9. Gamang

1K 90 10
                                    

Halo..

Ada yang kangen Juan?

Atau kangen authornya?

Tandain typonya, ya, plis..

Happy reading....

...

Pagi ini Juan berangkat lebih dulu dan mengabaikan Lora yang berteriak memanggilnya. Juan seakan menulikan telinganya dan tetap melajukan mobil miliknya menuju sekolah meninggalkan Lora yang mengumpatinya.

"Juan kampret! Durhaka banget jadi laki! Astaga, terus gue naik apa ke sekolahnya ini?!"

Tanpa menunda Lora terpaksa berlari menuju jalan raya dan memberhentikan angkot yang mengarah ke sekolahnya. Sebenarnya Lora bisa saja menghubungi Rey untuk menjemputnya, namun Lora tidak tega membiarkan Rey yang harus bolak-balik menjemputnya mengingat jarak sekolah Rey dan sekolahnya lumayan jauh.

Akhirnya setelah beberapa menit perjalanan Lora dapat memasuki gerbang sekolahnya tanpa terlambat. Untung saja ia bisa mengajak kompromi supir angkot itu agar menyetir dengan cepat, kalau tidak sudah dapat dipastikan kalau Lora tidak dapat masuk kelas.

Saat melewati parkiran langkah Lora memelan dan matanya menyipit menangkap objek yang membuatnya kesal bukan main. Lagi-lagi ia harus melihat pemandangan yang membuatnya kesal. Didepan sana terlihat Juan membukakan pintu mobil untuk seorang gadis yang Lora ingat selalu menempeli Juan. Bisa dilihat kalau gadis itu tersenyum manis seraya berterima kasih membuat Lora berdecih. Lora masih memperhatikan kedua orang itu hingga punggung mereka mengecil dari pandangan Lora.

Tak lama kemudian Lora berjalan menuju kelasnya dengan suasana hati yang sangat buruk.

Sesampainya dikelas Lora langsung menghempaskan tubuhnya dibangku miliknya membuat kedua sahabatnya yang tadinya tengah berbincang serius langsung diam dan menatapnya heran.

"Ngapa dah! Pagi-pagi tuh muka kusut amat?" Lora sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan itu, ia lebih memilih merebahkan kepalanya di atas tas miliknya.

"Perasaan tiap pagi tuh muka gak pernah berseri, deh? Kenapa sih, Ra?"

Lora hanya mendengus sebagai jawaban. Ia memejamkan matanya mengusir keanehan yang ia rasakan saat melihat perhatian Juan terhadap Ria tadi.

"Setan lo Juan!" gumam Lora pelan.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di perpustakaan, Juan kini tengah fokus mempelajari materi-materi yang akan ia perlombakan beberapa minggu lagi, tentunya ditemani oleh gadis yang akan menjadi rekannya nanti. Siapa lagi kalau bukan Ria. Namun bukannya mempelajari materi didepannya Ria malah asik memperhatikan wajah tampan Juan yang sedang fokus. Gadis itu senyum-senyum sendiri saat menatap raut wajah lelaki yang sampai saat ini ia kagumi. Lelaki yang membuatnya jatuh cinta saat pertama kali mereka dipasangkan mewakili sekolah dalam olimpiade.

Siapapun gadis yang bertemu Juan pasti akan jatuh cinta pada pesona lelaki ini. Lelaki baik, soleh, sopan, rajin dan tidak pelit ilmu. Namun sampai saat ini Ria masih belum bisa mendapatkan hati Juan karena lelaki itu sangat membatasi dan seolah menutup hatinya.

"Apa ada yang gak lo ngerti, Ri?" Pertanyaan itu membuat Ria tersentak. Ia gelagapan sekaligus malu saat kedapatan menatap Juan.

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang