"Kita harus bantu Shania dan Ray"
"Harus mulai dari mana?"
Sudah 1 jam kedua orang itu mengobrol di Cafe sambil menyeruput secangkir kopi.
"Kita belum denger penjelasan dari Ray, kita gak tahu apa benar Om Rival pelaku nya?"
Aldi dan Ara berusaha membantu permasalahan yang dialami Shania dan Ray. Segala cara sudah mereka pikirkan tapi belum ada yang bisa mereka hadapi.
Keduanya saling diam memikirkan segala cara.
"ALDI! GUE BARU INGETTT" jerit Ara heboh
"Syuuuttt pelan-pelan dong sayang" peringat Aldi
Ara merasa malu ketika beberapa orang meliriknya
"Kamu inget kan kita pernah minta bantuan polisi?"
Aldi mengangguk-angguk. Pastinya ia masih inget kejadian itu.
"NAHHH!! KAMU INGET KAN KALO POLISI ITU BILANG KALO CERITA YANG DI DIARY SHANIA GAK BENER SEMUAA" balas Ara sesantai mungkin tapi tetap heboh
"INGETTT!"
"Berarti bisa jadi cerita yang Tante Riana ceritain itu gak bener semua, dan bukan Om Rival pelaku nya" ungkap Ara
"Masuk akal sih, tapi kenapa Shania masih percaya sama cerita Tante nya?" jawab Aldi
"Mungkin Shania lupa tentang pencarian yang dibantu polisi itu, maklum dia lagi stress"
"Kita harus ingatkan Shania tentang itu, kita juga harus cepet-cepet denger penjelasan dari bokap Ray" ujar Aldi
"Gue yakin bukan Om Rival pelaku nya. Gue juga gak percaya sama cerita yang Tante Riana ceritain itu, polisi juga bilang cerita yang di diary Shania itu gak bener." ucap Ara jelas
•••
Ara dan Aldi tadi ke cafe saat jam istirahat. Kini mereka sudah kembali ke sekolah lagi untuk mengikuti jam pelajaran ke tiga.
"Nak, tolong bawakan buku ini ke ruang guru" Guru itu menunjuk Shania untuk meminta tolong
Shania pun bangkit dari duduknya dan membantu Guru tersebut.
Shania mulai mengikuti Guru itu ke ruang guru untuk menyimpan buku yang ia bawa.
"Terimakasih banyak ya, Nak." ucap Guru itu
"Iya bu sama-sama" Shania pun keluar dari ruang Guru.
Saat Shania keluar, ia berpas-pasan dengan Ray yang baru mau masuk ke dalam ruang guru itu.
Ray sempat menatap Shania beberapa detik, menatap mata indahnya, menatap wajah cantiknya, menatap kecantikan pada diri Shania.
Ray sangat ingin mengobrol dengan gadis itu. Ia ingin keadaan kembali seperti semula.
Namun kini Ray tak bisa menatap Shania lagi, karena gadis itu langsung pergi dari hadapannya dan Ray pun langsung masuk ke ruang guru karena sudah dipanggil.
Selama perjalanan Shania dari ruang guru ke kelasnya. Ia masih terbayang-bayang dengan tatapan Ray.
Shania juga sama halnya. Ia ingin keadaan kembali seperti semula, ia tak ingin menjadi asing dengan Ray.
"Sha, mau sampai kapan lo ngejauh?" Shania baru duduk disebelah Ara, langsung disuguhi pertanyaan seperti itu
"Pertanyaan gak penting." jawabnya sinis
"Kalau lo terus-terusan ngejauh, gimana caranya lo mau denger penjelasan Ray?" Shania terdiam saat itu juga.
"Ck, udahlah jangan bahas itu. Sekarang kerjain aja tugas yang dikasih Bu Lala." Ara tak lagi bicara saat mendengar ucapan Shania tadi, ia langsung mengerjakan tugas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetapi Aku Mencintainya [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "J-jadi orang tua Shania meninggal gara-gara kecelakaan?" tanya Ray yang masih memegang diary Shania ditangannya "Emang nya lo gak ngerasa aneh sama kejadian orang tua lo, Sha?" lanjut Ray menatap Shania "Iya Sha, lo pengen...