31) Renggang

110 25 7
                                        


Ares tertawa kecil melihat cuitan tweet tentang kejadian di Bioskop tadi. "Selamat, lo berhasil debut di base sekolah gue." Ucapnya seraya menunjukkan ponselnya.

"Itu siapa yang fotoin, bangsat?!"

Ares bergidik tak tahu, "mana gue tau. Tapi asal lo tau aja, kalo paparazzi sekolah gue itu kelakuannya kayak monyet. Salah satu murid berulah aja, udah langsung masuk base."

Reisya yang sedari mengucap sumpah serapah setelah melihat foto tersebut pun berdecak kesal. "Bisa dihapus gak? Image gue bisa-bisa hancur kalo sampe ketahuan sama anak sekolah gue."

"Gak tau, gue gak kenal sama admin lambe turahnya. Lagian, gak masalah kali kalo anak sekolah lo pada tau. Dengan gitu mereka bisa tau kalo selama ini si Reisya anak pindahan yang polos itu selingkuhannya Raden si most wanted SMA Trisakti." Ucap Ares lalu tertawa kecil diakhir kalimat.

"Gue bukan selingkuhannya Raden." Reisya berucap dengan mata menajam.

"Ya tapi tingkah lo itu udah kayak selingkuhannya Raden." Balas Ares tak santai. "Well, tapi gue cukup seneng gara-gara ulah lo ini, hubungan Raden sama Ghina pasti jadi renggang." Lanjutnya.

"Dengan kata lain lo mau manfaatin kesempatan ini buat deketin si Ghina itu?" Ares mengangguki pertanyaan Reisya.

"Lo yakin gak bakal kena halang?"

"Siapa yang halangin? Gak bakal ada yang bisa halangin gue setelah ini, gue yakin insiden ini udah cukup buat bikin hubungannya Ghina sama Raden putus."

"Omong-omong luka lo udah diobatin?" Tanya Ares pada Reisya.

Sang empu memutar bola matanya malas, "ya lo gak liat tadi gue ngapain aja?"

Ares tertawa renyah lalu duduk disamping Reisya dengan tenang. "Pokoknya habis ini gue harus bisa deketin Ghina, gimanapun caranya."

"Kalo mereka curiga gimana? Bisa aja ada yang curiga kalo gue sekongkol sama lo selama ini."

"Mana mungkin mereka curiga? Soal lo sama Raden aja mereka masih gak tau kejelasannya kayak gimana. Lagian gue pastiin, Ghina sama Raden bakal putus seenggaknya beberapa hari lagi." Balas Ares santai, tak lupa dengan senyum puasnya.

"Tapi lo juga harus hati-hati, Res. Tiap pergerakan lo, gue yakin pasti diikutin sama seseorang. Orang-orang bisa aja musuhin lo kalo tau lo yang rencanain ini semua." Ucap Reisya.

"Lo juga bantuin bikin rencananya juga, bukan gue doang."

"Iya juga. Yaudah, gue balik dulu kalo gitu."

"Nginep disini aja, Rei." Ucap Ares.

"Gak dulu, Mamah pasti nungguin gue di rumah."

"Lo masih anggep dia Mamah setelah dia nguras habis harta Papah lo dan bikin lo hampir kayak gembel gini?"

"Gue gak gembel ya, bangsat. Emang males pake baju yang lain. Lagian Mamah gue gak seburuk itu, tinggal sama keluarga baru juga gak bikin gue sengsara-sengsara amat."

"Ck, yaudah lah, terserah. Tapi kalo sampe lo kena kunci lagi kayak kemarin, mending kesini aja, gak usah balik ke apartemen. Oke?"

"Iya, bawel."

.

.

Seminggu, itu waktu yang cukup untuk membuat jarak antara Ghina dan Raden meregang. Bahkan gadis itu tak pernah lagi mau menyapa apalagi berkontak mata dengan Raden.

Kebetulan sekarang sedang pelajaran olahraga, giliran anak lelaki yang tanding futsal hari ini. Beruntungnya mereka memakai lapangan indoor, jadi tidak harus berpanas-panasan di luar.

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang