14) Kita Pacaran?

151 37 14
                                        

"Ghinaa," panggil Raden.

"Apa? Ganggu aja lo, gue lagi belajar juga. Besok tuh ulangan tau."

"Bukan ulangan, Ghin. Tapi remedial, gue kan gak remedial."

"Oh iya, terus ngapain telpon? Ganggu aja, nanti kalo Mamah denger diomelin gue."

"Mamah lo galak ya?"

"Ya menurut lo aja, kalo gak galak bukan Mamah gue namanya."

"Eh tapi gue mau nanya, kan ini gue nelpon lo gara-gara disuruh sama Juan. Emangnya kalo pacaran tuh harus telpon-telponan gini ya?" Tanya Raden penasaran.

Ghina berdecak, "ya mana gue tau. Gue aja baru pertama kali punya pacar, sekalinya dapet malah kayak lo."

"Ih, jahat banget."

"Bodo! Lagian ya, kalo pacaran cuma buat telpon-telponan sama saling ngabarin doang juga Papah gue bisa anjir, kagak usah pacaran, mending gue telponan sama dia sambil bahas rancangan masa depan."

"Nah itu! Jadi gue gak harus nelpon lo dong."

"Iya gitu, tapi kalo ada sesuatu yang mendesak ya telpon gue aja."

"Oke!"

Tutt.

Sudah? Itu saja? Langsung dimatikan tanpa memberi salam perpisahan? Ya ampun, buang-buang waktu Ghina saja.

Raden gak jelas, untung sayang.

Tapi tidak lama kemudian, muncul nada dering telepon lagi dari ponsel Ghina. Ghina sendiri langsung melotot melihatnya. RADEN NGE-VIDEO CALL DIA DONG, YA AMPUN.

Ghina dengan cepat merapihkan rambutnya, dan juga merapihkan meja belajarnya yang sangt berantakan. Setelah itu baru dia angkat panggilannya sambil menyengir.

"Lama banget, Neng. Ngapain lo? Pasti dandan dulu ye," goda Raden dengan wajahnya yang tampak sangat menyebalkan bagi Ghina.

"Berisik! Orang tadi lagi abis dari kamar mandi juga."

"Ngapain? Boker?"

"Pikir aja sendiri, ngapain lo video call gue? Dibilang jangan ganggu, gue lagi belajar."

"Nah, justru itu. Gue video call mau nemenin lo belajar, biar kita bisa belajar bareng! Kebetulan juga gue ada materi yang mau dipelajarin.."

Sementara Raden sibuk mengoceh mengenai materi yang akan dia pelajari, Ghina terdiam sejenak dan berpikir. Raden tidak seburuk yang ia duga, Ghina sempat berpikir jika pacarnya ini mungkin kerjaannya hanya main terus tanpa memperdulikan nilai dan pelajarannya.

Tapi tidak mungkin juga sih kalau Raden tidak peduli, pemuda itu bahkan masuk dalam jajaran 5 besar dikelasnya, tepat di rangking 5.

"Lo gak seburuk itu ya, Den." Gumam Ghina.

"Iya dong! Lo kira gue anaknya bandel banget gitu? Kalo nilai rapot gue sampe ada yang di bawah KKM dicoret gue dari KK sama Bunda."

Ghina tertawa kecil, "dasar anak Bunda!"

.

.

"Ciee, berangkat bareng nih ye! Ekhem!" Sahut Ella ketika Raden dan Ghina masuk ke kelas.

"Berisik! Biasanya juga gue kan bareng Raden," balas Ghina kesal. Masih pagi tapi sudah digoda seperti ini.

"Pagi Ghina," sapa Ares dengan senyumnya yang sudah berada dimejanya seperti biasa.

Raut wajah Ghina langsung cerah, dan segera duduk disampingnya chairmate-nya itu. "Pagi Ares! Udah sarapan belum tadi?"

Raden yang menguping percakapan keduanya mendelik, apa-apaan itu? Dia yang pacarnya saja tak pernah disapa seceria itu oleh Ghina. Bahkan tadi pagi saja ketika mereka bertemu, bukannya menyapa, Ghina malah menyuruh untuk langsung berangkat atau kalau bisa mengebut.

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang