31. Haruskah Menyerah?

1.1K 92 50
                                    

Pagi menyapa namun cowok yang sedari tadi malam mengkhawatirkan istrinya itu tidak beranjak dari sofa ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menyapa namun cowok yang sedari tadi malam mengkhawatirkan istrinya itu tidak beranjak dari sofa ruang tengah. Raut wajahnya terlihat sangat lelah dan mengantuk akibat tidak tidur semalaman menunggu kepulangan sang istri yang sampai pagi ini belum ada kabar juga.

Juan menghela napasnya berat kemudian menghempaskan punggungnya di sofa seraya memijit keningnya. Juan tidak tahu harus mencari Lora ke mana, pikirannya seketika buntu. Semalam ia berusaha mencari Lora di sekitar kafe di bantu Bagus dan Riko, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaaan Lora di sana. Lalu Juan mencari di club yang sering istrinya itu kunjungi, hasilnya tetap sama, Lora tidak ada di tempat itu. Bagus pun mencoba menghubungi para sahabat Lora, namun mereka juga tidak tahu di mana gadis itu.

"Kamu ke mana sih, Ra? Kenapa tiba-tiba ngilang gak ada kabar? Apa saya bikin kesalahan sampe kamu ngilang begini?" lirih Juan mengacak rambutnya frustrasi. Cowok itu kemudian bangkit dari duduknya lalu beranjak menuju kamar.

Begitu kakinya menginjak lantai kamar, ponsel yang terletak di atas nakas berdering membuat Juan langsung melangkahkan kakinya sedikit cepat menghampiri nakas. Ia berharap Lora lah yang menghubunginya namun saat melihat nama yang terpampang di layar pipih bukan nama istrinya, harapan itu langsung sirna berganti dengan raut wajah sendu. Dengan sedikit malas, Juan mengangkat panggilan tersebut. "Kenapa, Gus?" tanyanya pelan pada seseorang di seberang sana.

"Lo gak sekolah?" Bahkan karena Lora, Juan sampai melupakan sekolahnya. Cowok itu duduk di tepian ranjang lalu menghela napasnya lelah. "Lora masih belum pulang ya?" tanya Bagus pelan yang dibalas Juan dengan gumaman.

"Gue udah buntu banget, Gus."

Bagus yang ada di seberang sana menghela napasnya. Ia mengerti bagaimana perasaan Juan yang tengah khawatir dan tidak tenang seperti sekarang mencari keberadaan sang istri. "Juan, saran gue, lo hubungin orang tua Lora aja, mungkin aja Lora ada di rumah orang tuanya sekarang."

"Gue--"

"Gue tau di mana Lora." Itu suara Zaki. Juan menegakkan tubuhnya mendengar kalimat Zaki barusan. "Kalo lo mau tau di mana cewek itu sekarang, dateng ke rumah sakit Pelita, kamar nomor 222. Cewek yang bikin lo pusing itu ada di sana."

Tanpa menjawab apapun Juan langsung memutus sambungan secara sepihak dan bergegas mendatangi rumah sakit yang Zaki beri tahu. Di dalam kepalanya tersimpan banyak pertanyaan mengenai, apa yang terjadi pada Lora? Kenapa istrinya itu bisa berada di rumh sakit? Dan, kenaa Zaki bisa tahu istrinya itu ada di rumah sakit?

Juan hanya berharap jika Lora dalam keadaan baik-baik aja sekarang. Ia akan bolos saja hari, berangkat ke sekolah pun Juan tidak akan bisa mengikuti pelajaran dengan tenang sementara pikiran dan hatinya tertuju pada Lora yag entah bagaimana keadaannya di rumah sakit.

"Ra, apa yang terjadi sama kamu sampai kamu masuk ke rumah sakit? Kenapa gak hubungin saya?"

***

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang