Ep. 51

1K 121 47
                                    

Empat bulan telah berlalu, daun-daun pohon Gingko yang terletak di kolam belakang Istana mulai berjatuhan. Pohon Gingko yang konon ditanam sendiri oleh mendiang Raja Taejo masih hidup abadi sampai sekarang. Mereka berdaun dengan indah dan menjatuhkan semua daun-daunnya saat musim gugur seperti sekarang.

Musim gugur di Kerajaan Corea adalah waktu yang tepat untuk wisatawan asing berlibur. Warna daun-daun kuning, merah dan coklat berterbangan membuat suasana menjadi romantis. Banyak orang yang mengambil foto dibawah pohon-pohon Mapel dan Gingko yang ada di sepanjang jalan.

Lady Noh terlihat berdoa didepan puluhan kendi yang berisikan air suci. Dia selalu mendoakan keselamatan kerajaan. Jauh dilubuk hatinya, dia merasa bersalah karena selalu menuntut seorang pewaris kepada Tae Eul.

Di sore hari jika Tae Eul tidak ada jadwal kunjungan negara, Lady Noh selalu mengajaknya untuk mengobrol sambil meminum teh di taman belakang. Lady Noh dan Jo Yeong adalah orang-orang terdekat Lee Gon yang mungkin paling dibenci banyak orang karena watak mereka.

Lady Noh menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi pada keluarga kerajaan. Dia tidak menikah tapi Lee Gon menganggap seperti nenek baginya. Hanya Lady Noh yang berani membantah kalimat seorang Raja.

Jeong Tae Eul tiba di Istana setelah dari acara Hari Perempuan dan memberikan sedikit pidatonya. Lee Gon tidak bisa hadir disana, namun dia melihat pidato Tae Eul dari tablet miliknya. Dia selalu memperhatikan cara berbicara Tae Eul didepan umum. Lee Gon sangat bangga pada setiap kemajuan pidato Tae Eul yang semakin membaik.

Andai saja ponsel Lee Gon secara tiba-tiba diretas orang jahat, orang itu tidak akan mendapatkan apapun kecuali riwayat kolom pencarian artikel tentang Tae Eul dan galeri yang berisi banyak foto candid istrinya.

Sudah 2 minggu ini, Lee Gon tidak lagi memakai 'alat pengaman'. Mereka berdua melakukan secara alami. Terkadang Tae Eul harus melawan rasa kantuk karena tengah malam Lee Gon menginginkan tubuhnya.

Jeong Tae Eul adalah wanita yang galak sekaligus bawel, namun dia bisa selalu mematuhi semua keinginan Lee Gon dengan baik. Biasanya setelah melakukan romansa panas di atas ranjang, mereka berdua berpelukan dan saling mencurahkan perasaan masing-masing. Bersandar di kepala ranjang sambil mengumpulkan tenaga yang telah terkuras.

Pendingin ruangan seakan tak berfungsi jika melihat keringat yang bercucuran di badan mereka. Lee Gon membelai rambut Tae Eul yang berantakan, dia terus tersenyum mendengarkan permintaan-permintaan Tae Eul. Karena jarang ada wanita yang mau bekerja menjadi polisi, Tae Eul meminta Lee Gon untuk memberikan beasiswa bagi perempuan-perempuan yang mendaftar polisi atau tentara.

Diluar dugaan, ternyata banyak perempuan yang mendaftar untuk mendapatkan beasiswa polisi. Mereka yang mendaftar adalah pengagum sosok Ratu Corea yang berlatar belakang seorang detektif kepolisian.

Dokter terbaik di Corea secara rutin memeriksa kesehatan mereka. Profesor Hwang menyarankan agar Lee Gon tidak terlalu stres dengan pekerjaan negara. Tahun ini untuk pertama kalinya Kerajaan Corea menjadi tuan rumah olimpiade, Lee Gon menjadikan Stadion K menjadi arena lomba. Stadion kebanggaan warga Corea yang dirancang desainnya oleh paman Lee Gon, Profesor Lee Jong In.

Acara besar yang hanya diadakan 4 tahun sekali ini menjadi pusat perhatian Lee Gon. Dia menunjuk PM Koo sebagai penanggung jawab kesuksesan acara. Gedung bertingkat didekat K Stadion direnovasi untuk tempat menginap para atlet.

Hari berganti hari, pagi ini Lee Gon telah berangkat menuju lokasi Stadion K meninggalkan Tae Eul yang masih tertidur. Tae Eul benar-benar kelelahan setelah semalam Lee Gon bertingkah sangat liar. Cahaya matahari yang menembus jendela membangunkan Tae Eul dari tidurnya.

The King : Eternal Monarch (When it's fate, there are no coincidences)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang