"Halo, Raden!" Sapa Reisya riang dengan senyum ceria tercetak diwajahnya. Raden hanya membalas dengan senyum tipis, "hai.""Maaf ya lama, tadi macet sebentar dijalan. Oh iya kamu udah pesen?" Raden menggeleng sebagai jawaban. "Loh, kok belum sih? Biasanya kan kamu udah mesen makanan banyak kalo disini. Aku pesenin sesuatu yaa."
Raden ingin sekali rasanya bilang tidak namun lidahnya kelu ketika menatap betapa excited-nya Reisya saat bertemu dengannya setelah hampir seminggu lebih. Bahkan senyum manis gadis itu membuat jantungnya berdebar makin kencang.
"Bener kata Sadam, gue suka sama Reisya. Ya tuhan.."
"Omong-omong, udah lama banget kita gak ketemu, mungkin sekitaran seminggu lebih. Apalagi kamu ngajakin ketemuan mendadak gini, pasti ada yang mau diomongin ya?"
Raden mengangguk pelan sebagai jawaban. "Rei, lo tau kenapa selama ini gue selalu ngeiyain ajakan lo buat jalan berdua bahkan sampe rela bohong ke Ghina?"
Reisya berpikir sejenak, "mungkin karena kamu tau aku gak ada temen lagi selain kamu?" Jawabnya lalu terkikik kecil di akhir kalimat.
"Rei, gue tau gue seharusnya gak ngomong gini. Tapi dari semua yang udah kita lakuin bareng-bareng, gue ngerasa nyaman banget sama lo. Dan kayaknya, gue suka sama lo."
Reisya mengerjapkan matanya, ketika kedua netranya bersinggungan dengan milik Raden membuat dirinya memunculkan debaran yang sama. Dalam hati dia berteriak senang sekencang mungkin mendengar penuturan Raden.
Tapi tentu saja, dia tidak bisa langsung menunjukkan rasa bahagianya bukan?
"Kamu beneran suka sama aku?" Tanya Reisya memastikan bahwa dia tidak salah dengar. Sementara Raden mengangguk yakin, "iya."
"Terus Ghina gimana?"
Pertanyaan yang benar-benar keluar begitu saja dari mulut Reisya. "Kamu suka sama aku tapi disisi lain kamu masih punya pacar. Itu kan agak gimana gitu."
"Tenang aja, gue punya cara sendiri buat nyelesein masalah itu." Balas Raden.
.
"Udah deh, Ju, gak usah ngurusin si Reisya itu. Liat mukanya aja udah bikin gue eneg, mana kemaren nempel-nempel ke lo lagi." Ucap Rihanna seraya turun dari motor Juan.
"Heh? Cemburu lo?"
"Ya iyalah! Emang gak boleh gue cemburu?!"
Juan tertawa lepas seketika, "bisa-bisanya lo masih cemburu, gak inget kita masih dalem mode berantem gara-gara kasus Ella sama Sadam?"
Rihanna mencebik kesal. "Itu kan udah lama, elah. Masih aja dibahas lo. Lagian emang lo gak mau baikan sama gue apa? Lo juga bikin gue nangis gara-gara omongan lo pasti kita berantem."
Sang pacar pun tersenyum manis lalu mencubit kedua pipi Rihanna dengan gemas. "Ya kali gue gak mau baikan sama lo, baru kali ini kita berantem tapi diem-diemannya sampe lebih dari dua minggu. Sorry juga waktu itu udah bikin lo nangis, gue gak bermaksud kayak gitu sebenernya. Kontrol mulut gue aja emang suka bikin kesel tiap lagi debat sama orang."
"Ck, makanya jangan banyak-banyakin bacotin anak orang. Gak kekontrol kan jadinya mulutnya," ucap Rihanna.
"Iya iya. Sekarang janji deh, abis ini kita jangan berantem lagi, akur terus biar makin langgeng biar dapet penghargaan couple of the year. Janji?" Juan mengulurkan kelingkingnya, mengajak pinky promise pada Rihanna.
"Janji!"
.
.
Hujan sialan! Bisa-bisanya turun pas sekali saat Ghina sedang jalan-jalan pergi ke minimarket, dan menyebalkannya dia tidak membawa kendaraan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
16 (SIXTEEN)
FanfictionKalau tidak salah, Raden pernah dengar kalau tiap orang akan bertemu dengan jodohnya diumur 16 tahun, yang mana itu adalah disaat masa-masa SMA bukan? Tapi kenapa masa SMA di usianya yang 16 tahun ini tampak sangat suram karena kehadiran gadis bern...