Perdana Menteri Koo Seo Ryeong bertolak ke Jepang untuk melakukan kunjungan kenegaraan. Kunjungan itu dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan hubungan perdagangan serta ivestasi antar kedua negara.
Perdana Menteri Koo secara langsung bertemu dengan Perdana Menteri Jepang di Tokyo. Kunjungan PM Koo merupakan peluang untuk membawa kedua negara ke tingkat yang baru dengan kesepakatan bisnis senilai 40 miliar dolar AS siap ditandatangani.
Namun, pertemuan kedua negara itu diwarnai aksi dari aktivis demokrasi yang menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Jepang. Mereka menolak kesepakatan yang dilakukan Kerajaan Corea dan Jepang, mengingat kedua negara ini sering berselisih memperebutkan pulau yang terletak diantara perbatasan.
Semenjak beberapa kapal Jepang mencoba menerobos masuk ke wilayah Corea, hubungan kedua negera semakin memanas. Bahkan tak sedikit dari rakyat Corea yang menunjukkan aksi protes dengan membuang semua produk impor dari Jepang.
Kini Istana Busan sedang disibukkan oleh pengunjuk rasa yang menuntut PM Koo untuk membatalkan kesepakatan bisnis dengan Jepang. PM Koo tentu tidak akan melakukan suatu tindakan tanpa persetujuan dari Lee Gon.
Karena PM Koo masih berada di Jepang, maka sudah seharusnya Lee Gon melakukan sesuatu untuk meredakan amarah rakyat. Lee Gon terlihat sering menghubungi PM Koo untuk mengetahui reaksi dan perkembangan di Jepang.
Tae Eul mengetuk pintu ruangan Lee Gon dan langsung masuk tanpa menunggu jawaban dari Lee Gon. Seumur hidup Lee Gon hanya Tae Eul yang melakukan seperti ini di Istana. Lee Gon baru saja mengakhiri panggilan teleponnya.
"Siapa?"
"PM Koo. Syukurlah Jepang tidak menanggapi buruk tentang protes kali ini. Meskipun dipenuhi ambisi, kuakui Koo Seo Ryeong telah melakukan yang terbaik"
"Hm"
"Amerika juga sedang memberikan kerja sama untuk kita, tapi sepertinya aku juga harus ikut kesana bersama PM Koo"
"Hm"
Tae Eul melirik sinis ke Lee Gon namun suaminya tidak menyadari. Myeong Seung Ah mengetuk pintu ruangan Lee Gon disusul dengan Jo Yeong.
"Pyeha"
Keduanya membungkuk memberikan hormat.
"Kapten Jo carilah siapa ketua dibalik aksi demo kali ini. Perasaanku mengatakan ada anggota parlemen dibalik ini semua"
"Seung Ah siapkan tempat, aku akan menemui perwakilan dari mereka"
"Ye pyeha" jawab mereka serentak.
"Kapten Jo, pastikan tidak ada orang sipil yang terluka dalam demo kali ini" kata Tae Eul.
"Ye hwanghu-mama"
Mereka berdua bergegas keluar melakukan tugas masing-masing.
"Ayo kita makan" ajak Lee Gon
"Aku sudah makan"
"Wah hari ini kau meninggalkanku. Kalau begitu temani aku makan"
"Panggil saja Lady Noh, minta dia untuk menemanimu"
Tae Eul keluar ruangan meninggalkan Lee Gon yang kebingungan dengan jawabannya.
Setelah Lee Gon bertemu dengan perwakilan aksi demonstran, kini demo berakhir tertib. Lee Gon tidak pernah gagal dalam memenangkan hati banyak orang. Sikapnya yang tegas namun lembut membuat siapapun yang bicara padanya akan memberikan hormat.
Jo Yeong berhasil menemukan anggota parlemen dibalik aksi demo kali ini. Dalam setiap demo akan selalu ada orang pemerintah yang tidak menyukai Lee Gon. Karena anggota parlemen itu mengaku dan meminta maaf, Lee Gon menurunkan jabatannya ke level 5.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Eternal Monarch (When it's fate, there are no coincidences)
FanfictionMelanjutkan kisah Lee Gon dan Tae Eul setelah Manpasikjeok kembali utuh