Tian, yang sejujurnya saja berbeda sekolah dengan keempat temannya yang lain—Raden, Juan, Sadam dan Aji—memulai harinya dengan bosan tentunya. Ya, walau sebenarnya dia tidak sendirian juga, masih ada Davin kok.Tapi tetap saja, Davin anaknya tidak bisa diajak bercanda. Tidak seru.
Kalau tidak salah, mapel pertama hari ini adalah fisika. Ck, membosankan.
"Mau pindah sekolah aja gue," gumam Tian.
"Ngapain anjir? Belum ada setahun lo sekolah disini, lagian kan sebentar lagi kita kedatengan cewek cakep." Sahut salah satu temannya, Rafi.
Tian seketika langsung terbangun, "beneran?!"
Rafi mengangguk-anggukkan kepalanya, "anak pindahan, cakep banget loh!"
"Widih! Kudu gue gebet nih!" Seru Tian riang.
"Berani lo gebet Reisya?" Celetuk Davin dengan wajah datarnya.
Tian langsung terdiam sejenak, "Reisya? Anak pindahannya Reisya?!" Tanya Tian yang diangguki pelan oleh Davin.
"Gue penasaran, apa yang bakal dilakuin sama Reisya." Gumam Davin pelan.
.
.
"Ayo ke street food!" Seru Ghina pada Raden.
Ah, Ghina pasti ingin menagih janji Raden pada gadis itu tadi, sejujurnya Raden ingin sekali mengiyakan permintaan Ghina, tapi hari ini dia tidak bisa karena tiba-tiba saja M menyuruhnya pulang cepat.
"Duh, Ghin, maaf ya. Tapi Bunda nyuruh gue pulang cepet tadi, lain kali aja ya?"
"Lah gimana sih? Kan tadi lo janji mau ngajakin ke street food," ujar Ghina kesal karena Raden yang ingkar janji. Kalau sudah begini Ghina jadi malas sendiri kan.
"Maaf ya, janji deh besok kita ke street food!"
"Halah, kebanyakan janji lo! Udah, Ghin, lo kalo mau ke street food sama gue aja, ada Ares sama Juan juga kok!" Sahut Rihanna langsung merangkul Ghina.
Ghina ingin mengiyakan tapi Raden buru-buru menggeleng keras. "Enggak! Kalo ada Ares gak boleh!" Seru Raden lalu menarik Ghina dan memeluk gadis itu posesif.
"Cih, belagak ye lo sekarang! Biasanya juga kalo ada Ares fine-fine aja, sekarang malah ngelarang, inget lo tuh cuma pacarnya Ghina." Rihanna kembali menarik Ghina untuk mendekat dengannya, "bukan orang tuanya." Lanjut Rihanna.
Raden tentu tidak terima, menatap Ghina meminta gadis itu untuk menolak ajakan Rihanna. Gadis itu pun mendengus, "sorry ya, Den, tapi gue pengen banget ke sana. Lo sendiri juga gak bisa nemenin gue, kan? Jadi mending gue sama Rihanna aja."
Rihanna seketika langsung tersenyum senang, lalu menggandeng Ghina dan menyeret gadis itu pergi. "Ayo buruan! Juan sama Ares udah nunggu!"
Ghina melambai ke arah Raden, sementara sang empu mencebik kesal. Seandainya hari ini Bundanya tidak menyuruh pulang cepat, mungkin sekarang dia sudah bersenang-senang dengan Ghina.
Lagi pula kenapa dia harus pulang cepat sih? Ada siapa sebenarnya di rumahnya?
.
.
"Assalamualaikum, Bunda. Rad—
"Waalaikumussalam! Halo Raden!" Balas seseorang antusias hampir membuar Raden terjungkal karena kaget.
Seorang gadis, dengan kaus putih polos dan sweatpants army-nya. Raden seperti mengenali orang tersebut, wajahnya tampak familiar. Tapi entah lah, Raden tidak bisa ingat siapa gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
FanfictionKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...