26. Masa lalu.

567 64 20
                                    

• • ━━━━━━ ⛧ ━━━━━━ • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • ━━━━━━ ⛧ ━━━━━━ • •

"Aigoo! Benar-benar sensitif. Baiklah, akan ku ceritakan bagaimana aku bisa mengetahui kalian," ujarnya. "Sebelumnya, perkenalkan, nama ku Jung Hae In."

Mu-Jin tiba-tba saja langsung teringat dengan seseorang yang sudah ia cari dari saat ia masih remaja, "Tidak mungkin, nama Jung hae in sangat banyak di korea, tidak, itu tidak mungkin dia," gumam Mu-Jin. Ia menelan air liur nya, dada nya sempat berdebar-debar dengan kecepatan yang luar biasa.

Hae-in melihat raut wajah Mu-jin sekilas, ia hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya berinisiatif untuk duduk di dasar lantai. Di ikuti oleh Mu-Jin di sampingnya, sementara itu, Tae-ju tetap berdiri, ia selalu siap siaga jika terjadi apa-apa terhadap tuan nya.

"Mengapa kau tidak duduk?" Tanya Hae-in. Tae-ju sama sekali tidak merespon.

"Cepatlah. Jangan menghabiskan waktu ku," sahut Mu-Jin. Ia masih belum bisa percaya kepada Hae-in, karena saat itu kondisi mereka adalah sebagai buronan, mana tau jika Hae-in adalah seorang intel, benar?

"Arraseo. Sebelumnya, bolehkah aku mengatakan sesuatu sebelum ke topik inti?" Mu-Jin mengangguk setuju walaupun sebenarnya ia malas. "Sebenarnya, aku sudah tahu siapa wanita ini. Dia adalah adik kelas ku dahulu," tutur Hae-in pelan.

Tae-ju seketika melongo ketika mendengar penuturan Hae-in. Sementara Mu-Jin menyipitkan matanya kesal. "Sialan."

Hae-in menyadari tatapan Mu-Jin yang tiba-tiba menjadi mengerikan, ia beralih menatap Tae-ju yang sedang menelan air liur nya kasar. Sekarang, Hae-in menyadari kesalahan nya. "Aigoo, tamatlah riwayat ku sebentar lagi," pria itu bergumam di dalam hati nya.

Mu-Jin menghapus jarak nya dan Hae-in, pria itu mencengkram kerah baju Hae-in dengan kencang. "Jangan pernah kau ganggu kekasih ku, aku tidak peduli jika ia adalah adik kelas, kakak kelas, saudara atau siapapun, inti nya, dia adalah kekasih ku, tidak ada yang boleh mengajak nya berbicara hal yang tidak penting kecuali aku sendiri," ujar Mu-Jin. Hae-in mengangguk, ia buru-buru melepaskan cengkraman Mu-Jin yang semakin detik semakin kuat.

Nafas Hae-in tersengal-sengal. Ia benar-benar akan mati jika Mu-Jin tidak melepaskan cengkraman itu. "Arraseo. Arraseo. Maaf kan aku. Aku tidak tahu kalau wanita ini adalah kekasih mu, kupikir kalian adalah seorang adik dan kakak," balas Hae-in, pria itu melembutkan suara nya sembari menatap Mu-Jin.

Hening. Tak ada pembicaraan selama 1 menit, Mu-Jin tengah berusaha untuk mengontrol emosi nya, lalu, Hae-in kembali menoleh ke arah Mu-Jin yang duduk di samping kiri pria itu.

"Jadi, apakah aku boleh bercerita?" Tanya Hae-in memastikan. Mu-Jin menoleh ke asal sumber suara, pria itu masih menatap Hae-in tajam sebelum akhirnya ia mengangguk mengizinkan.

"Duduklah Tae-ju," perintah Mu-Jin. Tae-ju mengangguk walaupun pistol masih melekat di genggaman nya.

Hae-in mulai bercerita, Tae-ju dan Mu-Jin mendengarkan cerita itu dengan seksama walaupun mereka sama sekali belum bisa percaya kepada orang asing di kondisi mereka yang seperti ini.

Charismatic Man ( SELESAI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang