7) BOOM

160 45 10
                                    

Hari ini Ghina berangkat bersama Sadam, entah setan apa yang merasuki bocah itu hingga mau mengajak Ghina berangkat bersama.

Ya, mungkin ini karena tadi Ghina tidak sengaja melihat Sadam yang juga ingin berangkat sekolah, karena nemang rumah mereka itu bersebelahan jadi terlihat saat Ghina lihat Sadam sedang memanaskan motor.

"Buset dah, mataharinya terik amat anjir! Padahal baru jam setengah 7," sungut Ghina.

"Yaudah lah, lagian lo ngapain liat ke arah matahari bego. Kan udah gue kasih helm, biar gak kepanasan." Balas Sadam.

Ghina pun ber'oh'ria, dia baru sadar apa gunanya Sadam memberinya helm tadi. Keduanya pun sama-sama terdiam sejenak sampai akhirnya Ghina kembali memanggil Sadam.

"Sadam, Sadam."

"Apa?"

"Tau gak?"

"Ya gak lah anjir, lawak lo."

Ghina cengengesan, "kita boncengan kayak gini pasti bakal ditilang tau."

Sadam seketika melotot lalu mengerem motor mendadak membuat Ghina menubruk dirinya.

"Kok bisa ditilang?! Lo bilang ya ke bapak lo kalo gue ngajakin lo berangkat bareng makanya nanti kita bakal ditilang?!"

"Bapak gue Jenderal, bego. Bukan polisi." Balas Ghina malas

"Terus kok kita bisa ditilang?"

Ghina tersenyum manis, "soalnya kita bertiga. Gue, elo sama cinta."

Sadam yang awalnya kaget seketika terdiam. Boleh gak sih dia baper sama anaknya Bapak Jenderal? Eh tapi nanti dia kena tembak pake senapan kebanggaan Bapak Jenderal.

Bentar, bentar. KENAPA DIA JADI GAMPANG BAPER GINI?! GAK BOLEH! SADAM HARUS KUAT IMAN!

'Sabar Dam, itu cuma kata-kata pemanis biar Ghina bisa nebeng ke lo lagi pas pulang sekolah. Tapi gue baper.."

"Anjir lo, Ghin. Gue baper nih, tanggung jawab lo."

.

.

"Assalamualaikum temen-temen!" Seru Ella dari arah pintu kelas.

"Waalaikumussalam ukhti, PR sosiologinya udah belum? Gue pengen pinjem nih," sahut Juan.

"Boleh, tapi bagi PR Ekonomi ya?" Juan mengangguk

Prinsip Ella, gak barter gak boleh minta jawaban.

"Ada yang bisa gue mintain bantuan gak? Cowok!" Tukas Ares yang baru saja datang.

"Gue, bantuan apa?" —Raden

"Ngambil mangga dipohon taman belakang sekolah, mumpung dibolehin sama Pak Lay."

Raden langsung mengangguk ribut lalu pergi bersama Ares.

"Jangan lupa bagi-bagi ke gue!" Teriak Rihanna yang berada di ambang pintu kelas.

Tak lama setelah itu, Ghina dan Sadam datang. Juan yang menotice kedatangan keduanya pun bersiul.

"Tumben nih dateng bareng," tukas pemuda itu.

"Ya gitu deh," balas Ghina seadanya lalu duduk dibangkunya.

Sadar bahwa teman sebangkunya tidak ada, gadis itu lantas bertanya. "Ares kemana?"

"Ngambil mangga di pohon belakang sekolah," jawab Ella.

Mata Ghina seketika melotot, "udah izin sama penunggunya belum?!"

Juan, Ella, bahkan Rihanna terdiam mendengar pertanyaan Ghina. Mereka bahkan lupa jika pohon mangga yang letaknya berada ditaman belakang sekolah itu ada penunggunya.

"Anjir, gue gak mau ya satu kelas ini ketempelan gara-gara mangga sebiji doang."

.

.

Saat istirahat, penghuni kelas 10 IPS 4 mengobrol di kantin, especially—Juan, Rihanna, Ella, Ghina, Raden, Sadam dan Ares—yang sangat berisik.

"Woy woy, minta bikinin sambel rujak gih ke Mpok Iis," perintah Juan.

"Gue aja, sekalian mau beli gorengan." Ucap Sadam

"Eh eh lo pada tau gak sih?" Rihanna kembali memulai pembicaraan, sepertinya ada gosip baru hari ini.

"Apaan?" Tanya Ghina

"Masa gue denger dari si Vina, katanya ada kakel yang mau jedor cewek diangkatan kita."

"Anjir! Serius? Rame inimah nanti!" Seru Raden

"Siapa anjir kakelnya?" Tanya Ella antusias

"Kak Abian."

"Widih! Yang cakep itu ya?" Rihanna mengangguki ribut pertanyaan Ghina.

"Kalo ditolak mau gue ketawain nanti," tukas Juan. "Ya Allah, Juan, parah banget." Ucap Ares

"Pada ngomongin apaan sih? Ketinggalan pasti gue," celetuk Sadam sembari meletakkan bumbu rujak dan gorengannya di meja.

"Itu loh ada kakel yang mau nembak cewek diangkatan kita," ucap Ares. Sadam ber'oh'ria, "kak Abian ya? Setau gue dia mau nembak—

"Ekhem! Buat seluruh penghuni kantin! Diminta perhatiannya sebentar!"

Omongan Sadam terhenti ketika salah satu kakak kelas mereka berteriak meminta perhatiannya.

Abian, cowok yang dimaksud Rihanna tadi naik ke atas kursi kantin seraya membawa secarik surat.

"Mau jedor itu pasti dia," bisik Juan.

"Disini gue mau bacain salah satu puisi, bikinan gue sendiri buat salah satu cewek yang ada di kantin ini."

Ghina menopang dagunya, Ella dan Rihanna berbisik menduga siapa yang dimaksud oleh Abian, Juan pun ikut-ikutan, Raden dan Sadam memakan rujaknya, dan Ares sibuk mengepang rambut Ghina menggunakan karet bekas nasi uduk tadi sembari ikut mendengarkan.

Bego emang.

   Ku tulis puisi ini untuk kau yang aku cintai saat kita pertama kali bertemu.
   Tak ada kata yang terbesit di kepalaku saat melihatmu kecuali satu kata, indah.
   Aku pikir ini hanya perasaan biasa yang dialami oleh seorang lelaki, ternyata aku salah, itu cinta.
   Satu hal yang ingin ku sampaikan padamu adalah, aku mencintaimu saat pertama kali memandang wajahmu.

Seisi kantin dipenuhi dengan sorakan, termasuk di meja penghuni kelas 10 IPS 4. Raden dan Juan bersorak, sementara Ella mengompori siapa perempuan yang dimaksud oleh Abian.
 
"Emang ada ya, orang yang beneran cinta padahal baru pertama kali ketemu?" Tanya Ghina pada Ares. "Gak tau, aneh." Balas pemuda itu lalu kembali fokus mengepang.

Tiba-tiba saja Abian turun dari atas bangku kantin lalu duduk berpose ala orang yang sedang melamar kekasihnya.

"For you, Rosanne Ghina Nasution, mau gak jadi pacar gue?"

Seisi kantin seketika senyap, Raden dan Juan yang paling kaget, begitu pula yang lainnya, apalagi Ghina.

"ANJIR! ANAK BAPAK JENDERAL DIJEDOR WOY!!" Seru Ella.

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang