Seorang gadis cantik dengan pakaian rapi menghentikan sepedanya di sebuah tempat parkir yang sangat luas. Matanya menelusuri setiap bagian bangunan yang berada di depannya. Nafasnya terengah-engah karena mengayuh sepeda sangat cepat, memburu waktu agar tidak telat."Untung saja tidak telat." lega Hana dengan senyum senang saat dirinya memasuki area sekolah incarannya.
Jika Hana telat satu menit saja maka habislah, beasiswanya pasti dicabut. Dia sudah berjuang keras supaya bisa masuk kesekolah elit ini dengan otak pas-pasannya, tentunya dengan belajar tekun karena Hana sadar jika dirinya bukan orang yang pintar tanpa belajar. Terlalu merendah!
Hana mengatur nafasnya yang masih sedikit memburu dan memarkirkan sepedanya di parkiran yang tersedia. Senyum gadis itu terpancar, mungkin orang lain akan menganggapnya gila tapi dirinya menganggap ini adalah sebuah anugrah bisa menginjakan kaki di tempat ini, kenapa? karena sekolah ini dihuni oleh orang-orang yang kayak raya seperti anak pemilik perusahaan, anak artis, anak pejabat dan lainnya. Oh tentu saja pasti banyak pemuda tampan disana yang memiliki ketampanan seperti di negeri dongeng. Hehe!
Hana celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya, dirinya sungguh malu saat banyak yang melihatnya. Apalagi pakaian yang dikenakannya terlihat sedikit kuno dengan kemeja kebesaran rok selutut dan atribut lengkap dengan rambut yang kepang ke samping dengan kacamata yang bertengger manis di kedua telinganya.
Hana tidak berlebih-lebihan bahkan mungkin orang akan menganggap gadis itu sangat manis dengan kecantikan yang natural namun untuk sekolah seelit itu mereka pasti menganggapnya adalah cupu.
Tin tin
Hana terjolak kaget saat sebuah mobil yang berada di belakangnya memberikan klakson padanya. Gadis itu bergeser dengan malu dia lupa jika dirinya masih berada di area parkiran, Hana langsung beranjak dari sana mencari seseorang yang bisa mengantarnya ke ruangan kepala sekolah.
Disisi Lain Piter mengendus kesal karena Thomas harus semobil dengannya, padahal pemuda itu memiliki mobil sendiri tapi dengan manjanya dia meminta tumpangan pada Nadine untuk ikut mobil Piter.
Piter bisa saja menolak tapi karena ibunya yang baik hati, malah mengiyakan ucapan Thomas tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu.
Entah kenapa Piter merasakan sedikit gelisah dan jantungnya berdetak kencang saat mobilnya semakin mendekati area sekolah. Belum lagi Luc serigalanya yang terus aja melolong yang membuat Piter kebingungan.
Sepertinya rasa penasaran Piter terjawab ketika hidungnya mencium aroma yang memabukkan yang membuat Luc serigalanya terus aja mengumamkan kata 'mate'. Seketika mobilnya berhenti tepat di belakang seorang gadis yang baru Piter lihat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SF 2 : Prince's Mate
WerewolfSERIES KE-2 Ketika takdir mempertemukan Piter dengan sang mate, namun dipisahkan dengan keadaan. Akankah mereka akan kembali bersatu? Bagaimana Piter menghadapi matenya yang memiliki dua sisi yang berbeda? . Masa lalu Piter selalu mencari celah untu...