17. Teman Tidur

1.1K 101 5
                                    

Lora kembali ke kelasnya dengan tatapan kosong.

'Saya mencintai kamu, jauh sebelum kita menikah.'

Kalimat Juan tadi terus berputar di kepalanya hingga tidak ada lagi yang mampu Lora pikirkan selain perkataan Juan. Juan mencintainya jauh sebelum mereka menikah? Selama itu kah? Tapi kenapa? Kenapa Juan mencintainya selama itu? Mengapa ia merasa ini aneh?

Lora bahkan tidak mengenal Juan sebelum mereka menikah, tapi mengapa Juan mengatakan bahwa cowok itu mencintainya jauh sebelum mereka menikah? Bisa kah seseorang mencintai orang lain tanpa mengenalnya? Atau, sebelum itu Juan telah mengenal Lora namun Lora yang tidak mengenal Juan? Kepala Lora berdenyut nyeri memikirkan itu.

Jujur, jauh di hati kecilnya Lora merasa mengenal Juan. Tapi ia sendiri tidak mengerti. Lora menghela napasnya kasar.

Gadis itu tak sadar bahwa dirinya tengah berjalan ke tengah lapangan, dimana tim Olimpiade tengah berkumpul. Lora belum juga sadar hingga tepukan di bahunya menariknya ke dunia nyata. "Bel udah bunyi, lo gak masuk kelas?" Lora menoleh kemudian mengerjapkan matanya.

Ia bingung, melirik ke seluruh penjuru, dahinya mengernyit. Lora berada di tengah lapangan. Banyak pasang mata menatapnya aneh, hingga matanya bertubrukan dengan mata elang Juan.

'Kok gue bisa ada di sini, sih?'

Lora memejamkan matanya.

"Hei, lo gapapa? Kenapa wajah lo kayak orang bingung?" tanya siswi itu lagi.

"Hah?" beo Lora. Ia masih mencerna semuanya.

Siswi itu menghela napasnya, merasa aneh dengan sikap Lora. "Gress, lo di panggil Pak Bayu!" tiba-tiba Juan berada diantara mereka.

"Yaudah, gue duluan," pamitnya lalu pergi.

Juan berdiri di hadapan Lora yang masih diam. "Ra? Kamu gapapa?"

Lora mendongak menatap Juan yang menatapnya sangat lembut membuat darahnya berdesir. "Gapapa."

"Kamu sakit, hm?"

Lora menggeleng. Ia memilih berbalik menuju kelasnya. Ia seperti orang linglung. Juan menatap punggung Lora yang menjauh, lalu menghembuskan napasnya. Ia khawatir melihat raut wajah Lora yang seperti tadi. Lora seperti orang kebingungan.

"Juan, ayo! Mobil udah mau berangkat!" Ria menarik lengan Juan membuat cowok itu tersentak.

"Iya," singkatnya melepas cekalan tangan Ria kemudian mendahului gadis itu menuju bus.

Ria menghela napasnya mendapat perlakuan Juan. Cowok itu jadi lebih cuek semenjak tahu kejahatan Ria pada Lora. Kini Ria harus berusaha lagi dari nol untuk meluluhkan hati Juan.

"Gue suka sama lo, Juan. Tolong sadar sama hadirnya gue di sisi lo!" lirih Ria menatap punggung Juan.

💕💕💕


Juan menatap pemandangan di luar jendela. Namun hatinya masih berada di sekolah, lebih tepatnya pada Lora. Melihat kebingungan Lora tadi, Juan sangat merasa khawatir. Istrinya itu tinggal di rumah sendirian.

Meski pun sikap Lora tadi malam sangat keterlaluan, namun Juan tidak bisa marah. Ia terlalu mencintai Lora hingga tak sanggup meluapkan amarahnya pada sang istri. Juan hanya tidak mau Lora semakin jauh darinya.

"Juan, gue boleh pinjem bahu lo? Gue ngantuk." Juan menoleh pada Ria yang duduk di sampingnya dengan malas. Gadis itu selalu mengikutinya. Juan risih ditempeli seperti ini. Lora juga tidak menyukai kedekatan Juan dan Ria.

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang