Chapter 7: Fanatik dan Fakta

3.3K 393 0
                                    

Hana meringis dalam hati ketika dirinya menjadi sorotan, pakaian seragam sekolahnya yang dibelikan Piter tampak sedikit mencolok di tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana meringis dalam hati ketika dirinya menjadi sorotan, pakaian seragam sekolahnya yang dibelikan Piter tampak sedikit mencolok di tubuhnya. Untung saja ini masih sangat pagi sehingga belum terlalu banyak siswa yang berada disekolah, Hana juga melakukan ini agar ini menghindari Piter menjemputnya.

Hana tampak cantik dan manis, seragam yang pas dengan rambut dikepang seperti biasa, kaca mata menghiasi matanya. Terlihat elegan dan simpel, Hana mempercepat langkahnya menuju kelas Hana tidak suka telinganya menangkap bisik-bisik teman-temannya yang berkata sinis kepadanya.

Kenapa mereka itu sebenarnya Hana tidak mengerti padahal dirinya tidak pernah mengusik mereka atau melakukan kesalahan yang membuat imagenya jelek.

Hana masuk kedalam kelas tapi gadis itu merasa aneh ketika melihat dikelasnya tidak ada siapa-siapa, padahal biasanya ada Rudi atau Mila yang merupakan siswa-siswi teladan yang sering datang pagi. Kenapa Hana bisa tahu? Karena dirinya sering datang pagi untuk menghindari Piter, pemuda itu sering datang ke rumahnya untuk menjemputnya.

Brak

Hana berbalik dan membuat melihat pintu kelas yang tertutup, dari dalam gadis itu bisa mendengar tawa beberapa siswi dari luar kelasnya. Ya Tuhan Hana panik!

Brak

Brak

Brak

"Buka pintunya!" panik Hana memukul-mukul pintu kelas yang tertutup rapat.

"Diamlah disana sialan! Itu karena kau sudah berani mendekati pangeran kami." terdengar suara seorang perempuan diluar sana.

"Tolong buka! Aku tidak mendekati siapapun yang kalian maksudkan!" Hana berujar pelan, kenapa dirinya harus menghadapi situasi seperti ini. Dari semenjak SMP dan sampai sekarang Hana selalu diperlakukan sebelah mata seperti ini jujur Hana lelah dengan semua ini.

"Halah, tak pernah pura-pura bodoh kau kami tidak akan percaya!" seru perempuan lainnya dari luar.

Brak

Brak

"Buka pintunya!" Hana berteriak kesal tubuhnya merosot kelantai. Tangan Hana yang sedang memukul pintu menjadi semakin pelan, gadis manis itu menahan tangisnya dengan cara menggigit bibir bawahnya kuat.

Hana tidak pernah absen mendapatkan perilaku seperti ini atau bisa disebut pembulian dari SMP, namun karena Hana selalu diam ketika diperlakukan seperti ini dan tidak menangis sama sekali itu membuat mereka yang yang membjlinya merasa bosan dan jengah karena tidak ada perlawanan ataupun ekspresi yang mereka harapkan dari Hana jadi kadang terbebas dari pemulihan itu.

Itulah mengapa Hana bisa bertahan sampai sekarang, telinganya memang mendengar tapi Hana kadang-kadang menulikan telinganya meskipun hatinya tetap merasa sakit karena tuduhan yang tidak pernah dilakukannya. Seperti sekarang!

SF 2 : Prince's Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang