Setelah menghantarkan Shania pulang,Ray pun dihantarkan pulang oleh Aldi.
Sekitar pukul 19.00 Ray baru tiba di rumah dan langsung masuk ke rumahnya,tapi tiba-tiba papa nya datang dan memarahi nya.
"Dari mana?" tanya Rival dengan nada datar
"Habis main" jawab Ray
"Sama siapa?" lanjut Rival
Ray hanya terdiam tak menjawab.
"Sama cewek itu lagi? masih berani dia main sama kamu?! setelah dia bikin kamu di skors,bikin kamu babak belur,bikin nilai kamu turun!" sarkas Rival
"Papa gak usah salahin Shania! itu semua bukan salah dia!" balas Ray
"Gak mungkin kamu tiba-tiba bisa di skors kalau bukan karena cewek itu!" ketus Rival masih menyalahkan Shania
"Nggak pa!nggak!" jawab Ray
"Lalu?"
"Udah pa,Ray gak mau bahas itu lagi! ini semua bukan karena Shania. berhenti salahin dia!" Ray melenggang pergi dari hadapan Rival,namun Rival dengan cepat menahan tanganya
"Mau itu salah dia atau bukan, tapi semenjak hadirnya dia di hidup kamu bikin semua prestasi kamu turun! kamu sengaja bikin papa kecewa?" Rival terus saja membahasnya
"Papa gak mau dengan kamu yang main terus-terusan sama dia bikin nilai kamu turun dan malas untuk belajar. papa cuma melakukan yang terbaik buat kamu,apa susah untu diam dirumah dan belajar? kamu ini sudah papa berikan fasilitas yang bagus dan cukup" lanjut Rival panjang lebar
Ray membalikkan badannya sambil menatap Rival.
"Justru kehadiran dia bikin Ray tenang,bikin Ray punya penyemangat. selama ini apa papa pernah lihat Ray stress lagi semenjak ada Shania? Ray bisa bertahan karena dia,Ray bisa turutin semua permintaan papa untuk mendapatkan nilai terbaik itu karena Shania selalu support aku! papa sendiri? bisa nya cuma nyuruh belajar tanpa mensupport Ray sepersen pun!Shania bukan dampak negatif bagi Ray! kalau gak ada dia, Ray mungkin akan terus-terusan stress karena dituntut untuk jadi yang terbaik terus sama papa, prestasi Ray turun bukan karena dia. karena Ray terlalu capek disuruh belajar dan belajar tanpa adanya jeda untuk istirahat,Ray cuma butuh satu hari untuk bebas melakukan apapun yang Ray inginkan apa itu susah? apa papa gak bisa kasih itu?" sudah lama Ray ingin mengatakan semua unek-uneknya, selama ini ia sudah terlalu capek dengan apa yang Rival perlakukan.
Setelah semua Ray mengeluarkan unek-uneknya Ray langsung pergi dan masuk ke kamar tanpa mendengar panggilan Rival lagi.
•••
"Ray dan Shania gak masuk?" tanya Ara kepada Aldi yang sedang bersandar di dinding lorong sambil menunggu jam pelajaran masuk
"Udah jam segini kayanya mereka gak masuk" jawab Aldi
"Tapi kenapa Ray gak masuk?" tanya Ara lagi
"Mana gue tau, gue bukan pelamar" jawab Aldi persis seperti Ara waktu itu
"Ih plagiat lo! itu kan kata-kata gue!"
"Biarin wlek" balas Aldi sambil mengeluarkan lidahnya
"Ara!Aldi!" merasa namanya di panggil, mereka berdua pun menoleh ke sumber suara
"G-gue minta maaf,gue gak bermaksud buat bongkar ini semua. ini salah Monica,tolong maafin gue" ucap nya sambil memegang tangan Ara
Ara yang sudah muak langsung menghempas tanganya
"Bacot deh lo! mau salah Monica atau siapapun,lo juga ikut-ikutan ngebongkar itu!" omel Ara
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetapi Aku Mencintainya [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "J-jadi orang tua Shania meninggal gara-gara kecelakaan?" tanya Ray yang masih memegang diary Shania ditangannya "Emang nya lo gak ngerasa aneh sama kejadian orang tua lo, Sha?" lanjut Ray menatap Shania "Iya Sha, lo pengen...