini. Seseorang yang ia pertanyakan keberadaannya.

"Tolol banget ya gue, kenapa juga gue masih berharap sama dia?" Gumam Ghina sambil menampar wajahnya pelan.

Tapi yang pasti, di hari ulang tahunnya ini, Ghina sudah membuat keputusan jelas.

Untuk menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu hidup dan pikirannya.

Termasuk Raden.

.

"Tim 1 siap?"

"Siap!"

"Tim 2?"

"Ready dong, Pak!"

"Tim 3 udah siap juga nih, Pak!"

"Saya gak nanya," celetuk Papah Ghina.

Aji langsung cemberut mendengar respon Papah Ghina, sementara yang lain cuma ketawa liat ekspresi Aji.

"Pokoknya saya harap gak ada yang bikin rusuh ya di acara anak saya."

"Aman, Pak. Setiap tim udah saya kasih kerjaannya sendiri biar acara anak bapak lancar," ucap Sadam selaku ketua pelaksana acara ulangtahun Ghina.

"Bagus, bagus. Yaudah, saya tinggal ke dalam ya," ucap Papah Ghina seraya menepuk pundak Sadam.

"Siap, Pak Jenderal!"

Begitu Papah Ghina masuk ke dalam rumah, semuanya langsung heboh. Tapi Tian sih yang lebih heboh.

"Gila, Dam. Lo lagi latihan mau masuk TNI, ya? Kuat amat lo ngadepin tatapan Pak Jenderal," ucap Tian.

"Gitu deh, sekalian latihan jadi calon mantu yang baik, siapa tau kepilih." Kekeh Sadam.

"Najis, si Ghina mana mau sama lo," sinis Ella.

"Yeee, jeles aja lo sama gue." Senggol Sadam.

Di tengah pertengkaran kedua sejoli, tiba-tiba saja ponsel Davin mengeluarkan suara notifikasi chat yang masuk.

Reisya
|Dav
|Gue ga ikut party ghina

Davin terpaku sedikit dengan chat tersebut, ia kira Reisya akan datang dan membuat kerusuhan seperti yang di pikirannya, ternyata gadis itu memilih tidak datang.

Namun tak lama kemudian, panggilan telepon dari Raden muncul. Kening Davin mengerut heran, apalagi yang temannya ini inginkan?

"Kenapa?" Tanya Davin.

"Gue pulang ke Jakarta."

"Jadi?"

"Lo udah kasih hadiahnya ke Ghina?"

"Belum, niatnya sih kasih pas awal acara nanti. Apa mau lo aja yang ngasih?"

"Gak, kayaknya gak sempet kalo gue yang ngasih. Gue ada janji sama orang dan mungkin bakal telat."

"Gue kira lo kesini pure gara-gara Ghina, Den."

"Ya emang iya, tapi ternyata ada rencana lain. Yaudah, makasih ya, Dav."

"Iya."

Tutt.

Juan yang melihat Davin yang sibuk sendiri daritadi, lantas menepuk bahu temannya itu. "Telponan sama siapa?" Tanyanya.

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang