"Halo semua!" Sapa Ghina riang pada seisi kelas."Halo anak Bapak Jenderal! Inget gak kalo hari ini kita ada ulangan harian?" Sahut Juan.
"Gue baru nyampe ya, sialan. Udah diingetin ulangan harian aja, ganggu suasana pagi yang cerah ini, tau!" Kesal Ghina yang dibalas tawa kecil oleh Juan.
"Loh? Calon jodohku yang tertunda, mana? Kok belum dateng?" Tanya Ghina membuat seisi kelas meliriknya bingung.
"Maksud lo Ares?" Ghina mengangguki pertanyaan Rihanna.
"Lagi di Ruang OSIS."
"Kasian Raden, Ghin, kagak lo anggep jodoh." Ujar Ella sambil menepuk pundak Ghina pelan. Si empu memutar matanya malas, "bercanda doang elah, lagian kan Raden gak denger."
"Gak denger mata mu! Itu jelas-jelas dia lagi melototin lo daritadi!" Ghina melirik ke arah pemuda itu, yang benar saja, Raden memang sedang menatapnya sinis sebelum akhirnya pemuda itu mengalihkan pandangannya.
Ella pun menggeleng pelan, "eh tapi gue mau cerita nih! Sini-sini!" Gadis itu mengajak teman-temannya berkumpul di mejanya.
"Apaan?" Tanya Raden.
"Lo pada tau kan si Ravael yang pendiem itu? Yang selalu nempatin tahta rangking 6 dikelas kita?" Tanya Ella.
Kelima temannya mengangguk tahu, "kenapa?" Tanya mereka serentak.
"Gue lagi deket sama dia."
"Widih, dari sekian banyak cowok yang ngejar lo disekolah ini, lo lebih milih sama si Ravael." Tukas Juan antara mengejek atau heran.
"Kok bisa deket, sih? Bukannya dia anaknya susah banget bergaul, ya?" Tanya Ghina penasaran.
"Iya, jadi minggu kemarin yang waktu kalian ngajakin gue buat nyusul nonton Raden, Juan, Ares sama Sadam main basket. Dia tiba-tiba ngasih gue makanan! Lucu banget!" Pekik Ella riang. "Dia juga ngasih surat kemarin!"
"Oh iya? Boleh liat gak suratnya?" Tanya Juan.
Ella pun mengambil surat itu dari kantong tasnya, dan memberikannya pada teman-temannya.
"Buset dah, demen kali ye dia sama lo, sampe manggil lo cantik." Tukas Raden.
"Aaa! So sweet banget! Kok gue gak pernah dapet surat kayak gini sih?" Ujar Ghina.
"Mungkin dia mau temenan kali sama lo, El." —Juan
"Atau malah dia kasian sama Ella gara-gara galau terus?" —Rihanna
Sadam hanya diam, tak berkomentar seperti temannya yang lain. Matanya hanya fokus pada surat kecil berwarna pink itu, diam-diam pemuda itu antara merasa kesal dan iri.
"Eh, terus terus? Jadinya gimana?" Tanya Ghina.
"Gue sama dia udah sering ngobrol bareng, kadang juga suka makan di kantin bareng. Dia anaknya baik banget, lucu sama perhatian juga."
"Terus lo baper?" Tanya Sadam yang akhirnya buka suara.
"Ya iya lah, lagian siapa sih yang gak baper kalo digituin?" Balas Ella malu-malu.
Sadam berdecih pelan, "paling cuma mau numpang tenar ke lo doang."
Semuanya langsung melotot setelah Sadam berkata sedemikian, Raden dan Rihanna yang paling terkejut sepertinya, bahkan Ares yang baru saja datang menimbrung sudah bersiap melayangkan buku tebalnya pada Sadam.
Ghina yang berada disamping Sadam menyikut lengan pemuda itu, matanya menatap tajam pada Sadam seolah memperingatinya agar seharusnya tidak berkata seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
FanfictionKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...