Lee Gon mulai khawatir saat tidak mendengar balasan suara Jeong Tae Eul diseberang telepon. Isterinya yang sekarang berada di tempat sangat jauh dari dirinya membuat pikiran buruk melintas di kepala Lee Gon.
"Jeong Tae Eul, jawab aku"
"...."
Suara samar seorang wanita mendengkur dari seberang telepon membuat Lee Gon jauh lebih kaget lagi. Kedua bola matanya membesar diikuti mulutnya yang melongo mendengar suara dengkuran dari ponsel yang dia pegang.
Beberapa detik kemudian dia tertawa menyadari hal yang sedang terjadi.
"Tidurlah yang nyenyak Ratuku, malam ini aku akan datang ke mimpimu"
Lee Gon mengecup layar ponsel sebelum mengakhiri panggilan teleponnya dengan Tae Eul.
Jam dinding di aula Istana berbunyi ketika jarumnya tepat berada di angka 8. Hari ini Lee Gon akan bertemu dengan Kaisar Jepang yang berkunjung ke Kerajaan Corea sebagai permintaan maaf secara langsung atas tindakan dari serangan Militer Jepang kemarin.
Kerajaan secara resmi sudah memaafkan Jepang, namun untuk proses hukum Internasional tetap diproses. Sekitar 4 pejabat militer Jepang dan 2 polisi militer Angkatan Laut Jepang dibalik penyerangan kali ini dijatuhi hukuman di negaranya.
Kerajaan Corea memilih untuk berdamai dan kembali bekerja sama untuk ekspor impor mineral logam. Pertemuan kedua pemimpin negara itu menjadi topik hangat diseluruh dunia.
Di tempat lain, Jeong Tae Eul dan para pengawalnya telah berada lokasi bekas pengeboman bunuh diri yang dilakukan sekelompok Taliban. Bersama dengan Perdana Menteri, Penerjemah Corea dan rombongan pejabat Afganistan, mereka mengunjungi penampungan korban yang kehilangan rumah dan keluarga mereka akibat bom yang diledakkan di tempat tinggal mereka.
Beberapa wartawan lokal dan asing meliput kunjungan Ratu Corea ke Afganistan kali ini.
Jeong Tae Eul mengernyitkan dahi ketika melihat lokasi penampungan korban.Dalam satu tenda yang berkapasitas 20 orang, kini dihuni sampai 50 orang. Tidak ada tempat tidur yang layak, hanya tikar usang yang menjadi alas mereka untuk tidur. Para lansia yang sakit juga berada dalam satu tenda dengan bayi-bayi yang kehilangan ayah atau ibunya karena bom.
"Mengapa pemerintah tidak membawa bayi-bayi ini ke tempat yang lebih layak? Bukankah kalian mempunyai Yayasan untuk menampung anak-anak yang kehilangan orangtua mereka?" tanya Jeong Tae Eul
"Benar Ratu Lee, namun tempat itu juga masih dalam proses perbaikan karena bom. Kelompok Taliban menjadikan Rumah Sakit, Yayasan Panti hingga Sekolahan untuk sasaran ledakkan bom"
Jeong Tae Eul menghela nafas sangat panjang ikut merasakan kesedihan yang dialami warga disana. Saat mereka berbincang tiba-tiba sekelompok anak kecil berusia sekitar 5 tahun berlarian dan menabrak Jeong Tae Eul.
Karena kaget, seorang pejabat menegur anak kecil itu untuk berhati-hati. Anak-anak itu terlihat takut saat sang Menteri menegurnya. Jeong Tae Eul berjongkok dan tersenyum pada anak itu.
"Injâ kasi Engelisi midânad? (Adakah orang yang bisa berbicara bahasa Inggris di sini?)" tanya Tae Eul kepada anak-anak yang berdiri didepannya
"Me!!" teriak salah seorang anak perempuan
"Who's your name?"
"My name is Afsoon" anak perempuan itu melebarkan senyumnya
"Woah....what a beautiful name, Afsoon"
Jeong Tae Eul membelai lembut pipi anak perempuan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Eternal Monarch (When it's fate, there are no coincidences)
FanfictionMelanjutkan kisah Lee Gon dan Tae Eul setelah Manpasikjeok kembali utuh