2) Kerusuhan anak 10 IPS 4

227 50 0
                                    


"WOY PIKET WOY!" Teriak Juan sambil menggedor-gedor papan tulis memakai gagang sapu.

"Yang gak piket! Gue aduin ke guru piket nanti!" Ancam sang ketua kelas.

Guru piket lebih ditakuti daripada wali kelas, itu prinsip yang dipegang oleh Juan pada teman-teman sekelasnya.

"Ares, nyapunya yang bersih."

"Fadli, itu jendela masih kotor."

"Astaghfirullah Sekar, itu mejanya kok malah makin berantakan sih?"

"Mita! Lo ngapain berdiri diatas bangku?! Turun heh!"

"Ya tuhan, sabarkan aku. Teman-teman kelas ku hampir sebelas dua belas kayak hewan di margasatwa, jadi jangan biarkan aku mengumpat." Batin Juan.

"Astaghfirullah, Juan. Kerjaan lo daritadi cuma ngebacotin orang doang, bantuin dong!" Kesal Ares.

Juan mendelik, "dih? Ngapain? Orang bukan jadwal piket gue kok."

"Ini siapa lagi yang belum piket nih?!" Tanya Juan karena merasa ada yang kurang.

Bertepatan dengan itu pula, Raden datang dengan santainya. Mendudukkan dirinya seraya meminum susu kotak coklatnya.

"HEH RADEN! PIKET LO!" Perintah Juan.

Raden menghela nafas, "emang hari ini hari apa?"

"Hari Kamis—

"Lah kok gue jadi hari Kamis?! Bukannya hari Senin?!" Pekik Raden.

Rihanna yang juga baru datang mendengus, "lo lupa kalo Minggu kemaren baru aja ganti jadwal piket hah?"

"Eh iya?" Raden menggaruk kepalanya, lupa dia.

"Kutuan ya lo?" Tanya Ares lalu melempar sapu pada Raden. "Nih, lanjut nyapu." Lanjut pemuda itu.

"WOYY!! LO PADA INGET GAK SIH KALO HARI INI ULANGAN HARIAN EKONOMI?!" Seru Ghina yang baru saja datang.

Keadaan kelas seketika senyap, membuat sang empu kebingungan. "K-kalian kenapa?"

"Lo kok baru bilang sekarang sih?!" Tanya Rihanna

"Gue belum belajar, ya Tuhan!"

"Astaghfirullah! Bencana inimah namanya!" —Raden

"Lo tau darimana kalo nanti ulangan ekonomi?" Tanya Ares. "Bukannya kemarin udah gue kasih tau?" jawab Ghina.

"KAPAN?!" Tanya semua teman sekelasnya serempak

Ghina terdiam sejenak, lantas bergumam, "kemaren udah gue kasih tau belum sih?" Rihanna memijat pelipisnya, "beuh, udah pasti inimah kalo si Ghina lupa."

"Ulhar bab berapa emang, Ghin?"

"Bab 4," jawab Ghina.

"Lah itu mah gampang anjir."

Kelas kembali senyap dan hening. Juan menatap tajam Ares seakan sudah siap menceramahi pemuda itu, Rihanna bersiap untuk melempar bukunya, dan Raden bersiap memegang gagang sapunya.

"KITA BELUM BELAJAR BAB ITU SAMPE SELESAI BEGO! GIMANA MAU NGERJAIN?!"

.

.

"Astaghfirullah, gue mual banget liat soal ulangannya tadi," ucap Ella lalu meminum air putihnya.

Baru saja meminum sekali, botol minum itu sudah direbut oleh Sadam dan diminum sampai habis.

"Wah si bangsat ini, ngelunjak ye lo! Botol minum gue kenapa diabisin anj—

Sadam menutup mulut Ella dengan cepat, "syuttt! Gak boleh pelit-pelit sama calon pacar."

Ella mencebik kesal, "siapa juga yang mau pacaran sama lo? Ogah gue!"

"Ina! Nitip jus mangga ya!" Pinta Juan yang diangguki oleh Rihanna.

"Oke, sayang!"

"Ares! Kipas gue mana?!" Seru Ghina.

"Ini lagi gue pake elah, pinjem bentar!" Balas Ares.

"Ya makenya berdua sini, barengan sama gue!"

"Si Raden mana?" Tanya Juan. "Tuh, lagi dikerubungin sama cewek-cewek," jawab Ella sembari menunjuk ke arah tempat Raden.

Ghina melirik ke arah Raden, "WOY RADEN! BURUAN KESINI ANJIR! LO MAU MAKAN APA KAGAK?!" Pekik gadis itu

Ares yang berada disamping Ghina, menutup telinganya erat-erat. Gendang telinganya serasa ingin pecah.

Raden menengok lalu menghela nafas, "udah dulu ya, gue ditungguin sama temen-temen gue tuh."

Keadaan kantin semakin ramai karena keberisikan di meja anak-anak 10 IPS 4, dibilang kayak ragunan mereka tuh.

"Heh, ini bukan ajang siapa paling mesra, kagak usah tebar kemesraan disini." Sungut Ares yang melihat Sadam menyuapi Ella.

Iya, disuapin. Kasar sih tapi nyuapinnya.

"Siapa yang mesra sih anjir? Ini gue cuma disuapin doang loh," tukas Ella.

"Ghina, anak bapak Jenderal yang cantik dan menawan, bagi batagornya dong." Ghina mendelik geli pada Juan, "jijik banget sumpah gue, kalo mau ya ambil aja."

"Masya Allah Raden, kagem lo banyak banget," ujar Ares.

Raden mengusap rambutnya, "iya dong."

"Bagi-bagi dong."

Ghina melirik sinis Ares, "paling juga nanti kena ghosting lagi."

"Permisi! Ini siapa yang tadi nitip makanan sama minuman ke gue?" Tanya Rihanna sembari membawa makanan dan minuman tersebut.

"Kok gue gak dibeliin sih tadi?!" Rihanna menatap Raden malas, "lo gak nitip ye, penguin."

"Eh tapi masa ada cowok yang deketin gue tau," ucap Ella.

"Siapa?"

"Dari sekolah sebelah pasti." Ella mengangguki perkataan Ghina. "Bener."

"Aciee yang mau punya pacar nih ye, deketin balik lah sana." Ujar Raden yang langsung mendapat tatapan tajam dari Sadam.

"Cuekin aja El," ucap Sadam.

"Ngomongin soal pdkt, ada yang tertarik punya cewek gak nih?" Tanya Rihanna.

Semuanya terdiam, termasuk yang murid lelaki—Juan, Ares, Sadam dan Raden.

"Gue!" Seru Raden.

"Lo bukannya baru jadian sama Kak Anis?" Tanya Ghina. Raden berdecak, "gue diputusin anjir, gara-gara lo nebeng motor gue terus, katanya gue selingkuh."

Rihanna tertawa, "kasian deh lo."

"Gue sih lagi gak minat," ucap Juan. "Ya lo ngapain juga nyari cewek, orang udah ada Ina." Balas Ella.

Ghina mengangguk, "Ina paket lengkap."

"Gue gak mau dighosting lagi, tapi kalo ceweknya baik, boleh lah kenalin." Tukas Ares.

"Gue lagi nyari nih," celetuk Sadam.

Semuanya menatap aneh ke Sadam, terlebih lagi Raden dan Juan.

"JADI LO TUH SUKA SAMA ELLA APA KAGAK SIH ANJIR?!" Pekik Ghina.

16 (SIXTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang