Raden mengerutkan kening ketika melihat bangunan rumah yang tak asing baginya. "Lo ngapain ajak gue ke rumah lo?""Jangan-jangan—
"Gak usah suudzon dulu napa, gue ga bakal ngapa-ngapain lo. Lo kalo gue jual juga belum tentu laku," potong Ares cepat yang langsung disinisi oleh Raden.
"Gue cuma mau ngasih lo sesuatu," lanjut Ares kemudian menarik Raden masuk ke dalam rumahnya.
Mereka berdua menjejalkan kaki di kamar milik Ares, sang pemilik kamar pun mengobrak-abik laci mejanya seperti berusaha mencari sesuatu sementara Raden hanya menatapnya kebingungan.
"Nyari apaan lo?" Tanya Raden.
"Ini," Ares menjawab seraya menyodorkan sebuah lembar foto kusam pada Raden.
Dengan tatapan penuh bingung Raden mengambil foto tersebut dan mulai memperhatikannya dengan seksama, "ini siapa?"
"Itu lo sama Reisya, beberapa tahun yang lalu. Gue dapet foto itu dari Reisya."
"Terus? Kenapa lo kasih ini ke gue? Apa hubungannya sama sekarang?" Tanya Raden sekali lagi.
"Singkatnya, lo sama Reisya itu sahabat yang baik, dulu. Tapi setelah lo kecelakaan dan dokter bilang lo kehilangan ingatan lo, hubungan lo sama Reisya seakan putus gitu aja. And there's one little girl yaitu Ghina yang muncul gitu aja di hidup lo. Reisya ngerasa kehadiran Ghina ngegantiin posisi dia, dan dia sejak itu dia gak suka sama Ghina."
"Mirisnya, karena dulu Reisya sama Ghina satu sekolah, Reisya ngebully Ghina sebagai tindak balesan dia karena Ghina udah rebut lo dari dia. Dan itu yang bikin Ghina trauma dan mutusin buat pindah." Lanjut Ares.
"Dan dari saat itu gue kehilangan sosok Ghina," ucap Raden pelan.
Ares tersenyum miring, "dari yang Reisya ceritain ke gue, sebenernya Ghina pernah beberapa kali balik ke Jakarta. Dan setiap dia mau ketemu lo selalu ada Reisya yang seakan siap hadang dia kapanpun supaya jauh sama lo."
"Kenapa Reisya sejahat itu?"
"Karena dia kehilangan temennya Raden. Kalo lo sendiri pernah ngerasain rasanya kehilangan Ghina, dia juga ngerasain gimana rasanya kehilangan lo. Jadi Reisya itu rasanya sakit, tapi kalo gue di posisi Ghina juga gue bakal sakit karena Ghina gak tau apa-apa soal Reisya di hidup lo dan cuma mau berteman sama lo." Jelas Ares panjang lebar.
"Terus, kenapa lo kasih tahu hal ini ke gue?" Tanya Raden.
"Karena gue pengen lo ambil keputusan, Raden. Lo yang jadi orang utama di masalah ini, lo juga yang udah balikin perseteruan antara Ghina sama Reisya. Jadi gue pengen lo mutusin, milih Reisya atau Ghina di hidup lo?"
.
.
"Woi Ares mana dah? Kok gak keliatan sih anjir? Acaranya udah mau mulai padahal," tanya Aji.
"Dia ngabarin ke gue sih tadi bilangnya bakal telat—eh itu orangnya," Sadam menunjuk ke arah Ares yang baru saja datang.
"Duh, sorry banget ya gue baru dateng. Macet tadi di jalan," ucap Ares.
"Yeu makanya kalo nyari kado jangan mepet-mepet." Sindir Aji.
"Lo diem deh kata gue, lo juga baru nyari kado tadi pagi ya anjing," ucap Juan sementara Aji hanya tertawa tak bersalah.
Suara mic mulai terdengar, pertanda acara sudah akan dimulai. MC di acara ulang tahun Ghina kali ini adalah Tian dan Ella. Ghina mempercayakan pekerjaan itu kepada dua temannya karena hanya mereka berdua lah mood booster di tiap acara.
"Halo halo, selamat malam semuanyaaa! Selamat datang di party sweet seventeen Ghina! Buat yang baru dateng silahkan ambil posisi ternyaman kalian ya!" Ucap Ella dengan sedikit pembukaan.
"Karena acara ini bakal agak panjang, gue dan partner gue bakal ngenalin diri terlebih dahulu. Halo semuanya gue Ella dan partner gue—
"Gue Tian!"
"Kami berdua bakal nemenin kalian sepanjang acara ini! Nah acara ini akan dimulai dengan sambutan spesial dari Ghina sendiri. Buat Ghina dipersilahkan buat masuk!"
Gemuruh tepuk tangan mulai memarak ketika Ghina melangkahkan kakinya masuk, gadis itu tampil cantik dengan balutan dress putih dan tiara kecil di kepalanya.
"WOI CEWEK GUE CANTIK BANGET!!" Teriak Aji lantang membuat suara tawa dari para tamu undangan tak terkecuali Ghina sendiri.
"Ehm, halo semuanya, selamat malam. Pertama-tama gue mau kasih ucapan terima kasih karena kalian udah bersedia dateng ke pesta ulang tahun gue, semoga kalian enjoy dengan acaranya ya!" Ucap Ghina yang kembali mengundang tepuk tangan.
Selama acara berlangsung, Ares hanya terdiam saja dan menikmati acara tanpa mengobrol apapun dengan temannya. Sontak Davin pun mulai menepuk bahu temannya itu, "lo kenapa?"
"Oh, gapapa." Jawab Ares singkat.
Davin sempat ikut terdiam sebentar, "Raden... gak kesini?"
"Gue gatau, Dav. Abis tadi siang gue ketemuan sama dia, dia langsung pergi gitu aja tanpa ngasih tau mau kemana." Ucap Ares.
"Terus, dia udah jawab pilihan dari lo?" Tanya Davin kembali yang hanya dibalas gelengan pelan oleh Ares.
"Waktu abis gue ceritain semuanya, dia langsung linglung gitu. Mungkin dia masih butuh waktu." Ujar Ares.
Davin sendiri cukup paham dengan situasi Raden, maka sepertinya memang hadiah ini harus ia berikan sendiri pada Ghina. Lagipula, sepertinya Raden memang butuh memikirkan keputusan yang bijak setelah semua hal yang terjadi antara ketiganya.
Ketika sesi makan dimulai, Davin menghampiri Ghina yang tengah duduk sendiri di mejanya. Dengan uluran tangan pelan, Davin mengeluarkan hadiah yang ia bawa dan memberikannya pada Ghina.
"Hadiah, Ghin. Buat lo," ucap Davin.
"Loh, bukannya lo udah ngasih hadiah, Dav? Banyak bener hadiah lo buat gue," heran Ghina.
"Ini bukan dari gue, dari Raden." Ghina langsung terkejut mendengar nama yang keluar dari mulut Ares, gadis itu pun menerima kado tersebut dengan tangan gemetar.
"Raden..? Dia ngasih hadiah ini lewat lo?" Tanya Ghina yang diangguki oleh Davin.
"Sebenernya kata Raden dia mau kasih hadiah ini sendiri ke lo, tapi.."
"Tapi dia ngurungin niatnya dan ujungnya nyuruh lo buat ngasih ini ke gue. Iya, kan?" Ujar Ghina yang membuat Davin terdiam seribu bahasa.
Ghina tersenyum sedih, air mata gadis itu langsung lolos begitu saja. Suara isakannya terdengar pelan dan samar, walaupun begitu Davin menahan diri untuk tidak membujuknya berhenti karena itu hanya akan memperburuk perasaannya.
"Dia kenapa sejahat itu? Dia gak tau kalo gue berharap banget dia dateng ke acara ini? Dia gak tau kalo selama ini gue nungguin dia? I miss him so bad, Dav."
KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
Hayran KurguKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...